Program-program yang inovatif dan dilaksanakan secara konsisten dapat mengakselerasi upaya pencapaian kesetaraan jender.
Oleh
Yovita Arika dari Bangkok, Thailand
·3 menit baca
BANGKOK, KOMPAS — Program-program yang inovatif dan dilaksanakan secara konsisten dapat mengakselerasi upaya pencapaian kesetaraan jender. Ini mulai dari meningkatkan partisipasi perempuan, anak perempuan, dan kelompok rentan di bidang pendidikan hingga memberdayaan perempuan di bidang ekonomi.
Dalam panel diskusi pada Konferensi Asia Pacific Regional Beijing+25 Review di Bangkok, Thailand, Kamis (28/11/2019), Menteri Utama bidang Industri dan Teknologi Informasi Negara Bagian Telengana, India, Jayesh Ranjan, mengatakan, pihaknya membuat program yang dinamai technology entrepreneurship. Ada empat langkah yang dilakukan Pemerintah Telenggana secara bergulir untuk meningkatkan partispasi perempuan dan anak perempuan.
Program ini dimulai dengan program sekolah untuk anak perempuan, mengubah persepsi dan pendapat bahwa pelajaran sains dan matematika tidak hanya untuk laki-laki, menerapkan program onentrepreneurship untuk mendorong perempuan berwirausaha, serta program sekolah bisnis dengan melatih masyarakat desa di bidang kewirausahaan.
“Hasilnya, tingkat partisipasi sekolah anak peremuan kini setara dengan anak laki-laki, masyarakat menyadari bahwa sains dan matematikan tidak hanya untuk laki-laki, dan pada akhirnya kini banyak perempuan yang menyadari pentingnya berwirausaha agar mereka dapat mandiri. Kini, partisipasi perempuan di dunia kerja meningkat 25 persen,” kata dia.
Jayesh mengatakan, kunci keberhasilan program tersebut adalah konsisten, konsekwen, dan komprehensif. Program dijalankan secara bergulir sesuai target yang disasar. “Banyak yang bertanya, mengapa programnya fokus pada perempuan, karena partisipasi perempuan dalam pekerjaan rendah,” kata Jayesh.
Sekretaris Jenderal Asosiasi untuk Pembangunan Pedesaan yang Berkalanjutan (AFA), Etrella “Ester” Penunia mengatakan dengan peningkatan kapasitas perempuan petani di pedesaan di Bangladesh. “Kami membantu mereka keluar dari kondisi ketergantungan, tidak punya harapan karena miskin, dan menjadi korban karena tidak berdaya. Sejak 1995 ada 2 juta anggota asosiasi (AFA). Hasilnya, kini mereka bisa menghasilkan gabah yang berkualitas,” kata dia.
Dia mengatakan, saat ini AFA mendampingi 14 juta petani dari 25 negara di Asia dan Pasifik. “Di Pasifik kami membantu mereka membangun bisnis. Kami mendorong mereka untuk percaya diri mengakses ke keuangan dan juga ke pasar,” kata Estrella. Program ini, kata dia, merupakan solusi untuk mencapai kesetaraan jender.
Mempercepat capaian target
Upaya-upaya tersebut menjadi praktik baik yang bisa diterapkan di negara-negara lainnya. Kerja sama pihak-pihak terkait akan mempercepat capaian Deklarasi dan Kerangka Aksi Beijing di kawasan Asia dan Pasifik yang masih jauh dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, terutama dalam hal kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan.
Deklarasi dan Kerangka Aksi Beijing merupakan salah satu komitmen tingkat internasional yang menjadi landasan penting dalam upaya pemberdayaan perempuan dan anak perempuan di dunia. Deklarasi yang dihasilkan saat Konferensi Tingkat Dunia ke-4 di Beijing pada 1995 ini telah disepakati oleh 189 negara, termasuk Indonesia. Negara-negara tersebut berkomitmen melakukan aksi dan langkah strategis di 12 bidang untuk memajukan hak perempuan dan anak perempuan.
Menjelang 25 tahun pelaksanaan Deklarasi dan Kerangka Aksi Beijing tersebut pada 2020, diadakan pertemuan regional tingkat Asia dan Pasifik di Bangkok untuk meninjau ulang pelaksanaan Kerangka Aksi Beijing. Sekitar 20 delegasi tingkat menteri dan menteri dari negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik menghadiri Konferensi Asia Pasific Regional Beijing+25 Review tersebut pada 27-29 November 2019.