Tanah berawa itu kini menjadi embung dan taman desa yang ramai dikunjungi wisatawan dengan jumlah pengunjung mencapai 8.000 orang dalam dua bulan terakhir.
Oleh
Wilibrordus Megandika Wicaksono
·5 menit baca
Angin semilir menggoyang daun dan ranting tanaman bunga tabebuya di sekeliling Embung Rawa Bener, Desa Piasa Kulon, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kawasan yang dulunya tanah berawa, kini dijadikan embung dan taman desa dengan jumlah pengunjung mencapai 8.000 orang dalam dua bulan terakhir.
Embung Rawa Bener berada di Taman Desa Piasa Kulon, tepat di pinggir jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Banjarnegara. Taman di seberang kantor balai desa ini memiliki luas sekitar 1,2 hektar dengan ukuran embung 100 meter x 56 meter serta kedalaman 2 meter. Di tengah embung terdapat sebuah pulau kecil berukuran 15 meter x 10 meter.
Di taman ini terdapat tiga becak air yang bisa disewa pengunjung. Becak berwujud angsa ini mampu mengangkut dua orang dewasa dan satu anak balita, dengan total bobot maksimal penumpang 200 kilogram. Pengunjung bisa menyewa dengan harga Rp 5.000 untuk sekali putaran embung atau sekitar 15 menit. Jika tidak ingin berlelah mengayuh, petugas siap menjadi joki pengayuh dan ini gratis.
”Tadi udah muter (embung) dua kali. Lumayan bisa buat momong dan rekreasi di sini karena dekat rumah,” kata Sugeng (42) dari Banyumas yang datang bersama istri dan anaknya, Selasa (12/11/2019). Sugeng, yang sehari-hari bekerja sebagai masinis, memanfaatkan waktu liburnya bersama keluarga. ”Lumayan buat anak-anak. Refreshing dekat, murah meriah. Dari keamanan juga disiapkan jaket pelampung,” tuturnya.
Lumayan bisa buat momong dan rekreasi di sini karena dekat rumah.
Jika ingin menikmati semilir angin di tepi embung, pengunjung bisa sambil merasakan terapi ikan. Kaki dicelupkan ke air dan ikan-ikan segera mengerebuti kaki. Rasanya geli-geli hingga ke ubun-ubun. Untuk terapi ikan ini, pengunjung tidak dikenai tarif khusus, tetapi hanya disediakan kotak untuk memberi uang secara sukarela.
Untuk melepas dahaga dan lapar, di sana sudah ada lebih dari 30 pedagang kaki lima yang merupakan warga sekitar. Ada aneka makanan, mulai dari soto, bakso, juga makanan ringan seperti emping dan mendoan khas Banyumas. Minuman ringan seperti badeg dan es kelapa muda pun tersedia. ”Dulu saya kerjanya hanya membuat emping di rumah. Sekarang siang hari saya buka warung di embung ini,” kata Mutoharoh (40), salah satu pedagang.
Rezeki bagi warga
Dari penghasilan membuat emping, per hari Mutoharoh bisa mendapatkan uang Rp 75.000. Dengan membuka warung di embung itu, ia bisa mendapatkan uang tambahan Rp 50.000-Rp 200.000 dalam sehari. ”Ramainya hari Sabtu dan Minggu. Bisa dapat uang sampai Rp 200.000,” katanya.
Selain membawa rezeki bagi warga yang berdagang, Taman Embung Rawa Bener di Desa Piasa Kulon ini juga membuka lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda yang bertugas melayani pengunjung. Terdapat 13 pengurus, mulai dari bagian tiket, penjaga becak air, petugas parkir, serta pengawas atau penjaga embung untuk mengantisipasi pengunjung yang terpeleset atau jatuh ke embung.
”Salah satu syaratnya bergabung di sini adalah bisa berenang,” kata Miswanto, Ketua Unit Pengelola Taman Desa Rawa Bener. Sejak dibuka awal September 2019, sudah ada 8.702 pengunjung embung. Rata-rata pemasukan dari sewa becak air itu mencapai Rp 21,5 juta per bulan.
Upah petugas diambil 35 persen dari pemasukan sehari dari tiket sewa becak air tersebut. Setiap petugas mendapatkan uangnya setiap dua minggu sekali. Per orang bisa mendapatkan Rp 400.000 sampai Rp 500.000 setiap dua pekan. Pendapatan lainnya dialokasikan antara lain untuk perawatan, pendapatan asli desa, serta untuk BUMDes Manunggal Jaya.
”Kebanyakan petugas di sini adalah lulusan SMK atau SMA,” kata Miswanto. BUMDes Manunggal Jaya tidak hanya bergerak di bidang wisata untuk mengelola taman desa, tapi juga memiliki unit usaha simpan pinjam, pengolahan sampah, serta konfeksi. Nasabah di unit simpan pinjam mencapai 180 orang.
Dengan adanya embung ini, ada sekitar 50 orang yang bisa mendapatkan penghasilan.
Menurut Miswanto, gagasan Kepala Desa Piasa Kulon Ratno untuk membuat embung bagi pertanian sekaligus untuk taman desa memiliki dampak luas bagi masyarakat. Jika tanah seluas 1,2 hektar itu disewakan jadi lahan pertanian, paling banyak sekitar 7 petani yang menggarapnya. Desa pun hanya menghasilkan uang Rp 12 juta setahun dari sewa tanah. ”Dengan adanya embung ini, ada sekitar 50 orang yang bisa mendapatkan penghasilan,” tuturnya.
Dana desa
Ratno mengatakan, pembangunan embung semula ditujukan bagi pengairan 5 hektar sawah yang berada di sisi utara desa. Adapun wisata dan taman desa merupakan pemanfaatan lain dari pembangunan embung. Embung ini sudah direncanakan sejak 2014 dan dibangun bertahap sejak 2017. ”Hampir 80 persen dana desa yang ada untuk pengembangan embung ini,” kata Ratno.
Ratno memaparkan, pada 2017, pembangunan embung berukuran 40 meter x 40 meter dengan kedalaman 2 meter dimulai dari bantuan Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas dengan nilai anggaran Rp 198 juta. Selanjutnya pada 2018, embung diperluas dengan ukuran 100 meter x 56 meter menggunakan dana desa Rp 490 juta. Selain perluasan, saat itu dibangun pula gorong-gorong, talud, dan bak sedimentasi.
Pada 2019, Rp 87 juta dipakai untuk pemasangan lampu sorot. Tahun ini direncanakan pula pembetonan area parkir dengan dana Rp 400 juta. ”Pada 2020 direncanakan pembangunan jogging track, pembangunan gazebo, flying fox, serta 12 kamar mandi/WC,” katanya. Diharapkan taman ini selesai pada 2021.
Desa Piasa Kulon dihuni oleh 3.461 orang dengan jumlah 1.017 keluarga. Dari total luas area desa 304,77 hektar, seluas 107 hektar merupakan area sawah dengan sistem pengairan irigasi dan tadah hujan. Pada 2015, desa ini menerima dana desa Rp 292.276.179. Pada 2016 dana desa Rp 651.159.240, pada 2017 dana desa Rp 830.570.982, dan pada 2019 menerima Rp 1.066.918.000. ”Pemuda yang tadinya menganggur bisa bekerja di sini. Begitu pula ibu-ibu yang hanya di rumah, bisa berjualan di warung,” kata Ratno.
Uangnya saya tabung buat modal usaha.
Agung (19), salah satu pemuda yang bertugas di bagian penjagaan becak air, mengaku bisa mendapatkan penghasilan Rp 500.000 dalam dua pekan. ”Uangnya saya tabung buat modal usaha,” kata Agung yang ingin memiliki peternakan burung merpati ini. Ratno berharap desanya bisa mandiri dan masyarakatnya sejahtera. Dana desa yang ada dari pusat dikelolanya agar bisa berdaya dan menjadi pengungkit kesejahteraan warganya.
Pendapatan asli desa, yang selama ini berasal dari pasar, sewa tanah desa, dan juga sewa lapangan desa dengan rata-rata Rp 300 juta setahun, diharapkan bisa meningkat dari adanya Taman Embung Rawa Bener ini. ”Taman ini pemanfaatan dari pelataran embung dan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat yang murah-meriah dan tidak jauh dari jangkauan mereka,” katanya.
Seperti pepatah, sekali mengayuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Dengan inisiatif membangun embung, bisa dimanfaatkan untuk mengairi sawah, tempat wisata, tempat pengembangan ekonomi warga, serta sumber pendapatan desa.