Mikha Menjadi Terang
Di mana pun berada, jadilah terang. Itulah ”mantra” dalam setiap langkah Maudy Mikha Maria Tambayong. Maka, ketika dunia hiburan membuat sosoknya bersinar terang, dia bertekad menggunakan popularitasnya untuk menerangi.
Di mana pun berada, jadilah terang. Itulah ”mantra” dalam setiap langkah Maudy Mikha Maria Tambayong. Maka, ketika dunia hiburan membuat sosoknya bersinar terang, dia bertekad menggunakan popularitasnya untuk menerangi.
Nama dan sosok Mikha Tambayong (25) selama ini dikenal di dunia hiburan. Perempuan muda berdarah campuran Manado-Ambon ini meniti kariernya sejak usia 13 tahun. Mulai dari sinetron, dunia tarik suara, film, lalu hingga model.
Dunia hiburan sempat tak pernah terbayangkan oleh perempuan tomboi yang perhatiannya lebih tersita untuk urusan akademis ini. ”Aku selalu juara kelas. SMP aku juga cuma dua tahun karena skip kelas. Umur 16 tahun udah lulus SMA,” tutur Mikha dalam perbincangan di sebuah restoran di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (15/11/2019) siang.
Awalnya, Mikha meladeni obrolan sembari mengerjakan tugas kuliahnya. Dia tengah melanjutkan kuliah S2-nya di jurusan manajemen sebuah kampus swasta yang memiliki kelas pertukaran dengan Harvard University. Mikha memendam keinginan berwirausaha.
Laptop terbuka di depannya, lengkap dengan buku catatan dan bolpoin. Sejak kecil, Mikha memang doyan belajar. Meski melakoni banyak aktivitas di dunia hiburan, urusan akademis tak pernah dia tinggalkan.
”Dulu, sambil stripping (sinetron), shooting sampai jam 12 malam, jam 7 udah sekolah lagi. Jam 3 shooting lagi. Tiap hari. Aku enggak pernah bolos, enggak pernah telat, enggak pernah enggak bikin PR, karena aku orangnya berkomitmen,” ujar Mikha.
Sejak awal kariernya, Mikha memang berjanji akan melakoni dua hal itu dengan tanggung jawab. Meski untuk itu Mikha harus rela fisiknya tersiksa. Sebulan sekali harus infus, hingga terkena usus buntu. ”Abis itu aku sempat break satu tahun. Cuma nyanyi karena capeknya luar biasa,” katanya.
Siang itu, suhu Jakarta yang hari-hari terakhir terasa terik sejenak terlupakan oleh obrolan bersama Mikha. Dengan menggebu, dia mengisahkan banyak hal. Kalimat-kalimatnya tangkas. Gambaran energi muda seorang Mikha Tambayong yang seolah tak ada habisnya.
”Dari situ, aku mulai punya bargaining. Kalau ada yang minta, aku bilang enggak mau kalau gini-gini-gini,” ujar Mikha.
Saat kuliah S-1 di jurusan hukum, Mikha sama sekali tak mengambil tawaran kerja film hingga kuliahnya selesai. ”Aku harus memilih karena tugasku banyak. Harus ke lapangan, ke pengadilan, ke mana-mana. Tanggung jawabnya banyak. Aku enggak mau sampai ada yang keteteran,” kata Mikha.
Impian untuk kuliah di jurusan hukum memang cita-citanya sejak kecil. Saat duduk di kelas VI SD, Mikha membaca biografi Hillary Clinton yang lantas membuatnya bertekad mengikuti jejak Hillary, termasuk kuliah di Harvard.
”Jadi, ini sudah terencana sejak SD. Aku emang ambisius banget, sudah sejak SD,” ujarnya.
Jadi musisi
Dirunut ke belakang, sosok yang berperan membukakan jalan di dunia hiburan untuk Mikha adalah almarhumah ibunya, Deva Tambayong. Kala itu, tanpa sepengetahuan Mikha, Deva mendaftarkan Mikha menjadi peserta pemilihan wajah sampul sebuah majalah remaja.
Meski tak menang, Mikha berhasil membintangi sinetron stripping yang berjalan hingga 300 episode selama dua tahun. Namanya meroket cepat.
”Sebenarnya aku enggak mau akting. Aku dari dulu penginnya jadi musisi karena aku belajar piano dan nyanyi sejak kecil, dari umur empat tahun. Aku juga tipe orang yang kalau aku merasa enggak punya cukup informasi tentang sesuatu, aku enggak mau. Kayak akting itu, aku enggak ada informasi apa-apa, harus mulai dari nol banget,” kata Mikha mengenang.
Toh, Mikha luluh oleh bujukan kedua orangtuanya. ”Mereka bilang, siapa tahu, dunia akting akan membuka jalan untuk jadi musisi. Eh, ternyata benar. Emang orangtua tuh selalu benar, ya. Enggak pernah salah,” ujar Mikha.
Pelan namun pasti, dengan banyak suka duka, Mikha menemukan kenikmatan di dunia hiburan. Kini, Mikha bahkan memandang dunia akting dan menyanyi sebagai passion. ”Kalau enggak shooting, kangen,” kata Mikha.
Di sisi lain, ia juga sosok introver yang tak selalu nyaman tampil di depan publik. Menjadi figur publik tentu jadi tantangan berat bagi Mikha. Orang menyematkan begitu banyak tuntutan di pundaknya.
”Kapan aja harus senyum ramah. Enggak mau difoto dikit dibilang sombong. Jujur ini salah satu konsekuensi terberat jadi public figure. Padahal, kita juga manusia. Adakalanya kita lagi sakit, atau mengalami hari-hari yang kurang menyenangkan, tapi tetap dituntut terlihat manis, baik. Itu, kan, enggak enak,” ujarnya.
Namun, Mikha menerima hal itu sebagai konsekuensi pekerjaan. Dia berusaha tetap melakoninya dengan gembira. Baginya, itu adalah bagian dari caranya untuk menerapkan ajaran kedua orangtuanya. Di mana pun berada, dia harus menjadi sumber berkat.
”Aku dari dulu selalu berpikir seperti itu. Orangtuaku selalu bilang, ’Kamu harus jadi terang di mana pun kamu berada.’ Sekalipun aku ada di dunia hiburan yang kata orang glamor, aku harus tetap jadi terang.”
Tugas mulia
Di usia menginjak 25 tahun, Mikha memilih mendedikasikan dirinya sebagai Duta Yayasan Jantung Indonesia. Bulan November ini genap satu tahun Mikha mengemban tugas mulia itu. Mulia karena tak semata memberinya imbalan materi.
Mikha menerima peran itu karena ia adalah pelaku gaya hidup sehat. Dia ingin menjadi bagian kampanye hidup sehat, terutama edukasi tentang penyakit jantung yang kini makin banyak menyerang anak-anak muda.
”Sebelum aku masuk Yayasan Jantung, pengetahuanku tentang penyakit ini minim. Bayanganku standar aja. Penyakit ini menyerang orang yang sudah berumur, merokok. Yang standar seperti itu,” kata Mikha.
Nyatanya tidak. Banyak kasus yang justru kini menyasar kaum milenial sepertinya. Informasi dari Yayasan Jantung Indonesia menyebutkan, penyakit jantung kini telah menyerang kelompok muda, yaitu di usia 26 tahun. Begitu juga dengan kaum perempuan yang ternyata masuk kelompok rentan, termasuk ibu hamil.
”Perempuan yang masih muda, kadang ada yang bawaan, kadang ada yang karena memang hidupnya tidak sehat. Jadi, aku banyak belajar banget.”
Dia pun paham, penyakit jantung adalah penyakit mengerikan yang ibaratnya dipupuk sejak usia muda. ”Aku rasa ini adalah informasi yang orang lain harus tahu,” kata Mikha.
Memberi dampak
Sebagai duta, upayanya mengampanyekan gaya hidup sehat dimulai dari dirinya. Dia tidak merokok, mengonsumsi makanan-makanan sehat, juga rutin berolahraga.
”Jadi, memang aku memulainya dari diri sendiri. Orang terdekat aku kasih lihat, nih, aku kayak gini, lho, enggak pernah merokok, olahraga, makan sehat,” ujar Mikha. Dia juga mengampanyekan hal-hal positif itu melalui media sosial, termasuk terlibat dalam kampanye rutin yang digelar Yayasan Jantung Indonesia.
”Kalau ditanya goal-nya apa, ya, supaya bisa lebih memberikan dampak buat orang banyak. Cuma memang enggak mudah. Orang-orang di sekeliling aku juga masih ada yang ngerokok. Tapi, sedikit demi sedikit ada dampaknya, kayak ayahku sudah enggak ngerokok lagi. Terus, kalau aku sering nge-post aku olahraga terus makan sehat, banyak juga yang respons. Buat aku, itu perubahan kecil yang baik.”
Dia makin menyadari pentingnya kampanye yang dia lakukan saat sang ibu meninggal, Maret lalu. Meski sakit yang diderita almarhumah bukan jantung, komplikasi penyakit itu akhirnya menyerang jantung.
”Dokternya bilang, kalau sudah kena jantung, kita enggak bisa ngapa-ngapain. Dan, aku lihat sendiri itu. Akhirnya aku sadar, ternyata sepenting itu jantung kita. Dia itu organ terakhir yang jadi harapan tubuh manusia. Ternyata jantung emang harus dilindungi banget,” tutur Mikha.
Peristiwa itu membuat Mikha semakin meneguhkan niatnya untuk terus mengampanyekan gaya hidup sehat. Di tengah berbagai aktivitasnya, Mikha masih terus berusaha menjadi terang.
Maudy Mikha Maria Tambayong
Lahir: Jakarta, 15 September 1994
Orangtua:
- Deva Sheila Tambayong (ibu/alm)
- Michael Rudolf Tambayong (bapak)
Pendidikan:
- SD: Santo Fransiskus Asisi
- SMP: Morning Glory Academy
- SMA: Morning Glory Academy
- S-1: Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan
Sinetron:
- Kepompong
- Nada Cinta
- Aishiteru
Film:
- Belok Kanan Bercelona
- Promise
- Mahasiswi Baru
- Buffalo Boys
Lagu singel:
- Cinta Pertama
- Temukan Jawabannya
- Berpisah Itu Mudah
Album: Bekas Pacar