Pelatih kaya pengalaman Jacksen F Tiago menjadi sosok kunci dalam kebangkitan kembali skuad Persipura Jayapura di kompetisi Shopee Liga 1. Skuad "Mutiara Hitam" itu terus menanjak hingga kini berada di papan atas.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada awal kompetisi Shopee Liga 1, Persipura Jayapura sempat terseok-seok di papan bawah, bahkan hampir masuk ke zona degradasi. Namun, perubahan besar dilakukan manajemen Persipura yakni mengganti pelatih Luciano Leandro dengan Jacksen F Tiago. Langkah itu membuat tim berjuluk Mutiara Hitam tersebut berada di papan atas Liga 1.
Hingga pekan ke-28, Persipura berada di peringkat ke-3 dengan raihan 44 poin. Mereka berpeluang naik peringkat ke-2 jika mampu mengalahkan Persija Jakarta pada Kamis (28/11/2019) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta dan Borneo FC takluk atau imbang dengan Persela Lamongan.
Jacksen mengaku tidak melakukan perubahan besar pada skuad Persipura karena ia telah mengenal kekuatan dan kelemahan anak didiknya. “Saya pernah berkumpul cukup lama dengan anak-anak pada enam tahun yang lalu sehingga proses adaptasi lebih cepat,” kata Jacksen ketika ditemui usai acara ramah-tamah Persipura dengan PT Freeport Indonesia di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Ketika Jacksen kembali melatih Persipura, ia langsung membangun suasana yang positif. Mereka saling menyatukan visi dalam bekerja agar bisa bangkit sehingga akhirnya dapat berada pada posisi seperti saat ini.
Jacksen berusaha mengurangi beberapa kelemahan yang ada pada Persipura saat itu. Ia membangun organisasi permainan sehingga semua komponen tim dapat memahami satu sama lain. Keseimbangan semua pemain dijaga oleh Jacksen sehingga mereka bisa bermain sebagai satu tim. “Kami kurangi kelonggaran antarlini dan kita coba tingkatkan kerjasama tim,” ujar pelatih asal Brasil itu.
Ketika Persipura mulai bangkit, persoalan kembali muncul. Mereka harus menjadi tim musafir karena Stadion Mandala sedang direnovasi untuk Pekan Olahraga Nasional. Persipura harus berkandang di Sidoarjo (Jawa Timur) dan Tenggarong (Kutai Kartanegara).
Menurut Jacksen, menjadi tim musafir seperti Persipura saat ini cukup memberatkan pemain dan pelatih. Mereka mengalami kejenuhan karena harus tinggal di hotel dalam waktu yang lama sehingga harus makan makanan yang sama setiap hari. Selain itu, para pemain Persipura memiliki ikatan batin yang sangat kental dengan daerahnya. Kondisi ini sangat berpengaruh pada psikologis pemain.
Untuk mengatasi persoalan ini, tim pelatih mencoba mencari jalan keluar agar dampaknya tidak berpengaruh ke lapangan. Asisten Manajer Persipura Bento Madubun mengatakan, menjadi tim musafir sangat berpengaruh pada kondisi psikologis pemain karena mereka tidak bertemu dengan keluarga dalam waktu yang lama.
Untuk mengatasi persoalan ini, maka mereka dipertemukan dengan keluarga saat bertanding di Makassar melawan tuan rumah PSM Makassar. Selain menganggu psikologis pemain, menjadi tim musafir juga berpengaruh pada finansial klub karena harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk menyelenggarakan pertandingan.
Dukungan dana
Menjadi tim yang berada di ujung timur Indonesia tentu membutuhkan dana yang lebih besar dibandingkan dengan tim yang berada di wilayah barat atau tengah. Mereka harus mengeluarkan dana yang besar untuk biaya perjalanan saat bertandang ke tim lawan.
Pada musim depan, Persipura harus bertandang ke tim promosi Persiraja Banda Aceh yang berada di ujung barat Indonesia. Bento mengakui, bertanding dengan sistem kandang tandang seperti saat ini cukup memberatkan Persipura yang harus menempuh jarak yang jauh.
Apalagi, jadwal yang sering berubah-ubah dan sangat berdekatan semakin menambah beban mereka dari sisi finansial dan fisik pemain. “Beberapa kali kita bertanding dengan jarak hanya dua hingga empat hari. Itu sangat berat karena waktu pemulihan kondisi pemain sangat kurang,” ujar Bento.
Ia berharap, subsidi dari penyelenggara liga untuk tim yang berlokasi jauh seperti Persipura dapat ditambah. Selain itu, ia ingin pengaturan jadwal liga dapat lebih baik lagi.
PT Freeport Indonesia yang menjadi sponsor Persipura dalam dua musim yakni 2019 hingga 2020 telah mengucurkan dana hingga 1 juta dollar AS atau sekitar Rp 14 miliar. Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan dana tersebut merupakan komitmen antarkedua belah pihak untuk dua tahun.
Sebagai sponsor, Freeport hanya akan memberikan bantuan dana dan kebijakan pengelolaan keuangan ada pada manajemen Persipura. Meskipuun demikian, Freeport akan terus membantu Persipura sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan. “Kita lihat lagi pada 2021. Mudah-mudahan ke depan lebih baik karena saat ini sedang pada masa transisi dari tambang terbuka ke bawah tanah sehingga produksinya berkurang pada tahun ini dan tahun depan,” ujar Tony.