Rehabilitasi Sekolah Terancam Batal karena Pemangkasan Anggaran
Atas alasan efisiensi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sepakat memangkas anggaran rehabilitasi gedung sekolah. Dampaknya, rehabilitasi sejumlah sekolah di Ibu Kota terancam batal.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Anggaran rehabilitasi gedung sekolah dipangkas Rp 1,4 triliun dari nilai yang diajukan Rp 3,7 triliun di dalam Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara DKI Jakarta 2020. Dampak dari pemangkasan anggaran ini, rehabilitasi sejumlah sekolah di Jakarta terancam batal. Salah satu sekolah yang terkena imbas pemangkasan anggaran ini adalah SDN Menteng Dalam 01, Jakarta Selatan.
Sekolah di tengah Ibu Kota ini membutuhkan sejumlah perbaikan. Di sisi lain, Pemerintah Provinsi DKI dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI sepakat memangkas anggaran rehabilitasi sekolah dengan alasan efisiensi. Awalnya, mata anggaran itu diusulkan Rp 3,7 triliun dalam rancangan KUA-PPAS. Namun, akhirnya disepakati anggaran tersebut dipangkas Rp 1,4 triliun menjadi Rp 2,3 triliun.
Dari rancangan KUA-PPAS DKI 2020, ada 30 sekolah yang diusulkan untuk direhabilitasi. Mayoritas sekolah masuk kategori rehabilitasi berat, salah satunya SDN Menteng Dalam 01, Tebet, Jakarta Selatan. Rehabilitasi sekolah yang persis ada di sebelah Mal Kota Kasablanka itu sebelumnya dianggarkan Rp 2,5 miliar.
Wakil Kepala SDN Menteng Dalam 01 Masani mengatakan, sekolah perlu direhabilitasi secepatnya karena kondisi gedung sudah sangat memprihatinkan. Rehab terakhir sekolah itu, lanjut Masani, dilakukan sekitar tujuh tahun lalu. ”Lebih baik secepatnya (direhab) karena keretakan (tembok) ada di mana-mana,” ujar Masani, Jumat (29/11/2019).
Keretakan tembok paling mudah ditemui di pilar-pilar gedung, di lorong kelas. Tak hanya itu, keretakan tembok juga terlihat jelas di lorong tangga.
Atap gedung yang terbuka atau berkonsep balkon pun diduga jadi penyebab utamanya. Saluran-saluran air yang ada di lantai paling atas dari gedung tiga lantai itu ternyata mampet sehingga air selalu menggenang ketika hujan. Ironisnya, kondisi lantai balkon itu retak. ”Akhirnya, merembeslah ke plafon dan tembok-tembok,” tutur Masani.
Tak heran, kondisi plafon di lorong-lorong lantai dua dan tiga sudah mulai berlubang akibat rembesan air. Akibat kondisi itu, menurut Masani, saat hujan, air bahkan sampai membasahi lantai. ”Kami ngeri anak terpeleset. Di tangga saja ada bocor juga. Makanya kalau musim hujan itu, kami harus ekstrahati-hati,” tuturnya.
Mengganggu belajar
Jika dilihat dari kondisi fisik 18 ruang kelas, rata-rata memiliki permasalahan yang beragam, seperti kosen jendela yang lapuk, tembok rapuh, dan pintu kelas yang jebol atau tanpa gagang.
Guru-guru pun mengakui kondisi kelas yang seperti itu kerap mengganggu kegiatan belajar-mengajar siswa. Apalagi, akhir-akhir ini mulai kerap turun hujan. ”Kalau ada hujan angin, anak-anak langsung diminta geser ke tengah agar tidak kena hujan,” kata Masani.
Di tengah kondisi sekolah yang rusak berat itu tentu pihak sekolah tidak berdiam diri. Setiap tahun, renovasi seadanya coba diupayakan di tengah anggaran bantuan operasional sekolah yang tak seberapa. Sebagai catatan, SDN Menteng Dalam 01 berdiri sejak 1988. ”Palingan untuk pengecatan, perbaikan lapangan, perbaiki pintu. Jadi (renovasi) yang enggak terlalu mengeluarkan banyak biaya,” ucap Masani.