Sebagai cabang olahraga dengan prestasi level dunia, bulu tangkis Indonesia seharusnya lebih berani mengutamakan program regenerasi untuk persaingan di level SEA Games.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Program regenerasi, yang selalu didengungkan PP PBSI, disisipkan dalam memilih skuad untuk tampil dalam SEA Games 2019 di Filipina. Hadirnya pemain-pemain utama, untuk menyeimbangkan dengan target medali emas dari pemerintah, pada akhirnya memperlihatkan belum meratanya regenerasi bulu tangkis di semua nomor.
Dengan target dua medali emas dari pemerintah, tim yang akan tampil di Muntinlupa Sports Complex, Manila, 1-9 Desember, adalah gabungan atlet utama dan pelapis anggota pelatnas utama.
”Sesuai arahan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, kami menggabungkan atlet senior dan atlet-atlet muda. Atlet senior tetap ada karena ada target medali emas dan persaingan di Asia Tenggara cukup rata,” ujar Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti.
Susy berharap, target dari pemerintah bisa dilampaui. PP PBSI menargetkan tiga medali emas untuk memperbaiki prestasi dari SEA Games Kuala Lumpur 2017 dengan dua emas dan empat perunggu. Tim bulu tangkis Indonesia berada di bawah Thailand yang menjadi juara umum dengan empat emas, dua perak, dan empat perunggu. Thailand unggul dalam tiga nomor ganda dan beregu putri.
Nomor-nomor yang diharapkan menyumbangkan emas, dikatakan Susy, ada di antara beregu putra, tunggal putra, ganda putri, ganda putra, dan ganda campuran. Untuk tunggal dan beregu putri, Indonesia harus menghadapi tembok tebal Thailand. Thailand memiliki tiga tunggal putri dan dua ganda putri dalam peringkat 20 besar dunia. Adapun Indonesia hanya punya Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan Fitriani dalam posisi yang sama.
Atlet senior, yaitu mereka yang merupakan atlet utama dalam pelatnas utama : Greysia/Apriyani, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, diandalkan menyumbangkan medali emas dari kategori individu.
Sementara itu, kehadiran Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting bertujuan untuk membantu mempertahankan emas beregu putra. Mereka akan tampil bersama rekan-rekannya pada beregu putra yang dipertandingkan lebih dulu, yaitu pada 1-4 Desember.
Setelah menyelesaikan tugasnya di Manila, Jonatan dan Anthony akan tampil dalam turnamen Final BWF World Tour di Guangzhou, China, 11-15 Desember. Ini adalah turnamen yang diikuti delapan wakil terbaik dari setiap nomor berdasarkan prestasi sepanjang 2019.
Emas dari tunggal putra pun diharapkan datang dari Shesar Hiren Rushtavito dan Firman Abdul Kholik. Di pelatnas utama tunggal putra, prestasi mereka berada di bawah Jonatan dan Anthony.
Fajar/Rian, Greysia/Apriyani, dan Praveen/Melati, juga, didampingi pemain-pemain pelapis di pelatnas utama, meski dengan usia yang berbeda-beda.
Hanya tunggal putri yang menurunkan tiga kekuatan utama, yaitu Gregoria Mariska Tunjung, Fitriani, dan Ruselli Hartawan. Nomor ini tak punya pilihan untuk memilih pemain di bawah mereka, meski, hanya untuk bersaing di Asia Tenggara.
Kemampuan atlet
Di pelatnas bulu tangkis, usia tak menjadi satu-satunya indikator untuk menempatkan status atlet, sebagai atlet utama atau pelapis. Kemampuan dan potensi mereka lebih diutamakan.
Pada ganda putri, misalnya, pemain pelapis yang dipercaya untuk mendampingi Greysia/Apriyani di Manila adalah pasangan berusia 19 tahun, Sita Fadia Ramadhanti/Ribka Sugiarto, alih-alih senior mereka Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta. Tahun ini, Fadia/Ribka menjuarai Indonesia Masters BWF Super 100 setelah mengalahkan Della/Rizki di final.
Ganda campuran juga memercayakan juara dunia yunior 2017, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, untuk mendampingi Praveen/Melati. Pelatih ganda campuran, Richard Mainaky, bahkan, yakin pasangan berusia 20 tahun itu tak akan sekadar menjadi partisipan dalam SEA Games pertama mereka. Richard optimistis, Rinov/Pitha bisa menyumbangkan medali, menembus kekuatan Thailand.
Ini berbeda dengan ganda putra yang memilih Wahyu Nayaka/Ade Yusuf Santoso untuk mendampingi Fajar/Rian.Meski berada di bawah tiga kekuatan utama—Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Fajar/Rian—usia Wahyu/Ade tak lagi muda. Masing-masing telah berusia 27 dan 26 tahun.
Sebagai cabang olahraga dengan prestasi level dunia, bulu tangkis seharusnya lebih berani mengutamakan program regenerasi untuk persaingan di SEA Games. Ajang multicabang internasional terendah yang bisa diikuti Indonesia itu harus menjadi panggung bagi atlet-atlet seusia Rinov/Pitha dan Fadia/Ribka. Medali emas yang didapat, anggaplah sebagai bonus.
Bulu tangkis memiliki tanggung jawab lebih besar daripada sekadar menjadi juara umum SEA Games, yaitu mempertahankan reputasi sebagai cabang olahraga peraih emas bagi Merah Putih di ajang yang lebih prestisius : Olimpiade.