Kultur inovasi di dalam sebuah organisasi atau institusi mesti dibangun. Pemimpin dan karyawan terlibat dalam relasi bersama untuk mewujudkan kultur inovasi.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·3 menit baca
Seorang eksekutif perusahaan mapan kebingungan dengan langkah yang harus diambil ketika hendak melakukan tranformasi di perusahaannya. Berbagai cara sudah dilakukan, tetapi mandek. Karyawan tidak menyambut dengan cepat rencana dan inisiatif perubahan. Belakangan diketahui, salah satu ganjalannya adalah kultur inovasi yang belum terbangun di perusahaan itu. Berbagai upaya menjadi sia-sia.
Sejumlah CEO kemarin berkumpul di Kompas100 CEO Forum, yang dihadiri Presiden Joko Widodo dan tiga menteri Kabinet Indonesia Maju. Salah satu hal yang dibahas adalah perubahan cepat yang belakangan terjadi. Perubahan didorong dari dalam negeri maupun pengaruh dari luar negeri. Perubahan yang sangat cepat akan menimbulkan kompleksitas masalah. Situasi ini mendorong kebutuhan berinovasi. Inovasi yang dibutuhkan bukan inovasi yang normal atau standar, tetapi inovasi eksponensial. Dalam waktu singkat, inovasi yang dilakukan harus berlipat-lipat.
Di dalam negara, korporasi, dan organisasi, kultur inovasi menjadi prasyarat dasar. Di dalam organisasi, ketika kompleksitas mengemuka, dipastikan muncul resep atau usulan yang harus diramu menjadi jawaban bagi kebutuhan organisasi untuk berubah. Akan tetapi, yang terjadi di beberapa insituasi, perubahan berjalan lambat. Di sini lah kultur organisasi perlu dibangun.
Inovasi bukan hanya tataran konseptual, tetapi telah menjadi kebutuhan dasar di dunia yang tidak statis. Tanpa kultur inovasi, organisasi akan bergerak salah sasaran ketika perubahan besar terjadi.
Jika dibandingkan dengan berbagai saran, seperti memahami pasar dan adopsi teknologi, membangun kultur inovasi menjadi ujung tombak organisasi saat berubah. Dari daftar perusahaan besar Forbes500, ternyata hanya 60 perusahaan yang mengadopasi kultur inovasi sebagai strategi utama transformasi.
Dalam membangun kultur inovasi, peran pimpinan diperlukan dengan memberikan tempat bagi orang-orang kreatif untuk berkarya, tetapi tetap dalam kerangka tujuan perusahaan dan komitmen menjalankan inovasi. Pemimpin juga perlu memperhatikan sisi sosial orang-orang kreatif agar tidak berada di ruang kosong atau laboratorium yang sunyi. Mereka perlu berinteraksi dengan orang lain.
Mereka juga perlu diberi fasilitas agar berbagi cerita sehingga energi inovasi semakin meluas dan menular kepada orang lain.
Hambatan membangun kultur inovasi bisa ditebak, yaitu hierarki organisasi. Aturan-aturan lama dan struktur di dalam komunikasi mengekang mereka untuk bertemu atau setidaknya berkomunikasi dengan atasan atau rekan di bidang lain. Inovasi tidak akan berjalan ketika untuk berkomunikasi saja harus minta izin atasan atau pihak lain. Ruang organisasi perlu dibuka agar berbagai ide bermunculan.
Hambatan membangun kultur inovasi bisa ditebak, yaitu hierarki organisasi.
Saat membangun kultur inovasi, seorang pemimpin dan tim juga perlu melihat lebih dalam perihal berbagai aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang selama ini mungkin dirasa ”baik-baik saja”, tetapi telah mendisinsentif keinginan orang untuk maju. Semua itu harus disadari telah membentuk perilaku dan cara pandang karyawan sehingga tidak produktif.
Beberapa resep telah diungkapkan sejumlah pemimpin organisasi dan perusahaan yang mungkin bisa membangun kultur inovasi, di antaranya karyawan perlu disentuh untuk berinovasi dan membuka peluang. Karyawan atau pegawai perlu dimotivasi untuk terlibat di dalam perubahan. Perubahan tak bisa dilakukan pemimpin saja.
Jika tak memiliki ide, karyawan bisa berkolaborasi dan mendukung ide orang lain. Bukan hanya diam. Organisasi dan perusahaan perlu memberi fasilitas, alat, dan kemampuan tambahan untuk berinovasi. Tak lupa, harus memberi ruang dan waktu agar karyawan senang dengan inovasi.
Pelatihan diperlukan agar keahlian karyawan meningkat. Namun, ujung dari inovasi adalah komunikasi tentang strategi yang diambil. Kegagalan inovasi kadang kala berawal dari komunikasi yang buruk. Komunikasi strategi inovasi ini setidaknya meliputi arah dan kerangka kerja inovasi. Tujuan dan harapan dari inovasi harus jelas sejak awal dan dipahami karyawan. (Andreas Maryoto)