Cabang panahan menurunkan kombinasi atlet senior dan yunior di SEA Games Filipina 2019. Dari 16 atlet yang disiapkan, enam orang di antaranya merupakan atlet yunior yang masih berusia belasan tahun.
Oleh
Yulvianus Harjono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Secara tradisi, SEA Games menjadi wadah bagi cabang panahan Indonesia untuk melakukan regenerasi atau peralihan ilmu dari atlet senior ke yunior. Seperti edisi-edisi sebelumnya, cabang panahan menurunkan kombinasi atlet senior dan yunior di SEA Games Filipina 2019. Dari 16 atlet yang disiapkan, enam orang di antaranya merupakan atlet yunior yang masih berusia belasan tahun.
Dua atlet recurve putra, yaitu Ryan Rafi Adiputro (16) dan Arif Dwi Pangestu (15), bahkan masih duduk di bangku sekolah menengah atas. SEA Games Filipina akan menjadi debut keduanya pada pekan olahraga internasional. Saat ditemui awal November lalu, Arif optimistis meski terbilang belia bisa bersaing dengan atlet-atlet lain, termasuk seniornya di tim panahan Indonesia, seperti Riau Ega Agatha.
”Grogi? Tidak juga. Saya sudah berlatih beberapa bulan terakhir dan semoga hasilnya (di Filipina) nanti positif,” ujar Arif yang pernah turun di Kejuaraan Dunia Panahan Yunior 2017 di Rosario, Argentina.
Arif berharap mampu mengikuti jejak sejumlah atlet panahan nasional lainnya, seperti Prima Wisnu Wardhana (24), yang tampil mengejutkan di SEA Games Malaysia 2017. Saat itu, Prima berstatus atlet compound muda yang melakukan debut di SEA Games. Namun, di luar dugaan, ia mampu mencuri medali emas di nomor perseorangan.
Menurut Budi Widayanto, pelatih tim recurve putra, atlet-atlet yunior, seperti Ryan dan Arif, memiliki antusiasme yang lebih tinggi daripada para seniornya saat berlatih. Semangat itu membuat mereka kerap menorehkan skor yang tinggi dalam latihan dan simulasi. ”Hanya saja penampilan mereka masih labil, naik turun. Seiring waktu dan pengalaman, mereka akan kian matang,” ujarnya.
SEA Games idealnya memang menjadi ajang regenerasi sekaligus batu loncatan bagi para atlet yunior Indonesia untuk berprestasi. Demi tujuan itu, sejumlah atlet senior, seperti pesenam ritmik Nabila Evandestiera (23), mengalah untuk memberikan jalan yuniornya. Atlet senam ritmik peraih dua perunggu di SEA Games 2017 itu memilih tidak mengikuti seleksi nasional di cabang senam.
HAl itu dilakukannya demi regenerasi atlet di senam Indonesia. ”Karena sudah tiga kali ikut (SEA Games), saya mendorong adik-adik yang belum pernah tampil di SEA Games untuk ikut seleksi,” ujar Nabila yang kini fokus menyiapkan diri di PON Papua 2020 mendatang.