Sama seperti Amerika Serikat, Taliban menyatakan kembali siap melakukan perundingan damai. Kesediaan kedua pihak memberikan harapan baru untuk menghentikan perang yang telah terjadi selama 18 tahun di Afghanistan.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
KABUL, JUMAT — Sama seperti Amerika Serikat, Taliban menyatakan kembali siap melakukan perundingan damai. Kesediaan di antara kedua pihak memberikan harapan baru untuk menghentikan perang yang telah terjadi selama 18 tahun di Afghanistan.
Para pemimpin Taliban telah mengabarkan mengadakan pertemuan dengan para pejabat senior AS di Doha sejak pekan lalu. Mereka juga akan melanjutkan pembicaraan damai secara formal dalam waktu dekat.
”Kami siap untuk memulai kembali perundingan. Sikap kami masih sama. Jika pembicaraan damai dimulai, itu akan dilanjutkan dari tahap di mana pembicaraan terhenti,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, Jumat (29/11/2019).
Namun, lanjutnya, para petinggi Taliban belum dapat memastikan kapan pembicaraan akan dimulai. Taliban akan segera menunjukkan sikap pasti setelah mengeluarkan pernyataan resmi.
Kesediaan Taliban dikeluarkan setelah Presiden AS Donald Trump berkunjung dalam perayaan Hari Thanksgiving bersama militer AS di Lapangan Terbang Bagram, Afghanistan, Kamis (28/11/2019). Kunjungan ini merupakan kali pertama bagi Trump setelah menjabat sebagai presiden.
”Taliban ingin membuat kesepakatan dan kami akan bertemu. AS mengatakan harus ada gencatan senjata dan mereka dulu tidak ingin, tetapi sekarang mereka ingin melakukan gencatan senjata. Mungkin ini akan berhasil dengan cara itu,” kata Trump,
Trump membatalkan perundingan damai dengan Taliban setelah kelompok militan ini mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kabul yang menewaskan 12 orang pada September 2019. Seorang prajurit Amerika tewas dalam insiden itu.
Namun, lanjutnya, para petinggi Taliban belum dapat memastikan kapan pembicaraan akan dimulai. Taliban akan segera menunjukkan sikap pasti setelah mengeluarkan pernyataan resmi.
Apabila Trump tidak membatalkan perundingan, rancangan kesepakatan yang ada akan membuat ribuan pasukan AS ditarik dari Afghanistan. Sebagai gantinya, Afghanistan tidak akan digunakan sebagai pangkalan serangan militan terhadap AS dan sekutunya.
Ada sekitar 13.000 pasukan AS dan ribuan pasukan NATO di Afghanistan. Mereka ditempatkan di sana dalam invasi yang dipimpin AS menyusul serangan kelompok teroris Al Qaeda pada 11 September 2001 di AS. Sejauh ini, sekitar 2.400 tentara AS tewas dalam konflik Afghanistan.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani turut menyambut kedatangan Trump yang mendadak. ”Saya berterima kasih karena Trump mendorong jenis perdamaian yang akan memantapkan perolehan keuntungan di masa lalu serta memastikan keamanan AS dan Afghanistan,” tutur Ghani.
Taliban menolak untuk melakukan perundingan damai secara resmi dengan Pemerintah Afghanistan karena dianggap sebagai boneka AS. Meskipun begitu, upaya diplomatik terus dilakukan guna mendorong dialog dan kesepakatan damai.
Pekan lalu, Washington dan Kabul melakukan pertukaran tahanan. Taliban menyerahkan satu tahanan dari AS dan Australia setelah disandera selama tiga tahun. Sebagai gantinya, AS menyerahkan tiga tawanan tingkat tinggi. Pertukaran ini dilihat sebagai langkah yang mendorong pembicaraan damai.
Akan tetapi, banyak pejabat AS yang meragukan Taliban dapat diandalkan untuk mencegah rencana Al Qaeda menyerang kembali AS dari Afghanistan.
Janji Trump
Sebagai presiden, Trump berjanji untuk menarik pasukan militer AS dari Afghanistan. Ia ingin menarik pasukan menjelang pemilihan presiden AS pada November 2020. Saat ini, ia tengah menghadapi tantangan dari dalam negeri karena adanya penyelidikan pemakzulan oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS terkait skandal di Ukraina.
”Perang di Afghanistan tidak akan diputuskan di medan perang. Pada akhirnya, akan perlu ada solusi politik (yang diputuskan oleh warga di kawasan tersebut),” ujar Trump.
Di Washington, hubungan Trump dengan para pemimpin militer AS memburuk karena dirinya ikut campur dalam berbagai kasus disiplin berulang kali. Terakhir, Trump membatalkan penurunan pangkat Chief Petty Officer Angkatan Laut Edward Gallagher. Gallagher sebelumnya didakwa dalam sejumlah kasus kejahatan perang.
Sebagai presiden, Trump berjanji untuk menarik pasukan militer AS dari Afghanistan. Ia ingin menarik pasukan menjelang pemilihan presiden AS pada November 2020.
Kasus ini mendapat kecaman tajam dari petinggi karena presiden mengintervensi proses peradilan militer. Pada bulan ini, Trump juga membatalkan hukuman seorang prajurit yang memerintahkan bawahannya menembak tiga warga Afghanistan yang tidak bersenjata pada 2012.
”Kami harap kunjungan Trump ke Afghanistan akan membuktikan ia serius untuk memulai pembicaraan lagi. Kami kira ia tidak punya banyak pilihan,” kata seorang komandan senior Taliban secara anonim. (Reuters/AFP)