Tugas penyelenggara pernikahan atau ”wedding organizer” secara garis besar adalah membantu pernikahan impian klien terwujud.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para pengantin diimbau mempersiapkan diri 4-6 bulan sebelum pernikahan digelar. Persiapan bisa dilakukan antara lain dengan menggunakan jasa penyelenggara pernikahan.
Tugas penyelenggara pernikahan atau wedding organizer (WO) secara garis besar adalah membantu pernikahan impian klien terwujud. Beberapa bidang kerja WO antara lain ialah mempersiapkan tempat acara, dekorasi, kostum pengantin, dan membuat jadwal acara secara menyeluruh. Penyelenggara pernikahan juga bertugas menjembatani pemikiran kedua pengantin.
Event Director Tiara Josodirdjo and Associates, Iie, mengatakan, ada tiga tahap persiapan yang harus dilakukan WO. Ketiganya adalah adalah perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan.
”Salah satu hal yang kami bantu di tahap perencanaan adalah menentukan tema acara dan konsep pernikahan idaman para pengantin. Kami juga membantu menentukan anggaran yang dibutuhkan untuk menikah,” kata Iie pada acara Wedding Celebration Festival, di Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Pada tahap persiapan, WO mengoordinasikan semua vendor yang terlibat. Pada tahap pelaksanaan, WO bertugas memastikan segala hal berjalan sesuai rencana yang telah disepakati.
Salah satu hal yang kami bantu di tahap perencanaan adalah menentukan tema acara dan konsep pernikahan idaman para pengantin.
Menurutnya, peran WO akan sangat membantu mengurangi stres yang dialami pengantin. WO pun dinilai lebih berpengalaman dalam merancang sebuah pernikahan.
Publisher and Chief Operational Officer Weddingku Reza Paramita mengatakan, pengantin perlu memilih WO yang profesional dan membuat mereka nyaman. Faktor kenyamanan akan menentukan kualitas komunikasi antara pengantin dan WO. Ini penting agar WO bisa menerjemahkan ide pengantin tentang pernikahan yang mereka impikan menjadi kenyataan.
”Waktu persiapan pernikahan yang ideal adalah 4-6 bulan. Waktu ini lebih singkat dibandingkan sekitar 5 tahun lalu yang butuh 6-12 bulan persiapan. Ini karena akses informasi kini terbuka lebar. Pengantin bisa mencari banyak referensi secara mandiri dan cepat,” tutur Reza.
Tren positif
Tren industri pernikahan diprediksi positif pada 2020. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah penduduk berusia produktif di Indonesia. Artinya, semakin besar pula kecenderungan penduduk untuk menikah.
Kami juga membantu menentukan anggaran yang dibutuhkan untuk menikah.
Berdasarkan data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), jumlah penduduk berusia 20-24 tahun pada 2018 adalah 21,8 juta orang. Sementara itu, jumlah penduduk berusia 25-29 tahun ialah 21,2 juta orang pada 2018.
Jumlah ini meningkat pada 2019. Jumlah penduduk berusia 20-24 tahun diprediksi mencapai 21,96 juta orang. Jumlah penduduk berusia 25-29 tahun diprediksi 21,67 juta orang.
”Kami membagi kelompok umur ideal untuk menikah menjadi dua. Kelompok pertama berusia 20-25 tahun dan kelompok kedua 26-30 tahun. Selain jumlah penduduk berusia produktif, tren positif industri pernikahan juga didukung oleh PDB (produk domestik bruto) yang baik,”
PDB Indonesia tumbuh 5,17 persen pada 2018. Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 5-5,4 persen dengan dukungan permintaan domestik yang kuat. Sementara itu, perekonomian nasional diperkirakan tumbuh 5,5-6,1 persen pada 2024 (Kompas, 28/3/2019).
Biasanya pihak orangtua akan menyubsidi sekitar 80 persen anggaran pernikahan.
Reza mengatakan, PDB yang baik akan mendorong masyarakat untuk menabung sehingga pernikahan bisa berlangsung. Sebaliknya, apabila PDB lemah, masyarakat akan cenderung menunda pernikahan hingga kondisi ekonomi stabil.
”Jika PDB baik, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menabung adalah 1,5 tahun. Hasil tabungan itu tentu belum bisa menutupi semua biaya pernikahan. Namun, biasanya pihak orangtua akan menyubsidi sekitar 80 persen anggaran pernikahan,” tutur Reza.