Pereli Rihans Variza dengan navigator Anthony Sarwono dari Tim HRVT BGM HBM BMB Rally menjuarai Danau Toba Rally 2019 yang juga seri ketiga atau terakhir Kejuaraan Reli Nasional yang digelar 23-24 November.
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
PARAPAT, KOMPAS — Pereli Rihans Variza dengan navigator Anthony Sarwono dari Tim HRVT BGM HBM BMB Rally menjuarai Danau Toba Rally 2019 yang juga seri ketiga atau terakhir Kejuaraan Reli Nasional yang digelar di trek Hutan Tanaman Industri PT Toba Pulp Lestari Sektor Aek Nauli, Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Minggu (24/11/2019). Dalam ajang reli yang menempuh jarak 133,91 kilometer dalam 11 special stage (SS), Rihans mencatat total waktu 1 jam 43 menit 50,2 detik.
Rihans yang mengendarai Mazda2 AP4 menyisihkan juara dua seri sebelumnya, Subhan Aksa alias Ubang dari tim FBRT Sports yang mengendarai Mitsubishi Lancer Evo X. Ubang pada seri ketiga ini hanya menepati posisi keempat dengan catatan waktu 1 jam 50 menit 31,2 detik. Sementara posisi kedua dan ketiga masing-masing diraih pereli Rizky Prayoga dan Musa Rajekshah alias Ijeck.
Pereli tim Jagonya Ayam, Sean Gelael, dengan mobil Citroen S3 R5, meski mencatat waktu tercepat di beberapa SS, hanya menempati peringkat kelima karena terkena penalti penambahan waktu. Sean sempat mengalami pecah ban pada SS 3 dan SS 6 yang berlangsung pada putaran pertama, Sabtu kemarin.
Saat mengalami pecah ban di SS 3, mobil Sean terpaksa diperbaiki di tempat finis SS 3. Insiden pecah ban di SS 3 ini sempat mengharuskan mobil Sean ditangani mekanik khusus yang didatangkan timnya dari Citroen. Sementara, sesuai aturan, seharusnya mobil setiap pereli diperbaiki di area servis yang berada di Kota Parapat, sekitar 56 km dari finis SS 3.
”Sean tidak bisa bergabung ke service park karena mobilnya harus dibenerin di finis SS 3. Sementara regulasinya semua mobil harus dibenerin di dalam service park,” ujar Manajer Media Tim Jagonya Ayam Aswin Rizal Harahap soal penalti pengurangan waktu yang harus dialami Sean.
Sementara Musa Rajekshah, atau yang akrab disapa Ijeck yang juga Wakil Gubernur Sumatera Utara puas dengan penyelenggaraan seri terakhir Kejurnas Reli 2019. Dua seri sebelumnya, Sumut selalu menjadi tuan rumah, termasuk seri kedua yang digelar berbarengan dengan Asia Pacific Rally Championship pada Juli lalu di trek Rambung Sialang, Deli Serdang.
”Kami memang punya cita-cita besar, yakni WRC (World Rally Championship) harus kembali ke Sumatera Utara karena itu pernah terjadi di tahun 1996/1997. Dan, itu kami persiapkan dari sekarang, kami targetkan tahun 2022 kejuaraan dunia reli bisa kembali ke Sumatera Utara dan bisa digelar di Danau Toba, Kabupaten Simalungun,” papar Ijeck.
Trek Hutan Tanaman Industri Sektor Aek Nauli dan Gorbus memang pernah menjadi tuan rumah WRC 1996/1997. Treknya berada di kawasan hutan eukaliptus yang dikuasai PT Toba Pulp Lestari. Pada penyelenggaraan WRC Tahun 1997 di Sumut, pereli Spanyol Carlos Sainz meraih gelar juara.
Kami memang punya cita-cita besar, yakni WRC (World Rally Championship) harus kembali ke Sumatera Utara karena itu pernah terjadi di tahun 1996/1997. Kami targetkan tahun 2022 kejuaraan dunia reli bisa kembali ke Sumatera Utara dan digelar di Danau Toba.
Trek di seluruh SS dalam Danau Toba Rally 2019 diakui sangat sulit oleh sejumlah pereli. Selain medannya yang berbatu, hujan deras pada hari Jumat atau tepat sehari sebelum putaran pertama membuat sejumlah rute juga berlumpur.
Juara reli nasional tahun lalu Ryan Nirwan mengakui, trek berbatu menjadi tantangan tersendiri. ”Kalau lihat treknya memang super rough, terutama di SS 3 dan SS 6. Batu-batunya cukup besar. Masing-masing pembalap harus punya strategi untuk mengatasinya,” ujar Ryan yang kali ini gagal mendapat podium.
Seperti Ryan, Ubang, juara di dua seri sebelumnya yang juga berlangsung di Deli Serdang, Sumut, mengakui, lintasan di Aek Nauli Gorbus memang cukup berat. Meski dia sudah mengantisipasinya, tak ayal mobilnya juga sempat mengalami pecah ban di trek ini. ”Kalau medan, sudah ketahuan seperti apa, sesuai antisipasi kami. Cuma memang lintasannya tidak mudah, ban kami cukup disiksa,” ujarnya.