Indonesia Akhirnya Punya Museum Penanggulangan Terorisme
Indonesia akhirnya memiliki Museum Penanggulangan Terorisme. Berada di Bali, lewat museum ini semua kalangan diajak agar terus waspada dan tak lupa terhadap bahaya terorisme.
Oleh
cokorda yudistira
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Indonesia akhirnya memiliki Museum Penanggulangan Terorisme. Berada di Bali, lewat museum ini semua kalangan diajak agar terus waspada dan tak lupa terhadap bahaya terorisme.
Museum itu diresmikan Kepala Polda Bali Inspektur Jenderal Petrus Reinhard Golose pada Rabu (27/11/2019). Berada di Gedung Sport Centre ”Prakasa Rucira Garjita” Kompleks Lapangan Tembak Bhayangkara Perbakin Bali, Kota Denpasar, museum yang dikelola Polda Bali ini menampilkan ragam peralatan kepolisian dan replika perkakas pelaku teror.
”Museum ini hendak menunjukkan bagaimana kepolisian bekerja melindungi hak asasi manusia yang paling hakiki, yakni hidup,” kata Golose.
Seremoni peresmian museum itu dihadiri sejumlah tokoh penting dalam penanganan peristiwa teror yang pernah terjadi di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah mantan Kapolda Bali yang juga ketua tim investigasi bom Bali 2002 Komisaris Jenderal (Purn) Made Mangku Pastika dan tokoh Detasemen Khusus 88 Polri Komisaris Jenderal (Purn) Gories Mere. Hadir juga Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan Bupati Gianyar I Made Mahayastra serta Wakil Kepala Kapolda Bali Brigadir Jenderal I Wayan Sunarta.
Di dalam museum dipajang beraneka peralatan yang digunakan Polri ketika mengungkap peristiwa terorisme di Bali dan beberapa tempat lain, termasuk pemburuan terhadap Azahari di Malang, 2005.
Museum juga memajang tiruan mobil Mitsubishi L300 warna putih yang membawa sekitar 1 ton campuran bahan peledak. Mobil itu kemudian diledakkan di depan Paddy’s Cafe, Kuta, Badung, 12 Oktober 2002.
”Saya ingat betul bagaimana kami harus bekerja keras untuk mengungkap kasus (bom Bali 2002) itu,” kata Pastika ketika meninjau museum.
Pastika menuturkan, keberhasilan mengungkap kasus peledakan bom Bali 2002 dan menangkap para terorisnya juga diawali dari keberhasilan polisi mengidentifikasi mobil pembawa bahan peledak itu. ”Nomor sasisnya sudah dihilangkan. Nomor mesinnya tidak ada. Nasib baik, kami mendapatkan nomor kir mobil itu,” ujar Pastika.
Lebih lanjut Golose mengatakan, museum itu dibuka bagi masyarakat. Golose menambahkan, museum itu juga berfungsi sebagai wahana pendidikan untuk mencegah hal serupa terulang lagi.
”Termasuk bagi generasi muda penegak hukum yang lahir sesudah 1990 hingga 2000 agar tidak lupa dan selalu ingat peristiwa bom Bali 1 dan bom Bali 2 dan peristiwa ancaman teror di Bali 2012,” kata Golose. ”Museum ini kecil, tetapi kami berharap maknanya besar karena berisi sejarah melawan teror,” ujar Golose.
Museum ini kecil, tetapi kami berharap maknanya besar karena berisi sejarah melawan teror.
Konsul Jenderal Jepang di Denpasar Hirohisa Chiba menyatakan, museum itu penting agar masyarakat tetap mengingat sejarah, mengetahui kinerja dan dedikasi kepolisian, serta tidak lupa ancaman terorisme. ”Saya menyambut positif kehadiran museum ini,” kata Chiba ketika meninjau museum itu.
Gories menyatakan, Museum Penanggulangan Terorisme itu merupakan yang terlengkap menggambarkan upaya penanggulangan teroris. Keberadaan museum itu, menurut Gories, juga mencerminkan kerja sama antara Polri, instansi kepolisian berbagai negara, dan badan penegak hukum internasional lainnya.
”Roh ini, semangat ini, yang perlu diingat dan dilanjutkan ke generasi penerus,” kata Gories.