Rahmat Erwin Abdullah (18 tahun) membuat kejutan ketika berhasil mengalahkan seniornya, peraih dua medali Olimpiade, Triyatno (30) pada Kejuaraan Nasional PABBSI 2019.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
Rahmat Erwin Abdullah (18 tahun) membuat kejutan ketika berhasil mengalahkan seniornya, peraih dua medali Olimpiade, Triyatno (30) pada Kejuaraan Nasional PABBSI 2019. Keberhasilan itu mengantar Rahmat tampil untuk pertama kalinya di SEA Games Filipina 2019.
Di Bandung, Agustus lalu, Rahmat meraih tiga keping emas setelah mengukir angkatan snatch 145 kilogram, clean and jerk 176 kg, total 321 kg. Triyatno harus merelakan tiket SEA Games untuk Rahmat karena menempati peringkat kedua pada seleksi nasional itu. Tri mengukir angkatan snatch 142 kg, clean and jerk 175 kg, dan total 317 kg,
Rahmat mengatakan, kesuksesan ini membuatnya semakin percaya diri tampil di pesta olahraga Asia Tenggara itu. ”Saya harus semangat lagi, harus yakin lagi. Kalau sekarang bisa, berarti selanjutnya bisa,” kata pemuda asal Sulawesi Selatan itu di Jakarta, Jumat (22/11/2019).
Meski ini debutnya di SEA Games, Rahmat menilai ajang itu sama dengan kejuaraan lain yang harus dijalani dengan serius. ”Mau latihan atau perlombaan saya selalu menganggap ini penting. Menurut saya, lawan terberat adalah diri sendiri. Jadi, tampil di mana pun dan kapan pun, saya harus bisa mengalahkan diri sendiri,” ujarnya.
Rahmat dipanggil pertama kali ke pelatnas angkat besi menjelang Asian Games 2018. Putra pasangan suami-istri mantan lifter nasional Erwin Abdullah dan Ami Asun Budiono itu menempati peringkat ke-11 di Asian Games dengan angkatan snatch 142 kg, clean and jerk 172 kg, dan total 314 kg. Pelan tetapi pasti, prestasi Rahmat meningkat.
Di Kejuaraan Dunia 2019, Rahmat mengukir angkatan snatch 144, clean and jerk 174 kg, dan angkatan total 318 kg. Sebulan kemudian, pada Kejuaraan Asia Yunior 2019, angkatan Rahmat meningkat lagi menjadi snatch 147 kg, clean and jerk 179 kg, dan total 326 kg, yang menjadi rekor Asia yunior. Prestasi ini membuka peluangnya meraih emas SEA Games karena di Asia Tenggara, Rahmat masih yang terkuat.
Tak mudah
Prestasi Rahmat diraih tidak semudah membalik telapak tangan. Ia jatuh cinta pada angkat besi sejak usia 4 tahun setelah sering melihat ayahnya berlatih di pelatnas. Memasuki usia 8 tahun, Rahmat mulai meniru program latihan ayahnya, seperti berlatih squat, push-up, dan squat jump.
”Saya heran, kenapa setiap malam Rahmat berkeringat. Pakaiannya basah saat tidur. Setelah saya perhatikan, Rahmat berlatih fisik diam-diam. Ia takut ketahuan orang tua dan dimarahi, maka berlatih di kamar,” kata ayahnya, Erwin Abdullah, yang kini melatih Rahmat di pelatnas.
Sejak itu, Erwin mengarahkan Rahmat untuk menjalani latihan yang tepat sesuai usianya. Rahmat mulai berlatih dengan pemainan dan mengangkat tongkat ringan. Seiring waktu, beban latihan ditambah. Ami, ibunda Rahmat yang meraih medali emas SEA Games 2005, turut membantu. Bakat didukung disiplin berlatih mengantar Rahmat menjadi juara pada sejumlah ajang nasional kemudian internasional.
Erwin menjelaskan, putranya mempunyai bakat dan disiplin luar biasa. “Sebelum dan setelah berlatih, Rahmat pasti tidur. Dia tahu, kalau mau menjadi atlet harus punya fisik yang prima. Oleh karena itu, Rahmat sangat menjaga istirahat dan pola makan,” katanya.
Selain itu, tidak seperti remaja seusianya, Rahmat tidak terlalu senang menghabiskan waktu bermain game. Hanya sesekali saja, Rahmat bermain menggunakan telepon genggam untuk menghilangkan penat. “Setelah kejuaraan, biasanya dia punya waktu satu hari untuk tidur larut malam atau bebas makan bebas. Ini jadi kebebasan sesaat Rahmat setelah disiplin berlatih,” katanya.
Sebagai orang tua, Erwin berharap Rahmat bisa mempersembahkan yang terbaik di SEA Games 2019. “Mudah-mudahan saja bisa. Sebagai orang tua saya hanya bisa berharap dan membantu Rahmat mencapai cita-citanya,” kata Erwin.