Kawasan Sub-Sahara Afrika menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Wajar jika Indonesia menjadikan Afrika sebagai fokus diplomasi ekonomi.
Oleh
·2 menit baca
Paling tidak 10 negara, seperti Etiopia, Rwanda, Ghana, Pantai Gading, Senegal, Benin, Kenya, Uganda, Burkina Faso, dan Tanzania, pertumbuhan ekonominya di atas 6 persen di tahun 2019. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Etiopia mencapai 8,5 persen. Meski harus diakui masih ada negara di Afrika yang punya rasio utang luar negeri cukup tinggi, yang memaksa mereka berhati-hati mengelolanya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, diplomasi ekonomi ke Afrika sebagai terobosan menembus pasar nontradisional, selain di Amerika Latin, Asia Selatan dan Tengah, serta Timur Tengah dan Pasifik. Sebagai produsen minyak sawit, Indonesia juga berkepentingan memperluas pasar komoditas tersebut ke Afrika.
(Kompas, 24/11/2019) Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebutkan, Indonesia pengekspor sawit terbesar di dunia, dengan kontribusi sekitar 70 persen dari produksi sawit dunia. Saat ini, ekspor sawit terhambat masuk Eropa dan beberapa negara seperti India yang menerapkan bea masuk cukup tinggi, memaksa Indonesia mencari pasar baru.
Dalam pertemuan G-20 di Nagoya, Retno menyampaikan relevansi perdagangan dunia yang bebas dan adil dengan mengedepankan pendekatan win-win solution, bukan zero sum game. ”Forum G-20 harus menjadi platform dan model bagi kepemimpinan global. Kepemimpinan global harus memperkuat nilai multilateralisme yang dapat mendorong perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran dunia,” ujar Retno.
Kembali ke Afrika, pertumbuhan ekonomi pesat benua ini didorong oleh menguatnya kembali harga komoditas, pariwisata, dan peningkatan akses pasar modal setelah mereka melakukan upaya berani untuk mendapatkan pembukuan fiskal mengikuti penurunan harga komoditas 2014-2015. Selain itu, perang dagang AS-China sedikit banyak ikut membuat investor mengalihkan perhatian ke Afrika.
Beberapa negara yang sempat terkena efek Musim Semi Arab, seperti Libya dan Tunisia, ekonominya mulai pulih. Tunisia dilaporkan, secara gradual, ekonominya mulai tumbuh setelah sempat stagnan di tahun 2015 dan 2016 akibat kondisi sosial politik dan keamanan. Ekonomi Libya mulai tumbuh sejak tahun 2017 setelah meningkatkan produksi minyaknya.
Pertumbuhan pesat Afrika dapat dimanfaatkan untuk memperluas pasar baru ekspor Indonesia. Meski nilai atau volumenya kecil, sesuai kebutuhan dan ekonomi negaranya, upaya itu patut kita dukung. Dan, untuk kawasan Sub-Sahara, Indonesia bisa memanfaatkan kedekatan kultur dan antar-warga yang sudah terjalin cukup lama.
Defisit transaksi berjalan harus diatasi agar ekonomi Indonesia tidak terlalu rentan dengan guncangan ekonomi global. Upaya itu bisa dilakukan serentak oleh semua pihak tak terkecuali, dengan memanfaatkan seluruh peluang yang ada.