Indonesia mendukung peran perempuan dalam upaya membangun perdamaian dan menjaga stabilitas di dunia, termasuk Afghanistan.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mendukung peran perempuan dalam upaya membangun perdamaian dan menjaga stabilitas di dunia, termasuk Afghanistan. Pemberdayaan perempuan pun menjadi penting guna meningkatkan kontribusi mereka terhadap perdamaian.
Salah satu upaya Indonesia adalah dengan menggelar Dialogue on the Role of Women in Building and Sustaining Peace di Jakarta, Jumat (29/11/2019). Dialog ini membahas perspektif, keadaan, dan tantangan yang dihadapi bersama 38 perempuan Afghanistan untuk membangun perdamaian.
”Perempuan adalah aktor aktif dalam perdamaian, toleransi, dan pembangunan. Partisipasi perempuan dari berbagai latar belakang perlu untuk berkontribusi dalam pembicaraan damai,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi melalui keterangan tertulis.
Perempuan adalah aktor aktif dalam perdamaian, toleransi, dan pembangunan.
Selama 18 tahun terakhir, kondisi Afghanistan memanas menyusul invasi Amerika Serikat dan sekutu. Negosiasi perdamaian antara Amerika Serikat dan pihak Taliban pun sedang mandek sejak September 2019.
Retno melanjutkan, pemberdayaan dan pembangunan kapasitas perempuan sangat penting untuk menghadapi tantangan yang ada. Oleh karena itu, dialog perempuan Afghanistan diharapkan dapat menghasilkan empat tujuan.
Tujuan pertama adalah mengidentifikasi langkah yang dapat membuat perempuan dapat meningkatkan perannya di lingkungan. Dialog itu juga bertujuan untuk meningkatkan budaya perdamaian, mengadopsi paham perempuan saling memberdayakan, dan menciptakan inisiatif lanjutan.
Lebih lanjut, Retno mengatakan, Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung Afghanistan membangun perdamaian sebagai bagian dari kebijakan politik luar negeri. Jakarta juga telah berkoordinasi dengan Amerika Serikat, Pakistan, Qatar, Jerman, dan Norwegia terkait hal tersebut.
”Ada empat hal lainnya yang mendukung pemberdayaan perempuan. Empat hal itu adalah pendidikan, dukungan keluarga, dukungan komunitas, dan dukungan pemerintah melalui kebijakan. Tanpa dukungan pemerintah, sulit untuk mewujudkan pemberdayaan perempuan,” kata Retno.
Menteri Informasi dan Kebudayaan Afghanistan Hasina Safi menambahkan, Pemerintah Afghanistan mengapresiasi inisiatif Indonesia. Apalagi, Indonesia dan Afghanistan sama-sama negara dengan mayoritas pemeluk Islam sehingga dapat berbagi pengalaman dalam pemberdayaan perempuan.
”Saya ingin kita dapat meningkatkan koordinasi dan berbagi pengalaman tentang bagaimana perempuan bisa berkontribusi secara efektif. Lalu, bagaimana menghubungkan konsep perdamaian akar rumput dan kebijakan di tingkat atas,” ujar Safi.
Safi melanjutkan, keberlanjutan dari inisiatif tersebut sangat penting. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi untuk melihat efektivitas dari dampak dialog itu.
Pengalaman Indonesia
Retno mengatakan, Indonesia adalah negara dengan 267 juta orang atau 87 persen merupakan pemeluk Muslim. Indonesia juga merupakan negara demokrasi di mana perempuan turut berpartisipasi aktif dalam bidang ekonomi dan politik.
Indonesia memilih Megawati Soekarnoputri sebagai presiden perempuan pertama selama 2001-2004. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dan Menteri Keuangan Indonesia adalah perempuan. Retno merupakan Menteri Luar Negeri perempuan pertama di Indonesia.
Indonesia ingin melihat perdamaian yang berkelanjutan di Afghanistan
”Indonesia ingin melihat perdamaian yang berkelanjutan di Afghanistan. Bersama pengalaman unik Indonesia, kita dapat belajar satu sama lain untuk mencari cara dan alat dalam membangun kemitraan guna mewujudkan perdamaian di Afghanistan,” ujar Retno.
Retno menyatakan, dirinya akan berkunjung pada awal 2020 ke Afghanistan. Kunjungan ini bertujuan menindaklanjuti hasil dialog dan meningkatkan kerja sama di antara kedua negara.