Mantan Mata-mata Ungkap Strategi Beijing di Taiwan dan Hong Kong
Seorang mantan mata-mata China menyedot perhatian di sejumlah negara. Ia melaporkan adanya kepentingan Beijing yang masuk ke Taiwan dan Hong Kong dengan berbagai cara.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
TAIPEI, SENIN — Media Australia menerima laporan seorang mantan mata-mata China terkait strategi Beijing untuk mempertahankan Taiwan di bawah pengaruhnya. Mantan mata-mata itu menyebut kaki tangan Beijing berupaya menyusup ke dalam media dan sejumlah universitas Hong Kong.
Media Sydney Morning Herald and The Age melaporkan, seorang pencari suaka di Australia asal China bernama Wang Liqiang mengklaim diri sebagai mantan mata-mata. Menurut Wang, China berupaya mengendalikan Taiwan dengan segala cara, bahkan jika harus menggunakan kekerasan.
”Musuh demokrasi adalah China. Saat ini, musuh paling ambisius dan pesaing Taiwan juga adalah China,” kata Ketua Partai Progresif Demokratik (DPP) Cho Jung-tai dalam konferensi pers, Senin (25/11/2019).
Dalam laporan Wang, dirinya membantu mengarahkan pemberitaan media terkait beberapa politisi Taiwan, termasuk pesaing presiden petahana Taiwan Tsai Ing-wen, yaitu Han Kuo-yu. Han berasal dari Partai Kuomintang yang ramah terhadap Beijing.
Cho melanjutkan, perlu diadakan penyelidikan lebih lanjut mengenai pemberitaan itu mengingat banyak berita palsu datang dari China. Apalagi, Taiwan akan melakukan pemilu presiden dan legislatif pada 11 Januari 2020. Adapun DPP adalah partai penguasa di Taiwan yang mendukung kemerdekaan Taiwan.
Han mengemukakan, dirinya akan keluar dari kontestasi pemilu jika terbukti menerima uang dari Partai Komunis, partai yang berkuasa di China. Kantor Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyatakan, laporan Wang sedang diselidiki. Karena itu, seluruh pihak tidak boleh mengambil kesimpulan hingga investigasi selesai dilakukan.
Hong Kong
Wang juga menyatakan, ia adalah bagian dari operasi intelijen dengan bekerja di perusahaan China Innovation Investment Limited yang terdaftar di Hong Kong. Ia bertugas untuk menyusup ke universitas-universitas dan media Hong Kong untuk melawan gerakan demokrasi di wilayah tersebut.
Selama lima bulan terakhir, Hong Kong mengalami krisis politik yang mengganggu ketertiban sosial dan stabilitasnya sebagai pusat keuangan Asia. Berawal dari penolakan atas RUU Ekstradisi ke China, aksi unjuk rasa berubah menjadi gerakan prodemokrasi menuntut China mengurangi pengaruhnya.
Biro Investigasi Kementerian Kehakiman Taiwan menyatakan sedang menyelidiki petinggi China Innovation Investment Limited, yaitu Direktur Eksekutif Xiang Xin dan Direktur pengganti Kung Ching. Mereka disebutkan turut terlibat dalam upaya menanam pengaruh Beijing di Hong Kong.
Melalui pernyataan kepada Bursa Efek Hong Kong, China Innovation Investment Limited menuliskan, semua laporan Wang adalah palsu. Wang juga tidak pernah bekerja di perusahaan itu. ”Sebenarnya, Xiang dan Kung tidak tahu apa-apa tentang masalah yang terungkap dalam berita (terkait laporan Wang),” bunyi pernyataan itu.
Beijing selalu menganggap Taiwan sebagai provinsi milik China, bukan negara berdaulat. Sementara itu, Hong Kong merupakan wilayah khusus China yang memiliki sistem pemerintahan khusus hingga 2047.
Membantah klaim
Media China, yang dikontrol pemerintah, dengan tegas membantah klaim Wang. Dalam sesi opini, Wang disebut sebagai pembohong oportunis dan kemungkinan penipu. Mengutip ABC, Kedutaan China di Canberra menyebutkan, Wang merupakan seorang penipu yang melarikan diri dengan paspor palsu. Wang pernah dihukum penjara selama satu tahun dan tiga bulan karena penipuan, dengan hukuman percobaan selama satu setengah tahun.
Selain itu, tiga pejabat diplomatik dan keamanan Taiwan mengatakan, mereka juga meragukan identitas Wang. Meskipun begitu, mereka mengakui tuduhan Wang masuk akal. (REUTERS)