Ramai-ramai Ingin Cantik
Setiap perempuan pasti ingin tampil cantik. Saat ini, banyak cara yang bisa dilakukan untuk tampil cantik. Bisa ikut seminar atau kursus kecantikan maupun mengikuti tutorial rias wajah melalui media sosial.
Setiap perempuan pasti ingin tampil cantik. Berbagai cara akan dilakukan supaya bisa tampil menarik. Mulai dari membeli make up yang cocok dengan kulit wajah, lalu belajar merias, sampai perawatan wajah.
Saat ini, banyak perempuan yang ingin mempunyai wajah cantik dengan kulit mulus. Merias wajah seakan menjadi kebutuhan sehari-hari. Saat jalan-jalan, ke pesta, maupun ke kampus, jangan lupa untuk memakai bedak, lipstik dan blush on. Ada juga yang memakai bulu mata palsu.
Siswa SMA atau mahasiswa yang pintar merias wajah sudah menjadi hal yang biasa. Apalagi, banyak influencer, beauty blogger, kursus atau seminar make up yang membagikan ilmu kecantikannya. Ada pula yang terinspirasi ingin membuat produk perawatan kecantikan dari bahan alami yang biasa digunakan oleh produk dari Korea.
Sayangnya, ada perempuan muda yang malah mengorbankan kesehatan wajahnya. Seperti dialami Aslina (bukan nama sebenarnya) yang harus bolak-balik ke dokter kulit karena jerawat nongol di wajah.
Sebenarnya dokter sudah memberi obat untuk mengobati jerawat itu tapi dia yang baru lulus pendidikan magister itu tak mau mengikuti petunjuknya. Seharusnya, dia mengistirahatkan kulit wajah dari riasan, tetapi dia nekad menggunakan bedak tebal sehingga wajahnya infeksi.
“Aku enggak pede kalau enggak make up-an. Pasti wajahku jelek banget,” kata Aslina. Padahal, gadis manis itu bisa. Dalam kondisi itu, memakai pelembab, bedak serta lipstick saja sudah membuat tampilannya segar.
Aslina yang gandrung memakai tata rias lengkap tak sendiri. Ia punya teman ribuan perempuan yang selalu menyerbu bazar kecantikan yang menghadirkan puluhan merk tata rias dan perawatan muka serta tubuh. Pemasaran produk-produk tersebut tumbuh subur karena minat para cewek membeli alat tata rias meningkat drastis.
“Dulu, gue hanya pake bedak dan lipstick tapi gara-gara beberapa teman di kampus pake make-up, gue belajar dari mereka. Ya udah pake terus sampai sekarang. Lebih nyaman sih kalau pake make up gini,” tutur Shania yang masih kuliah Universitas Indonesia pada Sabtu (9/11/2019). Ia ditemui sedang melihat produk perawatan wajah di mal di Jakarta Selatan.
Sejak suka dandan, ia harus mengorbankan uang tabungan untuk membeli bedak, maskara, pemulas mata dan lipstick yang tengah tren. “Ih malu ah menyebut harganya. Lumayan mahal sih harga bedaknya, di atas Rp 500 ribu,” ujar Shania malu-malu.
Tampaknya punya wajah cantik dan terawat sudah seperti wajib bagi sebagian besar perempuan. Tak heran bila kelas-kelas belajar merias diri laris. Produsen kecantikan seperti Ponds, Laneige dan Madame Gie rajin mengadakan acara seperti itu di kampus dan mal. Mereka mengundang remaja perempuan sebagai peserta dan influencer sebagai pembicara.
Belajar merias
Kampus Universitas Multimedia Nusantara, Jumat (15/11/2019) lalu mengadakan event Eonni Korean Make Up Look bersama Madame Gie, brand kosmetik lokal. Di acara tersebut, peserta mendapat pembelajaran memakai tata rias dengan gaya khas Korea yang bersih dan flawless seperti dideskripsikan oleh Steffany, seorang make up artist. Ia menjelaskan, make up penting karena tampil cantik dan maksimal kini menjadi krusial. “Saat cari kerjaan, penampilan menjadi hal penting,” ujarnya.
Molly Chintia, mahasiswi Jurusan Manajemen UMN yang menjadi model di acara itu mengaku tertarik belajar memakai make up dengan alasan, make up mampu mengangkat rasa percaya diri. “Aku pribadi, kalau enggak pakai make up kerasa ada yang kurang,” katanya. “Kulitku ini kan putih, kalau enggak pakai lip tint kelihatan pucat banget,” lanjutnya.
Para remaja puteri yang masih mahasiswa atau baru mulai bekerja juga memilih belajar merias diri dari kanal YouTube milik influencer kecantikan. Selain kerap mengulas produk, para influencer juga mengajarkan menggunakan tata rias. Satu diantara influencer itu, Hanum Mega (19) yang setahun terakhir rajin mengunggah video dan foto di Instagram berkonten seputar kecantikan.
Cewek yang rajin membagikan tips dan tutorial bermakeup itu dulu tidak suka merias wajah. “Awalnya aku masuk sekolah musik. Kalau ada konser wajib pakai makeup. Aku mencoba pinjam punya ibu ternyata seru juga karena bisa membuat diri semakin cantik,” jelas Hanum.
Menjadi seseorang yang terkenal karena makeup juga bukan pekerjaan mudah. Kesan selalu terlihat cantik juga menjadi beban bagi Hanum. “Kalau di video tutorial kan kelihatan sebelum dan sesudah make up. Dulu sempat dibully kok beda banget kalau tidak pakai make up,” kata Hanum yang memiliki 200.000 pengikut di Instagram.
Kisah berbeda dialami oleh influencer kecantikan Vinna Gracia. Sudah terjun ke dunia tata rias sejak 2011, ia belajar makeup hanya bermodal nekat karena butuh pekerjaan saat baru pindah ke Amerika Serikat. Meski awalnya tak mendapat izin, ia bisa meyakinkan orang tuanya dengan dalih bisa mendapat uang jajan dengan bekerja sebagai make up artist.
“Awalnya belajar dengan serius dari les make up. Kok kayaknya senang, jadi latihan dan belajar terus, ” katanya di Jakarta pada Jumat (15/11/2019). Setelah menggeluti secara serius dan profesional dunia rias wajah, banyak teman Vinna bertanya trik make up yang ia gunakan. Karena sulit menjelaskan teknik rias wajah via teks, Vinna berinisiatif mengunggah video di YouTube.
Semula hanya untuk teman-teman terdekat, tetapi belakangan justru namanya membesar lewat kegiatan iseng yang ia lakukan itu. “Dulu senang banget, temen hanya 20 tapi yang nonton 100. Banyak yang komentar dan request tutorial makeup tertentu. Sampai keterusan bikin video YouTube dan punya akun khusus kecantikan,” jelasnya.
“Awalnya belajar dengan serius dari les make up. Kok kayaknya senang, jadi latihan dan belajar terus, ” kata Vinna.
Produsen lokal
Meningkatnya kesadaran merias diri ikut mengundang orang lokal membuat produk makeup. Salah satunya, The Bath Box. Awalnya ia hanya membuat sabun badan, tapi sekarang mulai menambah varian produk lewat lipstik dan eye shadow cair. Tambahan jenis produk ini dilakukan karena minat masyarakat yang besar.
“Kami menghadirkan make up sebagai produk dekoratif karena permintaan pelanggan. Kami melihat produk luar untuk benchmark,” ujar Kristama, Co-Founder dan Teknologi Pemasaran The Bath Box pada Senin (25/11/2019).
Sementara Wangsa Jelita, produsen perawatan muka dan badan, belum membuat produk dekoratif. Akan tetapi menurut Nadya Saib, co founder perusahaan itu, bisa jadi ke depan akan membuatnya. Saat ini, Wangsa Jelita masih konsentrasi membuat produk misalnya sabun mawar dari bunga mawar dan produk dari bahan alam lainnya.
Nadya yang tamatan Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung menjelaskan, dari awal mendirikan Wangsa Jelita, pihaknya sudah menetapkan membuat produk dari bahan alam. “Kami bahkan tak merasa perlu menambahkan pewarna walaupun dari bahan alam, jika produk itu tak butuh warna macam-macam. Misalnya lotion untuk badan,” tutur Nadya pada Minggu (24/11/2019) di Jakarta.
Soal kehadiran aneka merk perawatan muka dan tubuh dari Korea, ia mengakui terinspirasi pemakaian aneka bahan alam yang sebenarnya banyak di Indonesia, seperti lidah buaya. “Kami memikirkan kemungkinan membuat produk yang bahannya ada di negara sendiri sehingga bisa menekan harga produk,” katanya.
Rencana membuat produk make up dekoratif dan menambah produk baru dari bahan seperti lidah buaya akan Wangsa Jelita lakukan setelah program Well Being Journey Journal, program penguatan bagi perempuan yang Nadya dan kawan-kawannya buat sudah berjalan baik. “Kami tak hanya menjual produk tapi juga merasa perlu mengedukasi perempuan untuk lebih percaya diri dengan apa yang ia miliki,” katanya.
Merias dan merawat diri itu penting dan wajar dilakukan perempuan tetapi jangan hanya karena merasa tak percaya diri lalu merias diri secara berlebihan sehingga merugikan diri sendiri. (*)