Sebagian besar pedagang kaki lima yang berjualan di luar kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat, menolak dipindah ke Pasar Kenari. Alasannya, para pedagang khawatir kehilangan pelanggan jika pindah tempat usaha.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian besar pedagang kaki lima yang berjualan di luar kawasan Pasar Senen, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2019), menolak dipindah ke Pasar Kenari pada Desember mendatang. Alasannya, para pedagang khawatir kehilangan pelanggan jika pindah tempat usaha.
Sekumpulan pedagang yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Jakarta Raya (APJR) menyatakan belum sepakat dengan Pemerintah Kota Jakarta Pusat terkait rencana relokasi dari Pasar Senen ke Pasar Kenari. Jarak antara Pasar Senen dan Pasar Kenari sekitar 4,2 kilometer.
Perwakilan pedagang dari APJR, Jay (44), menyampaikan, kunjungan Wali Kota Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu, baru sekadar memberitahukan rencana relokasi. ”Baru ada info rencana relokasi, tetapi hal itu belum didiskusikan dengan pedagang. Teman-teman pedagang menolak relokasi ke Pasar Kenari,” ujarnya saat ditemui Selasa siang.
Jay menjelaskan, sebagian pedagang menolak karena pernah berjualan di Pasar Kenari. Lokasi pemindahan lapak pedagang di Pasar Kenari tidak cocok dengan segmentasi pedagang pakaian. Lokasi lantai tiga yang mereka maksud berdekatan dengan lapak penjualan kabel dan alat elektronik.
Limbong (38), pedagang lainnya, menambahkan, lokasi yang tidak strategis menyebabkan sepi pembeli. ”Dulu sebagian pedagang pernah di sana sekitar tiga bulan. Gratis, tetapi dagangan hampir tidak laku sama sekali,” ujarnya.
Demi dagangan pakaian yang laku berkisar Rp 300.000-Rp 500.000 per hari, Limbong mengaku lebih rela berjualan kucing-kucingan dengan petugas satpol pamong praja setempat.
”Pedagang di sini pun mikirnya begitu. Lebih baik kepanasan, kehujanan, tapi dapat uang. Daripada dapat fasilitas kios, tapi malah sepi pelanggan dan ujung-ujungnya bangkrut,” ujar Limbong lagi.
Lokasi yang tidak strategis menyebabkan sepi pembeli. Dulu sebagian pedagang pernah di sana sekitar tiga bulan. Gratis, tetapi dagangan hampir tidak laku sama sekali.
Ia berharap pedagang tetap berada di kawasan Pasar Senen. Sebab, sejumlah pedagang APJR dulu adalah penghuni Pasar Senen Blok I dan II yang sempat terbakar pada 2017.
Terkait hal ini, Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi menuturkan, proses negosiasi dengan pedagang hingga pekan ini masih berlangsung. Relokasi ke Pasar Kenari murni karena pedagang kaki lima mengganggu lalu lintas di kawasan Jalan Senen Raya.
”Sebenarnya Pemkot Jakarta Pusat hanya memfasilitasi tempat bagi pedagang di Pasar Kenari. Yang utama itu, kan, urusan dengan PD Pasar Jaya,” ujar Irwandi.
Apabila pedagang masih ingin di Pasar Senen, Irwandi menyebutkan masih ada sekitar 29 kios kosong di Pasar Senen Blok III. Namun, persyaratannya adalah harus memenuhi pembayaran seperti para pedagang lain.
”Mereka tidak bisa menempati lahan kosong seenaknya. Kabar terakhir, mereka ingin menempati tanah kosong yang akan djiadikan lahan parkir. Itu tidak mungkin. Kalau mau, ya, bayar sewa seperti pedagang yang lain karena kami
enggak mungkin kasih keringanan,” tutur Irwandi.
Kabar terakhir, mereka ingin menempati tanah kosong yang akan djiadikan lahan parkir. Itu tidak mungkin. (Irwandi)
Ia menambahkan, pedagang punya dua opsi penempatan, yakni di Pasar Kenari dan Pasar Atom (Pasar Baru). Mereka hanya membayar listrik, sementara biaya sewa tempat gratis hingga enam bulan.
Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin mengatakan, Pasar Kenari yang dianggap sepi kini lebih ramai karena adanya kios buku Jakbook. Selain itu, PD Pasar Jaya juga tengah membangun bioskop rakyat untuk fasilitas hiburan warga.