Sudah sepatutnya Indonesia menetapkan target tinggi prestasi olahraga, dengan fokus mengejar prestasi di Asian Games maupun Olimpiade.
Oleh
Adrian Fajriansyah/Denty Piawai Nastitie
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sudah sepatutnya Indonesia menetapkan target tinggi prestasi olahraga, dengan fokus mengejar prestasi di Asian Games maupun Olimpiade. Untuk itu, ajang multicabang nasional maupun regional seperti SEA Games seharusnya menjadi batu loncatan untuk menyiapkan atlet berprestasi di level lebih tinggi tersebut.
Pada SEA Games 2019 Filipina ini, pemerintah melalui Kemenpora ingin tonggak regenasi berkesinambungan untuk mencapai prestasi lebih tinggi tersebut dimulai. "PON Papua 2020 belum bisa menerapkan aturan ketat dalam penggunaan atlet muda. Kalau tidak di SEA Games 2019 ini, kapan lagi atlet muda dapat kesempatan untuk tampil. Kalau tidak dari sekarang disiapkan, mereka tidak akan siap saat memasuki usia senior," ujar Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto dihubungi dari Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Gatot mengatakan, pihaknya sebatas memberikan instruksi kepada pengurus induk cabang olahraga untuk mengirim 60 persen atlet muda/pelapis dan 40 persen atlet senior/elite pada SEA Games 2019 Filipina. Hal ini bertujuan atlet memberi kesempatan atlet muda menimba pengalaman internasional. Mereka diharapkan bisa menjadi bibit unggul untuk mencapai puncak prestasi di Asian Games ataupun Olimpiade.
Adapun Asian Games maupun Olimpiade diikuti oleh atlet terbaik di setiap cabang. Namun, pada SEA Games ini dari 841 atlet Indonesia yang berpartisipasi pada 52 cabang olahraga, komposisi 60-40 itu belum terpenuhi. ”Sejauh ini, komposisinya lebih dari 50 persen atlet muda dan sisanya atlet senior,” katanya.
Namun, hal itu sudah cukup baik. "Walau hanya bersifat imbauan, pengurus induk cabang cukup serius mengupayakan hal tersebut. Paling tidak, komposisi yang kami inginkan itu nyaris terpenuhi,” tuturnya.
Menurut Gatot, harapan mengirim atlet muda belum bisa terpenuhi sepenuhnya karena pengurus cabang punya tanggung jawab mencapai target prestasi. Secara keseluruhan, hal itu untuk mendukung Indonesia mencapai target 45 emas dan duduk minimal di peringkat keempat pada SEA Games 2019.
”Kita tahu, publik tidak akan peduli kita menggunakan atlet muda atau senior pada SEA Games ini. Yang publik inginkan tetap Indonesia meraih medali emas sebanyak-banyaknnya, bila perlu menjadi juara umum. Apalagi pada Asian Games 2018 lalu, kita menjadi yang negara Asia Tenggara terbaik. Dalam benak masyarakat awam, kita harusnya dengan mudah bisa merebut juara umum SEA Games ini walaupun dalam praktiknya tidak sesimpel itu,” ujarnya.
Warna baru
Kehadiran lebih dari 50 persen atlet muda yang menjalani debut pada SEA Games 2019 dinilai Ketua Kontingen Indonesia Harry Warganegara memberi warna baru. Ada sejulmah cabang yang diisi sepenuhnya oleh atlet muda, seperti floor ball, layar, anggar, dan ice skating. “Tetapi, ada juga yang separuh-separuh, seperti hoki es dan bulu tangkis,” ujarnya di Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Harry menjelaskan, pemerintah menghimbau SEA Games diisi oleh atlet-atlet muda yang baru pertama kali tampil agar atlet senior dapat fokus ke ajang yang lebih tinggi, seperti Asian Games dan Olimpiade. Namun, hal tersebut tidak bisa sepenuhnya dilaksanakan mengingat ada sejumlah cabang olahraga yang menjadikan SEA Games untuk menambah jam terbang atlet.
“Kita tahu untuk menambah jam terbang itu tidak mudah dan tidak murah. Jadi, untuk sejumlah cabang olahraga, SEA Games masih dibutuhkan. Di angkat besi, misalnya, Eko Yuli Irawan masih turunkan. Namun, pelari Lalu Muhammad Zohri tidak bermain. Kalau Zohri tampil di SEA Games, mungkin dia bisa membawa pulang dua-tiga emas,” ujar Harry.
Dengan komposisi atlet yang ada sekarang, menurut Harry, SEA Games dijadikan sebagai ajang olahraga persahabatan antar negara se-Asia Tenggara. “SEA Games bukanlah sasaran utama, melainkan sasaran antara menuju Asian Games dan Olimpiade,” katanya.
Meski bukan sasaran utama, tetap ada target yang ingin dicapai. Target itu adalah memperbaiki peringkat di Asia Tenggara. Kalau dua tahun lalu Indonesia menempati peringkat kelima kejuaraan, tahun ini tim “Merah Putih” berharap bisa naik ke posisi keempat. Hal itu penting untuk mempertahankan gengsi rangking di tingkat Asia Tenggara.
Komposisi 60 atlet yunior dan 40 senior yang ditetapkan oleh pemerintah, menurut Harry, sudah cukup ideal. Namun, ke depannya, ia berharap lebih banyak atlet yunior yang tampil. “Jumlahnya bisa ditingkatkan menjadi 75 persen yunior, 25 persen senior,” kata wakil Sekjen KOI itu.
Berdasarkan data KOI, Kontingen Indonesia pada SEA Games 2019 berjumlah 1.311 orang, terdiri dari 841 atlet, 415 tim ofisial, dan 55 dan anggota tambahan di luar ofisial. Atlet berasal dari 52 cabang dan 66 disiplin olahraga. Mereka akan mengikuti 424 nomor pertandingan SEA Games. Dengan 841 atlet, Indonesia memasang target menempati peringkat keempat kejuaraan. Setidaknya, medali emas yang dikumpulkan sebanyak 45 keping.
Percobaan
Gatot menuturkan, pemerintah akan mengevaluasi kebijakan menurunkan pemain muda pada SEA Games ini, dan apakah kebijakan ini relevan dengan semua cabang olahraga. Diakui, belum ada instruksi detail mengenai batasan usia kategori atlet muda/pelapis maupun senior/elite di masing-masing cabang, padahal setiap cabang olahraga punya klasifikasi usia berbeda-beda.
Seperti di cabang senam, usia 20 tahun sudah tergolong senior. Padahal, usia seperti itu masih tergolong muda di cabang seperti sepak bola dan basket. ”Nah, detail itu yang akan kami kaji lagi. Kajian itu akan muncul setelah melihat hasil yang dicapai atlet Indonesia di SEA Games kali ini,” katanya.
Kendati demikian, Gatot menekankan, dorongan agar cabang melakukan regenerasi atlet harus tetap berjalan. Hal itu untuk menyeimbangkan prestasi dan regenerasi. ”Percuma juga kita bisa terus berprestasi dengan atlet-atlet senior atau elite yang ada sekarang tetapi ternyata mereka belum ada pelapis yang sepadan. Nanti, ketika mereka sudah menurun atau pensiun, tidak ada atlet yang meneruskan prestasi itu. Yang rugi tentu Indonesia,” tuturnya.
Jika penerapan komposisi 60 persen atlet muda dan 40 persen atlet senior itu nyatanya gagal, Gatot mengutarakan, boleh jadi pihaknya akan mengembalikan penggunaan atlet senior atau terbaik dari masing-masing cabang untuk berlaga di SEA Games berikutnya. Adapun atlet-atlet muda akan diberikan wadah menimbang pengalaman pada ajang-ajang tunggal.
”Kalau memang instruksi itu gagal, mungkin atlet senior akan kembali difokuskan tampil di SEA Games. Adapun atlet muda dicarikan wadah menimbah pengalaman di ajang cabang tunggal. Itu lebih baik karena publik juga tidak terlalu terfokus dengan prestasi atlet di kejuaraan tersebut,” ujar Gatot.
Cara lain, pihaknya akan memberikan intervensi pada penyelenggaraan PON agar mengutamakan penggunaan atlet muda. Sejauh ini, PON 2020 belum menerapkan kebijakan itu. Para atlet senior tetap mendominasi ajang empat tahunan nasional itu. Bahkan, fakta yang terjadi justru miris, yakni banyak perpindahan atlet senior dari suatu daerah ke daerah lain guna memenuhi keinginan suatu daerah berprestasi lebih baik. Hal itu tentu mencoreng semangat pembinaan.
”Idealnya, PON dan SEA Games itu menjadi wadah atlet-atlet muda kita untuk menimbah pengalaman lebih banyak. Namun, hingga sekarang, PON masih didominasi atlet senior. Adapun SEA Games, kami mulai fokuskan ke atlet muda walaupun komposisi yang kami inginkan belum benar-benar terpenuhi tetapi itu sudah lumayan baik,” kata Gatot.