Indonesia dan Korea Selatan sepakat terus memperkuat dan memperluas cakupan kerja sama di berbagai sektor.
Oleh
Laksana Agung Saputra dari Busan, Korsel
·3 menit baca
BUSAN, KOMPAS— Indonesia dan Korea Selatan sepakat terus memperkuat dan memperluas cakupan kerja sama di berbagai sektor. Presiden Joko Widodo berharap Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) antara Indonesia dan Korea Selatan yang sudah tuntas segera ditindaklanjuti.
Hal itu dikemukakan Presiden Jokowi saat menggelar pertemuan bilateral dengan mitranya, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Senin (25/11/2019), di Busan, Korea Selatan. Dalam acara itu, Jokowi juga mengharapkan penyelesaian perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Kawasan antara ASEAN dan enam negara mitra dapat tuntas tahun depan.
Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan, di tengah situasi global yang diimpit beragam persoalan, upaya memperkuat kerja sama di antara kedua negara menjadi lebih penting artinya. ”Dan saya berharap dokumen ini ditandatangani awal 2020. Indonesia-Korea Selatan CEPA adalah simbol komitmen kedua negara bagi keterbukaan ekonomi,” kata Jokowi.
Selaku tuan rumah, Presiden Moon mengatakan, Indonesia adalah satu-satunya negara di ASEAN yang menjalin mitra strategis khusus dengan Korsel. ”Kedua negara telah menjadi negara yang saling memerlukan dan sedang berjalan bersama untuk kemakmuran bersama,” ujarnya.
Dan saya berharap dokumen ini ditandatangani awal 2020.
Tahun lalu, menurut Moon, nilai perdagangan Indonesia dan Korea Selatan mencapai 20 miliar dollar AS. ”Dengan penuntasan final negosiasi CEPA, jumlah perdagangan ini akan ditambah lagi,” kata Presiden Moon.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengatakan, dalam pertemuan itu, kedua presiden juga membahas berbagai cara untuk memperluas cakupan kerja sama. Secara khusus mereka membahas ekspansi perusahaan Korea Selatan dalam proyek infrastruktur Indonesia. Presiden Moon juga mohon dukungan Presiden Jokowi untuk membantu pabrikan mobil Korea Selatan menjalankan bisnis mereka secara stabil di pasar Indonesia.
Dalam pertemuan bilateral yang digelar di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Peringatan 30 Tahun Hubungan Kemitraan ASEAN-Korsel itu, kedua pemimpin juga membahas perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau RCEP. Saat ini perjanjian itu tengah dibahas 10 negara ASEAN dan enam negara mitra, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India.
Semua negara ASEAN dan lima negara mengunci 20 bab pokok-pokok di Bangkok, Thailand, Senin (4/11/2019). Perundingan mengenai beberapa isu yang masih menjadi ganjalan bagi India akan dilanjutkan secara paralel sampai penandatanganan RCEP yang ditargetkan pada November 2020.
Seusai pertemuan bilateral, kedua presiden menyaksikan penandatanganan tiga dokumen. Salah satunya Deklarasi Selesainya Perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Korsel oleh Menteri Perdagangan RI Agus Suparmanto dan Menteri Perdagangan Korea Selatan Yoo Myung-hee.
Tonggak
Melalui siaran pers Kementerian Perdagangan, Agus mengatakan, penyelesaian perundingan perjanjian dengan Korsel itu merupakan tonggak sejarah baru dalam hubungan ekonomi Indonesia-Korsel. ”Indonesia akan mendapatkan akses pasar yang lebih luas dibandingkan dengan yang selama ini diberikan melalui perjanjian ASEAN-Korea Free Trade Agreement,” kata Agus.
Ditemui setelah acara penandatanganan, Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan selaku Ketua Tim Perunding Indonesia untuk CEPA antara Indonesia dan Korsel Iman Pambagyo mengatakan, setelah diratifikasi, perjanjian tersebut tidak serta-merta akan meningkatkan investasi dan perdagangan kedua belah pihak.
Dari pihak Indonesia ada sejumlah pekerjaan rumah untuk dilakukan agar investasi masuk dan perdagangan tumbuh. ”Kita harus menyiapkan diri. (Hasilnya) Tidak datang dengan sendirinya. Harus proaktif. Daya saing dan kemudahan berusaha harus ditingkatkan,” kata Iman.