Mimpi Menadah Hujan Pertumbuhan Ekonomi di Likupang
Presiden Joko Widodo menambahkan Likupang di Sulawesi Utara sebagai destinasi prioritas pada Juli 2019. Keputusan itu mengundang pertanyaan mendasar: emang Likupang di mana, sih?
Setelah menetapkan Borobudur, Labuan Bajo, Danau Toba, dan Mandalika sebagai empat destinasi pariwisata superprioritas pada akhir 2018, Presiden Joko Widodo menambahkan satu lagi destinasi prioritas, yaitu Likupang, Juli 2019. Keputusan itu mengundang pertanyaan mendasar: emang Likupang di mana, sih?
Likupang memang belum terlalu dikenal dalam ranah pariwisata Indonesia. Tak hanya publik yang bertanya-tanya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bahkan kagok menyikapi instruksi Presiden yang mau tak mau harus dilaksanakan.
”Sejak diumumkan Pak Presiden sebagai DSP (destinasi superprioritas), Kemenparekraf masih enggak yakin Likupang itu apa, di mana, dan mengapa harus segera dipasarkan. Jadi, kami harus ke sini untuk menyaksikan sendiri potensinya,” kata Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenparekraf Masruroh, Jumat (29/11/2019).
Kepala Bidang Komunikasi Media Digital Asisten Deputi Strategi dan Komunikasi Pemasaran II Kemenparekraf Firnandi Gufron juga mengakui hal ini. Berdasarkan pengamatan digital pada mesin pencari, hingga Juli 2019 baru tujuh orang di dunia yang mencari kata kunci ”Likupang”.
”Kami juga baru tahu setelah diumumkan,” katanya.
Baca juga: Harap Cemas Menanti Peraturan Pemerintah untuk KEK Likupang
Perlahan sejak itu, pencarian soal Likupang pun terus meningkat di mesin pencari. Namun, total pencarian masih jauh di bawah Bunaken yang secara administratif masuk Manado.
Untuk mengatasi ketidaktahuan itu, sejak Kamis hingga Sabtu (28-30/11), rombongan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenparekraf mengunjungi Likupang dan daerah sekitarnya dalam rangka familiarization trip. Beberapa wartawan dari Jakarta bahkan diajak serta agar bisa mengekspos apa yang ada di Likupang.
Likupang adalah daerah pesisir di ujung utara Pulau Sulawesi yang terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Likupang Barat dan Likupang Timur. Sesuai letaknya, daya tarik terbesarnya adalah pantai, pulau-pulau eksotis di lepas pantai Minahasa Utara, serta warna-warni kehidupan bawah laut.
Kamis lalu, rombongan Kemenparekraf mengunjungi tiga pantai dalam sehari. Pertama, pantai di Pulau Lihaga di utara Desa Serei, Likupang Barat. Pulau tak berpenghuni itu telah dijadikan salah satu titik selam dan snorkeling selama beberapa tahun. Bahkan, sudah ada pihak swasta yang membangun klub pantai di pulau itu.
Pantai selanjutnya yang dikunjungi adalah Pantai Paal dan Pantai Pulisan di Likupang Timur. Kedua pantai ini juga menjadi yang paling dekat dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Likupang seluas 197,4 hektar yang telah disepakati Dewan Nasional KEK. Ratusan orang berkunjung setidaknya tiap akhir pekan untuk bersantai di pantai.
Baca juga: Menengok Tuah di Likupang Timur
Keindahan pantai berpasir putih yang dikelilingi bukit-bukit itu tak diragukan. Namun, kedua pantai itu terletak di daerah jarang penduduk, di tengah hutan, dan area perkebunan BUMN. Kondisi jalan sudah sangat baik, tetapi lemahnya sinyal ponsel di sana dapat membuat wisatawan tersesat jika pergi sendiri tanpa dampingan warga lokal ataupun aplikasi peta.
Infrastruktur pendukung pariwisata masih sangat sedikit di Likupang Timur. Selain Hotel Casa Baio di Desa Maen, tidak ada hotel atau penginapan lain. Di pantai, warung makan, kamar mandi, ruang ganti, dan toilet dinilai tak representatif.
”Daya tarik wisata sudah ada, tetapi memang belum maksimal. Bagaimana pun, kami optimistis akan dapat menjual Likupang secara keseluruhan,” kata Masruroh.
Warga setempat juga bersikap demikian meski menyimpan kekhawatiran. Wati (32), pemilik warung ikan bakar dan pom bensin mini di Desa Maen, merasakan angin segar dari pengumuman KEK Likupang. Ia yakin warungnya akan lebih ramai. Pegawai-pegawai hotel yang sudah ada dan para pengunjung pantai selama ini menjadi pelanggan utamanya.
Dien (60), pemilik warung makan di Pantai Paal, senang dengan pengumuman Likupang sebagai destinasi prioritas. Selama ini, penghasilan kotornya bisa mencapai Rp 3 juta sehari jika pantai ramai pengunjung. Ia yakin pariwisata akan membawa dampak baik bagi masyarakat lokal.
Akan tetapi, kurangnya pengetahuan masyarakat soal rencana pembangunan KEK membuat Dien khawatir. Ia takut warungnya digusur saat investor masuk.
”Katanya, pondok-pondok dan warung makan di pantai akan ditiadakan. Terus, kami ini mau ditaruh di mana? Janganlah sampai warga dilupakan,” kata warga Desa Marinsow, Likupang Timur, itu.
Katanya, pondok-pondok dan warung makan di pantai akan ditiadakan. Terus, kami ini mau ditaruh di mana? Janganlah sampai warga dilupakan.
Hadiah Natal
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pariwisata Sulut Daniel Mewengkang mengatakan, pemprov Sulut memiliki komitmen kuat mengembangkan pariwisata. KEK pariwisata pun memainkan peran krusial di dalamnya. Daniel pun memastikan, KEK ini akan dibangun pengembangnya, PT Minahasa Permai Resort Development (MPRD).
Total investasi untuk pengembangan KEK pariwisata mencapai Rp 21 triliun. Area itu akan diisi hotel dan resor dengan 7.430 kamar serta 1.313 vila. Pembangunan bisa segera dimulai karena status lahan telah dipastikan sepenuhnya milik PT MPRD. Listrik telah siap dan akan dipasok dari pembangkit tenaga surya berkapasitas 15 megawatt yang juga masih akan ditambah.
Di dalam KEK Likupang juga akan dibangun pelabuhan yacht dan pelelangan ikan. Berbagai atraksi lain, seperti amfiteater pertunjukan hingga Taman Konservasi Wallace dan Taman Laut, akan disediakan.
Pembangunan hotel, resor, dan vila yang masuk tahap pertama direncanakan mulai pada 2020 dan selesai pada 2022. Sementara itu, pemprov juga sedang membentuk Badan Otorita KEK. Namun, ada satu hal yang masih mengganjal.
”Semuanya tidak akan dimulai sebelum ada peraturan pemerintah terkait KEK Likupang. Kabarnya, sekarang sudah di meja Pak Presiden. Semoga segera turun dan menjadi hadiah Natal untuk kami nanti Desember,” kata Daniel.
Baca juga: Pemerintah Rancang Anggaran Rp 935 Triliun untuk 5 Destinasi Superprioritas
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Minahasa Utara Audy Sambul mengatakan, pihaknya telah merencanakan pembangunan titik swafoto di Pantai Paal, pembangunan auditorium pertunjukan kebudayaan berkapasitas 500 orang di Wanua Ure, Kecamatan Airmadidi, hingga dermaga di Desa Munte, Likupang Barat. Semua dibuat untuk menadah hujan pertumbuhan ekonomi lewat pariwisata.
Ia juga menyatakan akan membangun desa-desa wisata, seperti di Desa Bahoi dan Serawet di Likupang Barat. ”Desa Serawet spesial karena mereka membuat dodol dari buah pohon mangrove,” katanya.
Saat ini, Minahasa Utara yang memiliki luas 985,2 kilometer persegi baru memiliki dua hotel berbintang, empat resor di Sulawesi daratan, dan delapan di gugusan pulau. Ke depan, akan dibangun pula ecofamily hotel dengan luas 3.000 hektar. Total investasi yang dikucurkan Rp 3 triliun.
Sulit pemasaran
Data Penelitian dan Pengembangan Kompas, jumlah wisatawan mancanegara ke Sulut tumbuh dari 20.074 wisatawan pada 2011 menjadi 122.100 wisatawan pada 2018. Pemasukan sektor akomodasi pada produk domestik regional bruto (PDRB) Rp 115 miliar per tahun.
Bagi Minahasa Utara, sumbangan sektor akomodasi hotel dan restoran bagi PDRB-nya masih sekitar 1 persen. Itu setara Rp 83 miliar dari total PDRB Minahasa Utara sebesar Rp 7,8 triliun. Meski begitu, tren pertumbuhannya baik, sekitar 8,8 persen per tahun.
Pertumbuhan ekonomi dari pengembangan KEK Likupang pun terbuka lebar. Meski begitu, Kemenpar masih kesulitan memasarkan Likupang sebagai destinasi baru dalam enam bulan terakhir.
Kepala Bidang Area IV Asisten Deputi Pemasaran II Regional II Kemenparekraf Yulia mengatakan, pasar di wilayah Amerika masih mengenal Bunaken dan Selat Lembeh. ”Kami perlu image tentang suatu daerah baru,” katanya.
Baca juga: Akankah Pesona Bali Tergantikan?
Kepala Bidang Area II Asisten Deputi Pemasaran II Regional IV Kemenparekraf Deni Priadi mengatakan, Sulut sudah terkenal di kalangan penyelam Eropa. Namun, karena kurang mengetahui keadaan di Likupang, ia tidak yakin dengan kesiapan daerah itu menerima kedatangan pariwisata.
”Kalau turis datang duluan, padahal infrastruktur dan pelayanan di daerah belum siap, kami yang repot karena promosi bisa gagal,” kata Deni.
Menanggapi ini, Kadis Pariwisata Sulut Daniel menegaskan, Likupang hanyalah satu bagian dari destinasi superprioritas. Secara resmi, daerah yang dijadikan superprioritas adalah Manado-Bitung-Likupang, disingkat menjadi Mabili.
KEK di dalamnya juga hanya bagian dari infrastruktur pendukung pariwisata. ”Kami harapkan ada efek domino dari KEK sehingga daerah-daerah di sekitarnya bisa menerima wisatawan juga,” kata Daniel.
Kami harapkan ada efek domino dari KEK sehingga daerah-daerah di sekitarnya bisa menerima wisatawan juga.
Terkait dengan itu, Kemenparerkraf sepakat akan menciptakan konten-konten promosi yang tetap mengutamakan kata kunci umum, seperti Manado dan Bunaken. Di dalamnya, akan dimuat juga kata Mabili sebagai sebuah kesatuan.
Selama Januari-November, Sulut telah kedatangan 129.000 wisatawan asing, naik dari 122.100 pada tahun sebelumnya. Keberadaan Likupang dalam destinasi superprioritas diharapkan dapat terus menggenjot pariwisata Sulut.
Mungkinkah Likupang yang tak pernah terdengar sebelumnya jadi mendunia? Semoga mimpi menadah hujan pertumbuhan ekonomi itu segera terwujud.