Sistem Bubu Perangkap Efektif Basmi Hama Tikus di Sawah
Peneliti dari UNS menemukan cara efektif menurunkan populasi tikus yang menyerang tanaman padi. Mereka memasang ”trap barrier system” atau sistem bubu perangkap dikombinasikan dengan pemanfaatan burung hantu.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Peneliti UNS menemukan cara efektif membasmi hama tikus di persawahan. Mereka memasang trap barrier system atau sistem bubu perangkap dikombinasikan dengan pemanfaatan burung hantu. Petani dapat mengaplikasikan sistem ini untuk membasmi tikus.
Supriyadi, dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) yang juga Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNS mengatakan, tim PPLH saat ini tengah memasang trap barrier system (TBS) untuk menanggulangi hama tikus yang menyerang padi di Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Klaten, Jawa Tengah.
”Trap barrier system merupakan teknik pengendalian tikus dengan prinsip memasang perangkap di lahan padi,” katanya di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (30/11/2019).
Supriyadi mengatakan, komponen TBS terdiri atas pagar tanaman padi dengan bahan fiber, bubu perangkap tikus yang terbuat dari ram kawat, serta tanaman pemikat (lure crop). Penggunaan bahan fiber sebagai pagar dipilih supaya tahan lama dan dapat dipasang kembali. Adapun untuk tanaman pemikat tikus, dipilih tanaman padi yang telah membentuk malai (tangkai) isi. Luas lahan untuk tanaman pemikat ini adalah 120 meter persegi, yaitu panjang 12 meter dan lebar 10 meter.
Trap barrier system merupakan teknik pengendalian tikus dengan prinsip memasang perangkap di lahan padi.
”Pemasangan TBS akan efektif apabila padi di lahan sekitarnya belum mencapai masa bunting/bermalai atau pada masa bera. Oleh karena itu, tanaman padi untuk TBS harus ditanam terpisah atau menggunakan tanaman padi yang panen terakhir apabila masa tanam tidak serentak,” katanya.
Untuk pemasangan TBS, tanaman pemikat itu dipasangi pagar fiber keliling setinggi 80 cm dengan rapat. Pagar fiber itu diberi lubang kecil untuk jalan masuk tikus dan di sebaliknya dipasang bubu perangkap. Bubu perangkap tikus dipasang di empat sisi pagar.
Tikus akan berusaha masuk ke dalam pagar karena mencari tanaman padi yang mengandung pati/karbohidrat. Tikus yang masuk pagar fiber kemudian langsung masuk perangkap. Bubu perangkap tikus ini menggunakan prinsip kerja tikus bisa masuk, tetapi tidak bisa keluar.
”TBS modifikasi ini cukup efektif, yakni mampu menangkap 1-18 ekor setiap malam pemasangan. Jumlah lubang/sarang aktif tikus di sekitar lokasi pemasangan TBS juga turun signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa TBS efektif menurunkan populasi tikus di lapangan,” ujarnya.
Supriyadi menyarankan para petani bekerja sama memasang sistem bubu perangkap ini untuk membasmi hama tikus yang kerap menyerang tanaman padi petani. Sistem ini bisa digunakan bersama, yaitu pada hamparan padi seluas sekitar 5 hektar cukup dipasang satu TBS. ”Tikus sawah adalah hama yang paling merusak dan merugikan petani,” katanya.
Tim peneliti PPLH UNS menyarankan pemasangan TBS dapat diintegrasikan dengan pemanfaatan burung hantu (Tyto alba) untuk mendapatkan hasil lebih efektif, ramah lingkungan, dan efek jangka panjang. Pemanfaatan burung akan lebih efektif apabila disertai dengan pembuatan rubuha atau rumah burung hantu sebagai sarangnya. ”Burung hantu dapat mengendalikan populasi tikus karena makanan utamanya adalah tikus,” ungkap Setya Nugraha, anggota tim peneliti PPLH, UNS.