Meskipun pernah ditolak oleh kekuatan-kekuatan pemilik nuklir dunia, Paus Fransiskus kembali menegaskan penolakannya pada senjata pemusnah massal tersebut.
Oleh
Benny D Koestanto
·3 menit baca
HIROSHIMA, MINGGU - Paus Fransiskus dalam kunjungan ke Jepang, Minggu (24/11/2019), kembali menyerukan agar para pemimpin dunia menyingkirkan senjata nuklir. Bom itu, menurut Paus, mengancam kemanusiaan.
Keberpihakan Paus pada isu kemanusiaan itu menegaskan kembali pesan Paus sebelumnya saat mengunjungi Thailand. Di Bangkok, Paus mendesak semua pihak memerangi penghinaan pada perempuan dan anak-anak, terutama mereka yang dipaksa menjadi pelacur dan menjadi korban jaringan perdagangan manusia.
Di Jepang, Paus mengunjungi Hiroshima dan Nagasaki, dua kota yang pernah hancur karena bom atom pada Perang Dunia II. Paus menyebut kepemilikan senjata nuklir sebagai sesuatu hal yang sesat, tidak bermoral, dan penggunaannya adalah kejahatan terhadap umat manusia dan alam.
Kunjungan Paus ke Hiroshima dan Nagasaki mengingatkan kesadaran kolektif dunia atas peristiwa mengenaskan yang dialami manusia akibat bom atom. ”Di sini, dalam semburan petir dan api pijar, begitu banyak laki-laki dan perempuan, begitu banyak mimpi dan harapan, musnah dan hanya meninggalkan bayangan dan keheningan,” kata Paus di Hiroshima’s Peace Memorial. Hal itu dinyatakan Paus setelah berdoa serta mendengarkan kesaksian sejumlah penyintas.
Yoshiko Kajimoto, salah satu penyintas—saat pengeboman terjadi berusia 14 tahun—mengenang peristiwa itu sebagai peristiwa yang mengerikan. ”Orang-orang berjalan berdampingan seperti hantu, mereka yang seluruh tubuhnya begitu terbakar sehingga saya tak bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan, rambut mereka habis (terbakar), wajah mereka melepuh dua kali lipat dari ukuran normal, demikian juga bibir mereka, dengan kedua tangan terulur dengan kulit terbakar,” kata Kajimoto.
Kejahatan
Lebih dari 100.000 orang tewas seketika akibat bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Agustus 1945. Kesedihan berlanjut ketika sekitar 400.000 orang lainnya meninggal pada bulan dan tahun berikutnya akibat penyakit yang timbul karena efek radiasi.
”Dengan keyakinan mendalam saya ingin menyatakan lagi, penggunaan energi atom untuk tujuan perang hari ini, lebih dari waktu sebelumnya, adalah kejahatan tidak hanya terhadap martabat manusia tetapi juga terhadap masa depan,” kata Paus. ”Penggunaan energi atom untuk tujuan perang sungguh tidak bermoral, sama halnya dengan kepemilikan senjata nuklir, seperti yang telah saya katakan dua tahun lalu.”
Pesan tentang nuklir juga ditegaskan Paus di Nagasaki. Dia menyatakan kembali dukungannya terhadap perjanjian tahun 2017 untuk melarang senjata nuklir yang disetujui hampir dua pertiga anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, hal itu ditentang oleh negara-negara dengan kekuatan nuklir besar yang mengatakan hal itu justru dapat merusak pencegahan nuklir guna mencegah perang konvensional.
”Dunia kita ditandai oleh dikotomi sesat yang mencoba mempertahankan dan memastikan stabilitas dan perdamaian melalui rasa aman yang ditopang oleh mentalitas rasa takut dan ketidakpercayaan,” demikian ditegaskan Paus di tengah hujan lebat dan angin kencang di Nagasaki. (AP/REUTERS)