Jaringan mafia pengaturan skor pertandingan sepak bola terus ditelusuri oleh Satuan Tugas Antimafia Bola. Kali ini, satgas mengungkap praktik pengaturan pertandingan Persikasi Bekasi melawan Perses Sumedang pada Liga 3.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satuan Tugas Antimafia Bola Polri mengusut dugaan pengaturan skor pada pertandingan Liga 3 antara Persikasi Bekasi dan Perses Sumedang. Satgas menetapkan enam tersangka, yaitu pengurus klub Persikasi Bekasi, pengurus PSSI Jawa Barat, dan perantara dengan nilai suap Rp 12 juta.
Ketua Satgas Antimafia Bola Polri Brigjen (Pol) Hendro Pandowo, Kamis (28/11/2019), di Markas Polda Metro Jaya, mengatakan, pertandingan antara Persikasi dan Perses berlangsung pada 6 November 2019 di Stadion Ahmad Yani, Sumedang. Pertandingan berakhir 3-2 untuk kemenangan Persikasi.
”Dari hasil penyelidikan kami, baik dari informasi masyarakat maupun tim lapangan yang turun ke TKP, diperoleh kesimpulan telah terjadi pengaturan skor, terjadi match fixing yang melibatkan klub, wasit, dan PSSI,” ujar Hendro.
Hendro mengatakan, setelah melakukan gelar perkara, polisi menangkap para tersangka pada 22 November 2019. Tersangka yang pertama ditangkap adalah wasit utama dengan inisial DS, kemudian tiga orang dari manajemen Persikasi berinisial PT, HR, dan SH. Seorang perantara berinisial MR juga ikut ditangkap.
Terakhir, polisi menangkap D dari bagian perwasitan PSSI Jawa Barat. Para tersangka ditahan di Polda Metro Jaya. Polisi masih mencari dua orang lagi, yaitu T sebagai perantara dan HN sebagai komite eksekutif PSSI Jawa Barat.
Menurut Hendro, modus pengaturan skor pertandingan dimulai dari penawaran, penyuapan, pemberian uang suap, dan terjadi pengaturan skor. Tujuannya agar Persikasi Bekasi menang dan promosi ke Liga 2. Nilai suap lebih kurang Rp 12 juta, tetapi polisi masih menyelidiki berapa besarnya uang yang diterima setiap tersangka. Wasit utama yang menerima uang akan membagi ke perangkat wasit, asisten wasit, pembantu wasit, dan pengawas.
”Inisiatif dari manajemen klub yang ingin memenangkan. Tetapi, inisiatif tidak akan bisa terjadi manakala tidak ada orang lain yang mau diajak kerja sama, yaitu wasit, termasuk orang-orang dari PSSI yang mengatur wasit, sehingga terjadi konspirasi jahat untuk memuluskan pengaturan skor,” ucap Hendro.