Bagi atlet-atlet muda berusia di bawah 20 tahun, tampil di SEA Games Manila 2019 untuk pertama kali merupakan mimpi yang menjadi kenyataan. Ada kalanya mereka gugup dan cemas, tetapi tersimpan pula semangat membara.
Oleh
Denty Piawai Nastitie dari Manila, Filipina
·6 menit baca
Langit bersinar cerah saat tim tenis Indonesia berlatih di Rizal Memorial Tennis Centre, Manila, Filipina, Jumat (29/11/2019). Di antara atlet yang berlatih ada petenis muda yang akan tampil di SEA Games untuk pertama kali, Priska Madelyn Nugroho (16), Arie Fahrezi Al Gifahri(17), dan Rifqi Fitriadi (20). Bersama petenis-petenis lainnya yang lebih senior, seperti Christopher ”Christo” Rungkat, Anthony, dan David Susanto, atlet-atlet muda itu melakukan persiapan terakhir menjelang SEA Games 2019.
Rifqi mengatakan, dirinya merasa sangat bangga dapat mewakili Indonesia di SEA Games 2019. Dalam ajang ini, lulusan Sekolah Khusus Olahraga Ragunan ini akan turun pada dua nomor, yaitu tunggal dan ganda putra berpasangan dengan Arie. ”Saya merasa bangga sekali bisa bermain di SEA Games. Saya siap tampil maksimal, ada semangat yang membara,” ujarnya.
”Kalau harus dinilai dari angka 1-100 untuk menentukan seberapa besar motivasi saya, sekarang saya ada pada angka 110. Saya sangat termotivasi,” lanjut Rifqi.
Kepercayaan diri Rifqi tumbuh karena ia sudah menjalani persiapan selama setahun untuk tampil di SEA Games 2019. Dia juga menjalani sejumlah kejuaraan di dalam negeri dan luar negeri untuk melatih fisik, teknik, dan mempertajam mental pertandingan. Sepekan sebelum bertolak ke Manila, Rifky menapak di babak final BNI Tennis Terbuka 2019. Ia kalah dari pemain senior, Christo. Meski harus mengubur mimpi juara, pertemuan Rifky dengan Christo telah menggenjot kepercayaan diri pemain muda.
”Bisa sharing lapangan dengan Christo saya merasa senang sekali. Ini memacu mental saya,” kata Rifqi.
Antusiasme juga ditunjukkan oleh lifter-lifter muda berusia di bawah 18 tahun yang akan tampil perdana di SEA Games 2019. Atlet-atlet muda yang kerap disebut ”The Dream Team” atau tim impian ini siap menampilkan yang terbaik untuk mengikuti jejak senior-senior mereka, seperti peraih medali SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade, Eko Yuli Irawan.
Pada SEA Games 2019, tim angkat besi Indonesia mengirimkan sepuluh atlet. Sebanyak 60 persen di antaranya adalah lifter-lifter muda berusia di bawah 18 tahun. Mereka adalah Windy Cantika Aisah (kelas 49 kg), Juliana Klarisa (55 kg), Putri Aulia Andriani (59 kg), Bernadicta Babela Mei Study (64 kg), Tsabitha Alfiah Ramadani (71 kg), dan Rahmat Erwin Abdullah (73 kg). Mereka akan tampil didampingi empat lifter senior, yaitu Lisa Setiawati (45 kg), Surahmat (55 kg), Eko Yuli Irawan (61 kg), dan Deni (67 kg).
Lifter kelas 59 kg, Putri Aulia, mengatakan, ia masih tidak menyangka bisa berlatih di pelatnas dan dikirim ke Filipina. ”Dulu, waktu saya masih berlatih di daerah, saya sering mendengar kawan-kawan saya punya impian bisa berlatih di pelatnas. Saya tidak menyangka sekarang saya di sini (pelatnas) dan akan tampil di SEA Games 2019,” kata atlet berusia 17 tahun itu sebelum berangkat ke Filipina.
Sebelumnya Putri berlatih di Kabupaten Kalimantan Barat. Ia tertarik menjadi atlet setelah melihat saudaranya Tukijo dan Dwi Iniar berlatih. Ia juga penasaran dengan rasanya naik pesawat terbang. ”Katanya, kalau sudah menjadi atlet, bisa pergi-pergi ke luar kota naik pesawat terbang, jadi saya tertarik,” kata Putri Aulia.
Dari awalnya coba-coba, Putri mulai serius berlatih setelah bergabung dengan PPLP Kalimantan Barat. Setelah menjuarai sejumlah kejuaraan level nasional, termasuk meraih tiga keping emas dalam kejuaraan angkat besi Satria Remaja 2017 dan Kejuaraan Nasional PPLP 2018, Putri ditarik ke pelatnas. Ia berlatih dengan lifter-lifter senior untuk mempercepat regenerasi atlet.
Lifter Juliana Klarisa (17) mengatakan, berlatih dengan lifter-lifter senior membuatnya semakin semangat. ”Di pelatnas, saya melihat senior-senior fokus berlatih. Itu membuat saya ikut fokus karena ingin berprestasi seperti mereka,” kata lifter asal Jambi itu.
Selama bergabung dengan pelatnas sejak Februari 2019, Juliana sudah tampil dalam dua kejuaraan internasional, yaitu Kejuaraan Dunia Yunior dan Kejuaraan Asia Remaja. Juliana menempati peringkat kedua Kejuaraan Asia Remaja dengan angkatan snatch 75 kg dan clean and jerk 100 kg. Pengalaman itu membuatnya percaya diri tampil di SEA Games 2019.
Kurang ideal
Atlet-atlet Indonesia tetap menunjukkan semangat bertanding di tengah kondisi arena pertandingan yang kurang ideal. Pada Jumat (29/11/2019), sejumlah arena di kompleks olahraga Rizal Memorial masih berantakan. Di sekitar kompleks olahraga itu, masih ada truk pengangkut material bangunan. Petugas juga masih membersihkan tanah dan material bangunan yang berantakan di sekitar arena.
Di lapangan tenis, petugas masih memasang backdrop pertandingan, menempel garis pemisah antar-lapangan, dan melengkapi fasilitas pendukung, seperti toilet. Sejumlah petugas keamanan berjaga. Mereka melarang jurnalis untuk mengambil gambar arena. Beberapa sukarelawan juga disiagakan untuk menegur jurnalis yang nekat mengambil gambar. ”Ini aturan tuan rumah,” kata seorang petugas.
Dibikin enjoy saja. Namanya bermain di negara orang, pasti ada hal yang membuat tidak nyaman.
Direktur Teknis PB Pelti Frank van Fraayenhoven terkejut melihat toilet yang tidak dilengkapi dinding pemisah. ”Saat buang air kecil, Anda bisa mengobrol dengan orang di sebelah Anda karena tidak ada dindingnya,” kata Frank. Ia mengatakan, permukaan lapangan juga belum sempurna sehingga dapat mengganggu pemain.
Pelatih tim nasional tenis putra, Febi Widhianto, mengatakan, lapangan tenis masih terasa berat. ”Saya meminta atlet-atlet untuk bisa beradaptasi dengan kondisi lapangan. Mereka harus mengantisipasi permainan reli karena lapangan berat,” kata Febi.
Meskipun persiapan arena belum sempurna, Febi menuturkan, tim Indonesia tidak terganggu dengan kondisi di lapangan. ”Dibikin enjoy saja. Namanya bermain di negara orang, pasti ada hal yang membuat tidak nyaman. Sebagai atlet, kami harus siap tempur. Tetap maju apa pun kondisinya,” kata mantan pemain tenis nasional itu.
Meskipun ada sejumlah keluhan terkait makanan dan penginapan dari kontingen negara lain, menurut Febi, hal itu bukanlah persoalan berarti. ”Kontingen Indonesia pasti bisa mencari jalan keluar, seperti membeli makanan atau pindah hotel. Kami justru khawatir soal cuaca karena kalau tiba-tiba cuaca buruk tidak bisa diubah,” katanya.
Delegasi teknis pertandingan tenis SEA Games 2019 Susan Soebakti mengatakan, persiapan arena pertandingan tenis sudah hampir. ”Kami hanya perlu melengkapi sarana prasarana, seperti toilet dan pembagian ruang. Dalam dua hari, itu pasti diselesaikan,” kata Susan.
Ia juga menjelaskan bahwa hingga Jumat, referee yang ditunjuk belum tiba di Manila. Padahal, referee yang berasal dari Hong Kong itu mempunyai tugas penting untuk memimpin rapat teknis pertandingan, memastikan undian (drawing) dan pertandingan tenis berjalan sesuai ketentuan. Undian tenis akan dilakukan pada Sabtu (30/11/2019) ini.
Meskipun referee belum tiba di Manila, menurut Susan, dirinya tidak terlalu khawatir karena dari delapan umpire ada yang mempunyai sertifikat referee. Jadi, kalau sampai referee yang ditunjuk tidak datang, salah satu umpire bisa bertugas sebagai referee. ”Tetapi, saya yakin akan datang sesuai waktunya. Semua pasti bisa diatasi,” kata Susan.
Adapun tim angkat besi Indonesia, Jumat kemarin, menjalani latihan perdana mereka. Latihan difokuskan untuk menyesuaikan situasi lomba dan pemanasan menjelang latihan.
Pelatih nasional Indonesia, Dirdja Wiharja, mengatakan, tidak ada masalah berarti terkait arena latihan. ”Kalau saya lihat di arena latihan semua sudah siap. Petugas hanya masih mengerjakan arena perlombaan, seperti memasang lantai dan panggung,” kata Dirdja.
Dirdja menuturkan, meskipun arena lomba belum sempurna, dirinya tidak terganggu karena situasi tersebut sudah sering dihadapi. ”Kami tetap optimistis. Apa pun yang terjadi tetap menampilkan yang terbaik untuk indonesia,” katanya.