Ajang SEA Games menyediakan kesempatan bagi para atlet muda untuk mengasah mental dan kemampuan tampil dalam kejuaraan level internasional. Namun, belum semua pengurus cabang berani meregenerasi atletnya secara total.
Oleh
Herpin Dewanto Putro/Adrian Fajriansyah
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ajang SEA Games sudah menyediakan kesempatan bagi para atlet muda untuk mengasah mental dan kemampuan tampil dalam kejuaraan level internasional. Namun, belum semua pengurus cabang berani meregenerasi atletnya secara total. Atlet yang tergolong senior masih diturunkan demi mengejar gengsi dalam perolehan medali emas atau mempersiapkan diri mengikuti Olimpiade Tokyo 2020.
Cabang balap sepeda, misalnya, merupakan cabang yang diandalkan karena berhasil menyabet dua medali emas pada SEA Games 2017. Kali ini balap sepeda menargetkan tiga emas, satu emas dari displin BMX dan dua emas dari sepeda gunung. Atlet yang lebih berpengalaman berpotensi untuk merealisasikan target ini.
Pebalap BMX, I Gusti Bagus Saputra (26), merupakan salah satu atlet yang ditarget meraih emas dari nomor race. Ia sudah meraih emas pada SEA Games 2017 dan perak pada Asian Games 2018. Ia ditemani Toni Syarifudin (28) yang pernah tampil di Olimpiade Rio 2016. Atlet termuda untuk disiplin BMX ini adalah Rio Akbar (24) yang pernah memenangi kejuaraan Asia pada 2018.
”Sebenarnya regenerasi atlet BMX mudah dilakukan karena sudah banyak kejuaraan yang digelar di daerah,” kata pelatih kepala tim nasional balap sepeda Indonesia, Dadang Haris Purnomo, di Jakarta, pertengahan November lalu. Banyak bakat baru yang muncul pada setiap kejuaraan yang bisa dipoles.
Namun, Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia juga memiliki pertimbangan lain dalam menentukan atlet karena SEA Games dinilai sebagai batu loncatan bagi para atlet untuk ke ajang yang lebih tinggi seperti Olimpiade dan kejuaraan dunia. Melalui SEA Games, pebalap juga bisa mengumpulkan poin Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI) yang dibutuhkan untuk lolos ke Olimpiade.
Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari mengatakan bahwa saat ini masih dalam tahap transisi untuk menuju pola regenerasi yang diharapkan. Berdasarkan instruksi dari pemerintah, pihaknya juga sedang membuat peta pengembangan atlet.
”Saat ini kalau memang atletnya (yang tergolong senior) kebetulan ada di Indonesia, ya, kami berangkatkan ke SEA Games,” ujar Oktohari.
Lebih jelas
Regenerasi atlet di cabang sepak bola lebih jelas karena hanya diikuti skuad U-23. Meski demikian, masih ada regulasi yang membolehkan setiap tim untuk menyertakan dua pemain senior. Timnas Indonesia U-23 memberangkatkan Evan Dimas (24) dan Zulfiandi (24).
Pelatih timnas Indonesia, Indra Sjafri, mengatakan bahwa kedua pemain itu merupakan kepingan puzzle yang dibutuhkan untuk memperkuat tim. Para pemain U-23 juga diharapkan mendapat pengalaman dari dua pemain yang telah bergabung ke timnas senior itu.
”Saya menyarankan teman-teman untuk tidak melihat media sosial dulu. Jangan terlalu dengar komentar orang lain karena mereka juga tidak merasakan apa yang terjadi di lapangan,” ujar Evan.
Dengan kehadiran pemain senior, Indonesia membawa misi untuk merebut kembali emas di cabang sepak bola yang terakhir kali diraih tahun 1991. Pada laga pertama, Selasa (26/11/2019), tim ”Garuda Muda” mengalahkan Thailand 2-0. Berbeda dengan Indonesia, Thailand yang merupakan juara bertahan ini tidak membawa pemain senior sama sekali.
Harus paham
Di tempat terpisah, manajer pelatnas atletik (PB PASI), Mustara Musa, mengatakan, semua cabang pada dasarnya ingin melakukan regenerasi berkelanjutan. Mereka juga ingin menampilkan atlet-atlet muda di pentas internasional. Namun, apakah pemerintah siap maklum ketika atlet muda itu belum bisa memberikan prestasi terbaik.
Pertanyaan lain, apakah pemerintah siap membiayai atlet-atlet muda itu tampil di pentas internasional. ”Pertimbangan-pertimbangan itu harus diperhitungkan pemerintah jika ingin menyukseskan keinginan mereka melakukan regenerasi berkesinambungan,” tutur Mustara, beberapa waktu lalu.
Mustara menyampaikan, di cabang atletik sudah muncul kesadaran untuk menurunkan atlet-atlet muda meski belum sepenuhnya memenuhi komposisi 60 persen atlet muda dan 40 persen atlet senior. Sejauh ini komposisi tim atletik untuk SEA Games 2019 adalah 20 persen atlet muda dan 80 persen atlet senior.
Kendati demikian, para atlet muda yang diturunkan itu rata-rata atlet yang belum pernah berlaga di SEA Games. Hal itu dianggap sudah menjadi langkah besar untuk atletik yang selama ini selalu bertumpu kepada atlet-atlet senior pada sejumlah ajang, termasuk pentas multi cabang internasional.
Kesadaran itu muncul dipengaruhi prestasi yang ditunjukkan sprinter muda asal NTB, Lalu Muhammad Zohri. Pada usia 18 tahun, Zohri bisa menjadi juara dunia lari 100 meter Kejuaraan Dunia U-20 2018. Pada usia belum genap 19 tahun, dia memecahkan rekor nasional untuk ketiga kalinya dengan catatan waktu 10,03 detik di GP Seiko Golden 2019, Osaka, Jepang, Mei lalu.
”Prestasi yang ditunjukkan oleh Zohri membuat kami tersadar bahwa atlet Indonesia bisa bersaing di level dunia. Kami juga tersadar sejatinya kita banyak bakat hebat, tetapi perlu usaha keras mencari mereka di pelosok-pelosok daerah dan harus sabar untuk membinanya,” ujar Mustara.