Pebalap putri Fisichella Kusumawardhani terus merawat mimpinya untuk bisa membalap di level Asia pada ajang Asia Talent Cup maupun ARRC. Di level nasional, kemampuan membalapnya semakin matang.
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
Namanya Fisichella Kuswumawardhani (20). Ya, nama Sella, sapaannya itu, diambil dari mantan pebalap Formula 1, Giancarlo Fisichella. Seperti halnya Fisichella, Sella merupakan seorang pebalap. Meskipun wanita, jangan pernah sepelekan nyalinya di lintasan balap.
Seusai menerima piala di seri final Honda Dream Cup (HDC) 2019 di Cimahi, Jawa Barat, Sella berjalan pincang, Minggu (24/11/2019). Sebelum balapan kelas Honda matik standar 130 cc putri, gadis berhijab kelahiran Bogor, Jawa Barat itu, terjatuh saat menjalani kualifikasi di lintasan yang licin sehabis hujan, Sabtu. Tulang kering kanannya terasa nyeri.
Namun, cedera itu tidak menyurutkan semangatnya tampil di kelas matik wanita yang baru pertama kali dipertandingkan di HDC tahun ini. Sambil menahan nyeri kakinya setiap kali motor Beat-nya menikung ke kanan, Sella meninggalkan para rivalnya sesama pebalap wanita di balap one make race alias merek tunggal itu.
Hasilnya, Sella tidak terkejar seusai melewati sepuluh putaran di balapan yang digelar di sirkuit nonpermanen Lapangan Brigade Infanteri 15, Cimahi, itu. Gadis berhijab yang lama mengidolakan pebalap juara MotoGP, Marc Marquez, ini berdiri di podium teratas diikuti dua pesaingnya, De Atun dan Dyan Primitha.
Tak lama seusai meninggalkan podium, sambil berjalan tertatih-tatih, Sella kembali menuju ke kuda besinya. Sejurus kemudian, ia kembali membalap. Kali ini, ia tampil di kelas berbeda, yaitu HDC 9 alias matik standard 130 cc terbuka. Di kelas yang juga baru di HDC 2019 ini, ia beradu cepat dengan para kaum adam.
Sayang, di kelas itu, ia hanya bisa finis ke-11. Namun, setidaknya, ia menunjukkan nyalinya di hadapan para kaum adam. Sella menjadi salah satu dari dua pebalap putri yang turun di nomor terbuka itu. Ia masih penasaran untuk mengalahkan para pebalap putra.
“Di seri kedua (HDC) di Malang, saya sempat berada di posisi ketiga. Namun, di lap (putaran) terakhir, saya ditabrak seeded (pebalap non-unggulan). Saya tidak finis, padahal nyaris saja podium,” ujar Sella yang bercita-cita mengikuti jejak Muklada Sarapuech, pebalap putri Thailand yang tampil di Asian Road Racing Championship.
Sella bercerita, ketertarikannya di dunia balap tidaklah terlepas dari pengaruh ayahnya yang mantan pebalap grass track dan road race. “Awalnya (tertarik balap) karena sering diajak ayah menonton grass track. Lantas, ketika saya bilang ingin mulai balapan, ayah tidak menolak. Katanya, lebih baik didukung daripada ikutan balapan liar. Hari itu juga saya diajak ayah latihan,” ujar gadis yang menekuni balap road race sejak enam tahun silam itu.
Laiknya pebalap umumnya yang menantang resiko, Sella akrab dengan kecelakaan dan cedera. Selain cedera tulang kering kaki kanan yang baru dideritanya, Sabtu, ia pernah mengalami dislokasi bahu beberapa tahun silam. Suatu ketika, dalam balapan di Tasikmalaya, ia terlibat kecelakaan parah dan menabrak pembatas. Bahunya sempat bergeser ke belakang.
Cedera parah itu sempat membuat prestasinya menurun. Ia lantas memutuskan operasi dan menunggu pemulihan sebulan penuh. Meskipun demikian, itu tidak membuatnya kapok. Selama pemulihan yang kebetulan pada bulan puasa, ia kerap rindu membalap. Ia pun terus melanjutkan profesinya itu hingga menggapai podium tertinggi di Cimahi.
Sella bercita-cita ingin menembus level Asia, mengikuti Asia Talent Cup serta ARRC seperti dilakukan Muklada. Namun, pilihan karir sebagai pebalap menghadirkan konsekuensi bagi dirinya. “Di kampus, tidak ada cowok yang berani mendekati saya. Cewek lain mungkin diapelin malam minggu, kalau saya justru memikirkan sirkuit dan balapan,” ujar mahasiswi Universitas Muria Kudus itu seraya tertawa.