Kondisi perekonomian Indonesia diperkirakan membaik pada 2020. Namun, kondisi global diperkirakan belum akan pulih. Indonesia menumbuhkan optimisme di tengah tekanan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah tekanan ketidakpastian perekonomian global, upaya mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru terus digalakkan. Selain mendukung daya tahan perekonomian nasional, upaya ini dapat membangkitkan optimisme dalam menghadapi tekanan.
Pesan itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat membuka Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) 2019 bertema ”Sinergi Transformasi dan Inovasi Menuju Indonesia Maju” di Jakarta, Kamis (28/11/2019) malam.
Dalam acara yang dibuka Gubernur BI Perry Warjiyo itu, Presiden menganalogikan kondisi Indonesia saat ini seperti peristiwa yang dialami Chuck Noland yang diperankan aktor Tom Hanks dalam film Cast Away (2001). Di film itu, Noland terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Ia harus mampu beradaptasi agar bertahan hidup dan keluar dari pulau.
Menurut Presiden Joko Widodo, gambaran film tersebut sangat sesuai dengan situasi yang saat ini tengah dialami Indonesia. Di tengah ancaman resesi global, Indonesia harus mampu mencari sumber-sumber penerimaan devisa yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
”Berkaitan dengan tambahan devisa, infrastruktur untuk 5 dari 10 Bali baru akan siap pada 2020. Kemudian kembali kami akan menarik penanaman modal asing dengan perbaikan iklim investasi,” ujar Presiden.
Dalam sambutannya, Perry Wardjiyo menyampaikan, fokus kebijakan BI pada 2020 dalam menjaga stabilitas dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi diarahkan pada kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif. ”Kebijakan sistem pembayaran juga akan difokuskan pada penguatan instrumen dan infrastruktur publik berbasis digital, dengan pengembangan open banking, dan penguatan konfigurasi sistem pembayaran ritel,” ujar Perry.
Prospek ekonomi Indonesia 2020 diyakini terjaga dengan momentum pertumbuhan yang tetap berlanjut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 diperkirakan meningkat dalam kisaran 5,1-5,5 persen, dengan sasaran inflasi terkendali 2-4 persen. Adapun defisit transaksi berjalan 2020 diperkirakan 2,5-3 persen produk domestik bruto (PDB).
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan pada 2020 diperkirakan 8-10 persen. Adapun pertumbuhan kredit diperkirakan 10-12 persen, sejalan penurunan suku bunga dan prospek ekonomi yang membaik.
”Dalam jangka menengah, prospek ekonomi Indonesia akan semakin baik. Transformasi ekonomi akan mendorong pertumbuhan lebih tinggi lagi, dengan defisit transaksi berjalan menurun dan inflasi rendah,” katanya.
Dalam jangka menengah, prospek ekonomi Indonesia akan semakin baik.
Meski demikian, kondisi perekonomian global pada tahun depan diperkirakan belum akan pulih. Salah satu penyebabnya, perang dagang Amerika Serikat-China yang belum menampakkan tanda-tanda berakhir. Sementara, kebijakan moneter belum tentu selalu efektif mengatasi dampak buruk perang dagang.
Langkah yang dilakukan Bank Sentral AS, Bank Sentral Eropa, dan Bank Sentral Jepang melalui kebijakan moneter belum mampu menyelamatkan ekonomi dunia.
”Bank sentral tidak bisa menjadi the only game in town dalam menghadapi dampak buruk perang dagang. Perlu sinergi bauran kebijakan ekonomi nasional, baik melalui stimulus fiskal maupun reformasi ekonomi di sektor riil, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tambah Perry.
Volatilitas arus modal asing dan nilai tukar di pasar keuangan global diperkirakan masih akan berlanjut.
Tepat sasaran
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja berharap kebijakan makroprudensial BI dapat semakin tepat sasaran. Dia menilai, kebijakan pelonggaran rasio pinjaman terhadap aset (LTV), meskipun baik bagi industri perbankan, tidak bisa diterapkan di seluruh bank penyalur kredit pemilikan rumah.
”Semakin ringan LTV, maka risikonya makin besar. Kalau membeli rumah, uang mukanya kecil, tentu risiko akan lebih besar bagi bank besar,” ujarnya.
Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Sulaiman A Ariyanto, mengatakan, perseroan mendukung implementasi kebijakan moneter BI untuk menjaga kestabilan sektor keuangan serta mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Bank Mandiri, dalam mendukung pendalaman pasar keuangan, aktif membantu BI mengembangkan produk di pasar keuangan domestik. (DIM)