Status populasi badak sumatera yang berada di level sangat kritis memerlukan upaya penyelamatan serius agar badak tidak menjadi punah. Aceh yang merupakan kantong populasi badak diharapkan bergerak cepat membuat suaka.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
ACEH, KOMPAS — Status populasi badak sumatera yang berada di level sangat kritis memerlukan upaya penyelamatan serius agar badak tidak menjadi punah. Provinsi Aceh yang merupakan kantong populasi badak diharapkan bergerak cepat membuat suaka badak atau sanctuary.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Aryanto, Jumat (29/11/2019), mengatakan, rencana pembuatan suaka badak sudah ada titik terang. ”Rencana akan dibuat di kawasan Aceh Timur. Lokasi detailnya belum ditentukan,” kata Agus.
Sebelumnya, Bupati Aceh Timur Hasballah Thaib mengatakan, pihaknya telah menyediakan lahan seluas 7.500 hektar untuk suaka badak. Hasballah mengatakan, Pemkab Aceh Timur mendukung penuh rencana pembuatan suaka badak.
Berdasarkan dokumen rencana aksi darurat konservasi badak sumatera disebutkan, populasi badak di Indonesia saat ini tinggal 80 ekor. Badak sumatera tersebar di kawasan Taman Nasional Way Kambas (Lampung), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Kawasan Ekosistem Leuser, serta sebagian kecil di Pulau Kalimantan.
Menurut Agus, kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Oleh sebab itu, pembuatan suaka badak sangat mendesak. ”Dalam waktu dekat kami akan melakukan studi lapangan dan menentukan center point,” kata Agus. Rencana pembuatan kuasa badak itu, lanjut Agus, telah dibahas bersama antara BKSDA Aceh, pemerintah provinsi/kabupaten, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lingkungan.
Di Aceh, populasi badak terdapat di Leuser bagian barat sebanyak 24 individu dan Leuser bagian timur 17 individu. Keberadaan badak di Leuser itu terancam perburuan, fragmentasi habitat, dan kematian karena penyakit.
Keberadaan badak di Leuser itu terancam perburuan, fragmentasi habitat, dan kematian karena penyakit.
Agus mengatakan, pembuatan suaka perlu untuk memastikan kelangsungan hidup badak dan perkembangbiakannya. Hal itu disebut dalam rencana aksi darurat konservasi badak sumatera yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2018.
Keberadaan badak dalam ekosistem sangat penting. Badak berjalan berkilo-kilometer menebar benih di lantai hutan. Pohon-pohon di hutan tumbuh dengan alami. Keberadaan satwa kunci itu menentukan kualitas hutan.
Koordinator Badak Sumatera, International Union for Conservation of Nature (IUCN) Species Survival Commission (SSC), Anwar Purwoto, mengatakan, Aceh adalah harapan besar dalam upaya menyelamatkan badak sumatera. Anwar mendorong para pihak untuk mempercepat pembentukan suaka badak di Aceh Timur. ”Dukungan kebijakan dari pemprov dan pemkab sangat dibutuhkan,” kata Anwar.
Anwar mengatakan, dukungan yang diperlukan, misalnya, kepastian lahan, tata ruang, dan fasilitas pendukung, seperti listrik dan jalan menuju ke lokasi suaka. ”Kepastian tata ruang sangat penting karena sanctuary ini jangka panjang. Jangan sampai ada perubahan fungsi lahan di tengah perjalanan,” kata Anwar.
Wali Nanggroe Aceh, lembaga kepemimpinan adat di Aceh, Malik Mahmud, pada Kamis (28/11/2019) berkunjung ke TN Way Kambas, Lampung, untuk menghimpun informasi tentang suaka badak.
”Kami ingin belajar banyak tentang konservasi badak karena di Aceh masih punya habitat satwa langka badak sumatera,” kata Malik Mahmud. Malik mengatakan, Aceh telah memiliki qanun/perda perlindungan satwa. Qanun ini menjadi payung hukum dalam pembuatan suaka badak.