Keberadaan toko kelontong di Jawa Timur terus diperkuat di tengah gempuran minimarket berjejaring. Selain menopang ekonomi rakyat, transaksi perdagangan di toko kelontong juga mewariskan nilai-nilai sosial.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Keberadaan toko kelontong di Jawa Timur terus diperkuat di tengah gempuran minimarket berjejaring. Selain menopang ekonomi rakyat, transaksi perdagangan di toko kelontong juga mewariskan nilai-nilai sosial di tengah masyarakat.
Salah satu upaya penguatan toko kelontong dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama Sampoerna Retail Community dengan menginisiasi gerakan Belanja Dekat Rumah. ”Belilah barang-barang di toko kelontong yang lokasinya sangat dekat dengan rumah,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jatim Drajat Irawan saat Festival Sampoerna Retail Community, Minggu (1/12/2019), di Surabaya.
Gerakan ini merupakan seruan kepada masyarakat untuk berbelanja di toko kelontong di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, gerakan ini juga merupakan upaya pelestarian tradisi karena berbelanja di toko kelontong juga memiliki nilai sosial karena ada interaksi antartetangga rumah.
Drajat menilai, kualitas barang dagangan dan pelayanan di toko kelontong di Jatim tidak kalah dari minimarket berjejaring. Produk yang dijual bahkan ada yang harganya lebih murah ketimbang di minimarket berjejaring. Untuk itu, tidak ada lagi alasan menjadikan toko kelontong sebagai pilihan terakhir dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Pemprov Jatim, lanjut Drajat, akan membantu memantau harga barang-barang agar terus kompetitif dan stoknya mudah didapatkan oleh para pemilik toko kelontong. Dengan demikian, toko kelontong diharapkan terus menjadi pilihan pertama konsumen dalam berbelanja.
Head of Zone Jatim PT HM Sampoerna Melinda Siauw mengatakan, pihaknya memberikan wadah komunitas bagi pemilik toko kelontong di Indonesia, termasuk di Jatim. Ada sekitar 13.000 toko kelontong yang bergabung dan mendapatkan pelatihan manajemen toko, pengembangan bisnis, infrastruktur berbasis digital, dan perluasan jaringan sosial melalui komunitas paguyuban.
”Program pembinaan UKM terintegrasi yang kami jalankan melalui SRC bertujuan untuk meningkatkan daya saing toko kelontong dengan menumbuhkan semangat kewirausahaan kepada pemilik toko kelontong sebagai pelaku UKM, melalui dukungan secara berkelanjutan mulai dari pemberdayaan hingga pembangunan kapabilitas UKM,” kata Melinda.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, toko kelontong di Surabaya diperkuat agar memiliki daya saing menghadapi gempuran minimarket berjejaring. Pihaknya mendorong pembentukan koperasi toko kelontong yang berisi pemilik toko kelontong.
Koperasi membantu para anggota untuk mendapatkan barang kulakan dengan harga murah. Barang kulakan dibeli langsung dari agen sehingga memutus beberapa rantai distribusi. Dengan demikian, harga barang di toko kelontong bisa lebih kompetitif dibandingkan minimarket berjejaring.
Sejak 2017 hingga 2019, ada tujuh koperasi toko kelontong yang terbentuk di tujuh dari 31 kecamatan di Surabaya. Jumlah total anggota lebih dari 250 orang. Koperasi toko kelontong tersebut ada di Kecamatan Rungkut, Genteng, Sawahan, Sambikerep, Tambaksari, Krembangan, dan Tenggilis.
”Dinas Perdagangan juga memantau perkembangan toko kelontong melalui program mantra ekonomi, yakni pendampingan dalam manajemen keuangan, ritel, dan distribusi,” tutur Risma.