Jam-jam mewah dihadirkan dengan keindahan desain dekoratif dan canggih di Pameran Watch Grand Art Exhibition, di Singapura, akhir September 2019. Pameran ini diburu para kolektor jam mewah.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Keindahan dan teknologi yang menyatu dengan tetap mempertahankan sentuhan tangan dari para artisan atau ahli kerajinan jam menjadikan berbagai bentuk jam tak sekadar penunjuk waktu. Jam-jam mewah dihadirkan dengan keindahan desain dekoratif dan canggih menjadikan jam punya nilai tinggi dan diburu para pecinta seni dan jam.
Pameran seni jam Watch Grand Art Exhibition yang digelar perusahaan jam mewah Patek Philippe, menawarkan keindahan dan inovasi teknologi pembuatan jam yang sudah 180 tahun dikembangkan perusahaan keluarga yang berpusat di Jenewa, Swiss ini. Gelaran Watch Grand Exhibition 2019 di Singapura pada akhir September hingga pekan kedua Oktober lalu di Singapura didedikasikan bagi masyarakat Asia Tenggara. Namun, pameran ini menggema ke penjuru dunia dengan hadirnya media dan tamu penting lebih dari 25 negara. Lebih dari dua pekan pameran di Marina Bay Sands Theatre dibuka secara gratis bagi umum, pameran seni jam di Singapra ini mencatat rekor penting dengan hadirnya 68.000 pengunjung.
Pameran serupa pernah diadakan di Dubai (2012), Munich (2013), London (2015), dan New York (2017). Pengunjung diajak menenggelamkan diri dalam dunia Patek Philippe yang dikenal menghasilkan jam mewah berkualitas tinggi nan indah. Selain jam tangan, ruang pamer dipenuhi jam saku, jam kubah, jam meja, hingga jam liontin, dengan sentuhan artisan desain dekoratif dengan teknik mengukir (engraving), enamel, dan marquetry. Banyak kolektor jam mewah yang menunggu-nunggu event ini, karena peluncuran jam edisi spesial yang jumlahnya terbatas. Pada tahun 2022, pameran akan diselenggarakan di Tokyo, Jepang.
Memasuki Sands Theater yang disulap jadi area pameran seluas 1.800 meter persegi agar dapat menghadirkan 10 ruangan bertema, pandangan mata langsung menangkap instalasi gedung yang merupakan bangunan bersejarah Patek Philippe dan instalasi origami motif bunga Singapura yang terjuntai warna-warni. Salah satu ruangan Singapore Historic Room, menghadirkan berbagai bentuk jam yang dihiasai dengan lukisan indah yang menggambarkan pemandangan panorama yang terkenal di Singapura. Dihadirkan pula lukisan flora dan fauna di Asia Tenggara hingga lukisan sekelumit suasana sejarah perdagangan.
Tampilan jam begitu elegan dengan dekorasi yang indah. Sepasangan jam liontin berbentuk hati dengan lukisan dan lapisan emas, jam liontin seperti melon kecil yang ketika dibuka memperlihatkan luksian indah orang yang bermain musik, sungguh mempesona. Keterangan tertulis maupun lewat audio yang bisa dipilih berbahasa Inggris atau Mandarin, memberikan gambaran yang jelas bagaimana keindahan dan kecanggihan jam dihasilkan Patek Philippe.
Suguhan aneka bentuk jam yang menggbamrkan keindahan dan warisan budaya dari Singapura dan Asia Tenggara hanyalah bagian kecil dari koleksi jam yang ditampilkan. Ada lebih dari 400 jam yang dipamerkan, mulai dari jam terkini hingga koleksi Museum Patek Philippe. Ada 120 jam yang punya nilai sejarah.
Pameran seni jam menampilkan jam-jam yang dipajang dalam kotak berkaca sesuai tema. Di dalam ruangan bertema Museum menampilkan koleksi Museum Patek Philippe di Jenewa, yang merupakan museum horologi prestius dunia. Di ruangan ini dihadirkan jam antik yang menampilkan mulai jam portabel awal tahun 1530, terutama dalam bentuk jam liontin dan jam saku dengan ukiran dan gambar indah yang menggambarkan kehebatan pembuatan jam di Eropa.
Lalu ada juga koleksi jam Patek Philippe mulai tahun 1839 sampai sekarang. Salah satunya jam liontin Ratu Victoria tahun 1851. Kesempatan langka juga diberikan pada publik dengan memperlihatkan jam saku Calibre 89 yang dikagumi dunia dan langka. Menyambut 150 tahun, Patek Philippe membuat lompatan sejarah dalam horologi dengan menghadirkan Calibre 89 dengan 33 kompikasi/kerumitan. Ada 1.728 bagian yang dirakit untuk menghadirkan koleksi ini. Butuh sembilan tahun untuk bisa mempersembahkan Calibre 89 bagi dunia.
Butuh regenerasi
Tak kalah menarik, hadirnya koleksi rare handcraft. Koleksi jam langka Patek Philippe terkenal menjadi salah satu yang favorit karena keindahan, keunikan, dan komplesitas keterampilan yang dibutuhkan. Di pameran yang terbuka untuk umum dan gratis, ruangan rare handcrafts sangat dimintai karena menimbulkan rasa penasaran. Ditambah lagi, pengunjung dapat menyaksikan langsung para ahli atau seniman yang mengerjakannya, mulai dari teknik mengukir (engraving), enameling, dan marquetry.
Motif batik Indonesia juga dikenalkan ke dunia lewat koleksi jam kubah langka Patek Philippe. Keindahan batik Indonesia yang diberi tajuk Batik on Blue dan Batik on Red, menarik perhatian pengunjung.
Tak heran, karena fokus pada jam mewah berkualitas dan berseni tinggi, harga jam Patek Philippe, mulai dari jam tangan, jam saku, jam meja, hingga jam kubah, terbilang fantastis. Harganya mulai ratusan juta hingga miliaran rupiah. Untuk mendapatkannya pun tidak mudah karena edisi dan jumlah yang terbatas.
“Kami selalu terus mempertanyakan tentang kualitas. Kami yakin kualitas itu penting dan berharga hingga melampaui generasi berikutnya. Digelarnya Watch Art Grand Exhibition untuk mengedukasi masyarakat, memberi passion pada pendatang baru dan kolektor,” ujar Presiden Patek Philippe, Thierry Stern.
Stern mengatakan dirinya memiliki tanggung jawab untuk menjaga tradisi dan pengetahuan pembuatan jam Swiss. Ia ingin memberikan passion pada generasi muda untuk mencintai keindahan dan inovasi yang diwujudkan dalam jam. “Ini yang yang saya suka, melihat anak-anak datang ke pameran ini. Mungkin suatu saat saya akan melihat seorang pembuat jam terbaik di duni. Pameran ini adalah tentang keindahan, di tengah dunia yang serba elektronik. Tidak semua orang akan bisa memiliki, tapi Anda dapat mengatakan pada diri Anda sendiri bahwa Anda datang melihat dan merasakan dan ada kesempatan untuk menjadi bagian dari Patek Philippe,” ujar Stern.
Sementara itu, General Manager of Geneva Asia Tenggara Deepa Chatrath menyatakan pameran seni jam dari Patek Philippe ini untuk menyampaikan pesan jangka panjang tentang tradisi, inovasi, dan keahlian. “Kami berharap dapat menginspirasi generasi muda untuk bekerja di industri ini dan menjadi klien di masa depan,” ujar Deepa.
Sandrine Stern, Head of Creations, Patek Philippe, mengatakan menampilkan jam tangan indah dengan sentuhan keahlian dari warisan leluhur tetap perlu dipertahankan. Regenarasi diperlukan supaya dunia tetap dapat menikmati keindahan jam yang berpadu dengan teknologi canggih. Untuk satu koleksi jam langka butuh waktu yang lama, untuk pembuatan saja bisa makan waktu tiga bulan, etrgantung kompleksitas.
“Ketika di pameran ini, inilah cara melatih orang. Kalau hanya bisa produksi satu per tahun, ini sulit. Ini cara untuk menjaga agar artisan dan teknisi pembuatan jam tetap jadi hal yang menarik, terutama dari kalangan muda,” kata Sandrine. (ELN)