Permintaan rumah tapak masih mendominasi pasar perumahan. Kanal iklan baris OLX Indonesia merilis, harga rumah tapak yang paling banyak dicari lewat laman dalam jaringan berkisar Rp 400 juta-Rp 600 juta per unit.
JAKARTA, KOMPAS--Permintaan rumah tapak masih mendominasi pasar perumahan. Kanal iklan baris OLX Indonesia merilis, harga rumah tapak yang paling banyak dicari lewat laman dalam jaringan berkisar Rp 400 juta-Rp 600 juta per unit.
Head of Real Estate OLX Indonesia, Ignasius Ryan Hasim, mengemukakan, di tengah tren hunian vertikal, permintaan hunian lewat OLX didominasi rumah tapak. Sekitar 80 persen rumah yang dipasarkan OLX secara daring adalah rumah sekunder, sedangkan 20 persen lainnya rumah baru.
“Permintaan paling banyak masih rumah tapak. Ada persepsi, membeli rumah harus mendapatkan tanah juga,” ujarnya dalam konferensi pers "Properti Baru Expo", di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Sebagian konsumen juga beranggapan, mengurus dokumen pembelian apartemen lebih rumit dan panjang ketimbang rumah tapak. Ia mencontohkan, pengurusan pemecahan sertifikat hak milik unit apartemen perlu waktu 6-7 tahun sejak penjualan.
Per Oktober 2019, pencari properti melalui OLX sebanyak 434.691 orang atau meningkat 45,69 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2018 yang sebanyak 298.356 orang. Pencarian rumah tapak yang dijual 46 persen, tanah 13 persen, properti komersial 3 persen, dan apartemen 2 persen.
Pada Januari-Juli 2019, nilai penjualan rata-rata Rp 29 triliun per bulan. Sebagian besar konsumen adalah generasi milenial. Pengguna kebanyakan mencari rumah dengan luas tanah 60-80 meter persegi (m2) dan luas bangunan 40-60 m2. Sebagian besar pembeli melihat unit sebelum membeli.
“Pembelian properti bukan seperti ponsel. Ketika membeli hunian, ada faktor emosional disitu,” katanya.
Garap 020
Di tengah kebutuhan pengguna laman daring untuk melihat langsung unit rumah yang dijual, pihaknya kini fokus menggarap pemasaran properti dengan memadukan kanal penjualan daring dan luar jaringan (luring) atau O2O.
“Konsep O2O memadukan pemasaran digital sekaligus membawa pengembang properti menampilkan proyek ke calon pembeli,” ujar Ignasius.
Ignasius menambahkan, selama ini OLX, sebagai kanal jual-beli secara daring, menggandeng pengembang properti baru untuk memperluas jangkauan pasar dan lokasi hunian. Hingga saat ini, pihaknya telah bekerja sama dengan 52 pengembang properti.
Director Growth and Partnership OLX Indonesia Agung Iskandar menambahkan, pembelian rumah untuk tempat tinggal masih mendominasi transaksi properti. Sebagian konsumen mencari rumah sekunder dengan harga di kisaran Rp 400 juta-Rp 600 juta per unit.
Rumah rakyat
Sementara itu, pemerintah meminta lembaga yang berkaitan dengan subsidi perumahan untuk segera menyalurkan tambahan dana subsidi perumahan berskema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan atau (FLPP) sebesar Rp 2 triliun. Tambahan dana diperkirakan dapat diserap sampai akhir tahun ini.
Pada 22 November, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengirim surat kepada Direktur Utama Lembaga Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan, Dirut PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, dan Dirut PT Sarana Multigriya Finansial (Persero). Ketiganya diminta menambah dana FLPP 2019 sesuai Surat Presiden tentang Penambahan Dana FLPP per 18 Oktober dan Surat Menteri Keuangan kepada Menteri PUPR per 21 November.
Bank BTN diminta menyediakan dana maksimal Rp 2 triliun serta mengusulkan biaya dana kepada LPDPP atas penyaluran dana tersebut. Sementara, SMF diminta menyediakan dana maksimal Rp 500 miliar.
Direktur Konsumer Banking BTN Budi Satria ketika dikonfirmasi, Senin (25/11/2019), di Jakarta, mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan waktu yang tersisa agar dana tambahan FLPP tersebut dapat terserap maksimal.
“Memang saat ini sudah ada pengembang yang memiliki rumah (berspesifikasi subsidi) yang sudah siap akad kredit. Kemarin mereka menunda akad karena menunggu tambahan kuota FLPP tersebut,” kata Budi.
Menurut Budi, jumlah tambahan itu maksimal Rp 2 triliun yang sekaligus dengan dana yang disediakan SMF. Dengan dana itu, jika rata-rata harga rumah subsidi Rp 150 juta per unit, maka jumlah unit yang dapat dibiayai sekitar 13.500 unit rumah.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Daniel Djumali, mengatakan, pencairan tambahan dana FLPP memperlihatkan pemerintah tanggap dan perhatian terhadap kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah. ”Saat ini sudah ada daftar tunggu konsumen masyarakat berpenghasilan rendah untuk akad kredit pemilikan rumah FLPP,” kata Daniel.