China balik menyerang bahwa tudingan intervensi bagian dari strategi partai politik petahana Taiwan untuk mempertahankan suara menjelang Pemilu Taiwan 2020.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
TAIPEI, KAMIS — Pemerintah China membantah laporan Wang Liqiang (26) yang salah satunya menuding Beijing mengintervensi politik Taiwan. China pun balik menyerang dengan menuding Wang bagian dari strategi partai politik petahana untuk mempertahankan suara menjelang Pemilu Taiwan 2020 yang akan digelar awal Januari 2020.
Bantahan tersebut dikeluarkan setelah seorang pencari suaka di Australia, Wang Liqiang, mengklaim diri sebagai mantan mata-mata asal China. Menurut Wang, China berupaya mengendalikan Taiwan dengan mendekati pesaing petahana dalam pemilu presiden Taiwan, yakni Han Kuo-yu.
”Sebenarnya faktanya jelas untuk penipu yang mengklaim sebagai mata-mata ini (Wang). Ini adalah skenario yang benar-benar absurd, dibuat-buat oleh pihak anti-China,” kata Juru Bicara Kantor Urusan China di Taiwan, Zhu Fenglian, dalam temu media, Rabu (27/11/2019).
Zhu menuding Partai Progresif Demokratik (DPP) sebagai partai pengusung Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bekerja sama dengan Wang untuk menciptakan manipulasi politik. Mereka juga ingin menciptakan narasi bahwa Beijing terlibat dalam politik Taipei sehingga pada akhirnya akan menguntungkan DPP.
Laporan Wang juga menyebutkan, dirinya membantu mengarahkan pemberitaan media agar positif terhadap politisi Taiwan tertentu. Beijing juga disebut telah memberikan uang, termasuk Han Kuo-yu dari partai oposisi Kuomintang. Partai Kuomintang selama ini dekat dengan Beijing.
Menanggapi pernyataan Beijing, Juru Bicara Kabinet Pemerintah Taiwan Kolas Yotaka balik mengecam. ”China harus mengurusi masalah internalnya sendiri dan tidak sembarangan mengkritik,” katanya, dikutip dari Central News Agency.
Pemilu presiden dan legislatif di Taiwan akan digelar pada 11 Januari 2020. Kantor Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah mengeluarkan pernyataan bahwa kebenaran laporan Wang sedang diselidiki sehingga seluruh pihak diminta untuk tidak mengambil kesimpulan apa pun.
Berdasarkan laporan Wang, Taiwan juga sedang menyelidiki dua pejabat perusahaan China Innovation Investment di Hong Kong, Xiang Xin dan Kung Ching, atas dugaan terlibat dalam spionase untuk membentuk opini positif terkait China di Hong Kong. Mereka ditahan ketika berada di Bandara Internasional Taoyuan, Taiwan.
China selalu menganggap Taiwan sebagai bagian dari China, bukan negara berdaulat. Selain di Taiwan, Beijing juga berusaha memperkuat pengaruhnya di Hong Kong yang saat ini adalah wilayah otonomi khusus di bawah China.
Berbagai rayuan
China terus merayu bahkan mengintimidasi agar Taiwan bergabung. Salah satunya, Beijing memperlakukan pebisnis besar Taipei dengan baik agar ketika kembali ke Taipei, mereka memilih berkomunikasi dengan politisi yang ramah kepada China.
Tak hanya itu, bulan ini, Beijing juga meluncurkan 26 langkah untuk memudahkan investor Taipei. Mereka juga diundang untuk melapor ke kantor-kantor perwakilan China di seluruh dunia jika membutuhkan bantuan.
”Nasib Taiwan terhubung dengan Ibu Pertiwi (China). Ayo kembali pulang,” kata Hai Xia, pembawa acara di televisi milik Pemerintah China.
China, misalnya, menggunakan pengaruhnya di dunia internasional sehingga sekutu diplomatik Taiwan kini tersisa tinggal belasan negara kecil. Sejumlah pesawat dan kapal militer China juga sering berada di sekitar Taiwan. Beijing bahkan pernah menembakkan rudal di Selat Taiwan sebelum Pemilu 1996.
Meski demikian, strategi terbaru China tersebut tidak lantas membuat Taiwan melunak. Banyak politisi Taiwan justru mengecamnya. ”Beijing harus fokus memberi rakyatnya lebih banyak kebebasan,” ujar Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu menanggapi program 26 langkah China, melalui akun Twitter-nya. (Reuters)