Rintik Hujan Temani Festival Musik Jazz di Waduk Jatiluhur
Festival musik jazz berskala internasional digelar di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019) malam. Meski diguyur hujan, antusiasme penonton yang datang dan menyaksikan tetap tinggi.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Festival musik jazz berskala internasional digelar di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (30/11/2019) malam. Meski diguyur hujan, antusiasme penonton yang datang dan menyaksikan tetap tinggi.
Semula The 1st International Jatiluhur Jazz Festival yang bertemakan ”Green, Water, and Life” ini diadakan di tepi Waduk Jatiluhur sambil melihat matahari terbenam. Namun, belakangan ini cuaca di Purwakarta sedang tak menentu. Menjelang sore, terkadang hujan datang tanpa diundang. Tak ada pemandangan matahari terbenam yang menjadi latar belakang panggung.
Meski demikian, para penonton tetap menikmati musik jazz di bawah guyuran hujan. Sebagian sudah bersiap membawa payung. Ada pula yang langsung mengenakan jas hujan plastik. Dinginnya angin malam seolah membawa kenangan tersendiri bagi penonton. Penonton diajak menikmati pemandangan alam Jatiluhur sambil bernyanyi.
Nika Ayu (28) dan Bintang Rahman (27), pasangan asal Purwakarta, seakan tak peduli rintik hujan membasahi badan mereka. Lagu-lagu yang dinyanyikan Java Jive berjudul ”Kau yang Terindah” menghangatkan mereka malam itu. Mereka bergandengan tangan sambil melantunkan lirik lagu.
”Arena lapangan konser memang becek dan sepatu jadi kotor, tapi tidak apa-apa. Yang penting kami bahagia bisa menonton konser jazz di tepi danau. Sensasinya berbeda,” kata Bintang sumringah.
Hal senada dikatakan Muh Husen (34), warga Pasawahan, Purwakarta. Ia datang seorang diri ke festival musik ini sejak pukul 15.00. Bajunya masih basah karena kehujanan selama perjalanan.
”Antusias banget datang ke konser ini. Hujan pun saya terjang untuk bisa menonton musisi idola saya, Wizzy,” katanya sambil merapikan jas hujan plastik yang ia bawa.
Beragam sajian musik jazz digagas langsung oleh Dwiki Dharmawan, musisi jazz asal Jawa Barat. Komposisi musik jazz itu diharapkan dapat menyatu dengan lingkungan Jatiluhur. Bahkan, melimpahnya jumlah air di waduk tersebut akan dimanfaatkan untuk membuat bunyi-bunyian menyerupai air dengan kolaborasi alat musik tradisional khas Sunda.
Harga tiket yang ditawarkan mulai dari Rp 100.000-Rp 150.000 per orang. Bintang tamu yang diundang antara lain Java Jive, Marcell, Via Vallen, Krakatau, Wizzy, dan Mus Mujiono. Penonton diajak untuk menikmati pemandangan alam Jatiluhur sambil bernyanyi.
Tema ”Green, Water, and Life” dipilih sebagai bentuk kampanye untuk menjaga lingkungan dan air bagi kehidupan. Menjaga keberlangsungan air menjadi tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Ekosistem air sangat penting karena merupakan sumber kehidupan.
”Kami ingin memanfaatkan potensi air di bidang wisata dengan mengadakan kegiatan yang menyajikan pemandangan indah,” kata Direktur Utama Perum Jasa Tirta II U Saefudin Noer.
Saefudin menambahkan, kondisi waduk yang bersih dapat dimanfaatkan untuk pergelaran acara. Oleh karena itu, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang ada di Jatiluhur.
Sebelumnya, Perum Jasa Tirta II telah menggelar berbagai acara di tahun ini, yaitu The 1st Jatiluhur Stand Up Paddle and Kayak Exhibition di Pantai Timur, kawasan Waduk Jatiluhur, yang diselenggarakan pada 13-14 Juli 2019 dan acara The 1st Jatiluhur Heroes 5k Fun Run and Walk (10 November 2019).
Terlebih, Waduk Jatiluhur masuk dalam rencana pengembangan wisata 2020 oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun ini, Pemprov Jabar bersama Perum Jasa Tirta II, pengelola Jatiluhur, dan Pemerintah Kabupaten Purwakarta bersinergi mengoptimalkan wisata di kawasan Waduk Jatiluhur.
Pada Agustus lalu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengunjungi sejumlah lokasi rencana pembangunan tempat wisata baru di Jatiluhur. Pengembangan pariwisata akan dikebut selesai awal 2021. Berbagai wahana baru akan dibangun untuk menyedot wisatawan.
Kamil menyebut rencana pengembangan terbagi dalam rencana jangka pendek (enam bulan), menengah (satu tahun), dan panjang (dua tahun lebih). Rencana jangka pendek yakni membangun masjid terapung di tengah waduk yang didesain Kamil. Sementara rencana jangka menengah membangun hotel terapung. Investasi untuk membangun satu spot baru diperlukan dana Rp 20 miliar-Rp 30 miliar (Kompas, 19/8/2019).
Adapun kegiatan berlatarkan pemandangan waduk ini diharapkan kian menjadi daya tarik untuk meningkatkan jumlah wisatawan. General Manager Unit Usaha Pariwisata dan AMDK Perum Jasa Tirta II Dindin Hendriana menargetkan, ada peningkatan pengunjung sebanyak 15 persen untuk mendongkrak jumlah pengunjung di Jatiluhur. Selain peningkatan kunjungan, juga supaya branding Jatiluhur semakin dikenal luas.
Berdasarkan data Unit Usaha Pariwisata dan AMDK Perum Jasa Tirta II, jumlah kunjungan wisatawan lokal selama tiga tahun terakhir di Jatiluhur menurun. Pada 2016 tercatat 221.761 kunjungan wisatawan. Namun, pada 2017, kunjungan berkurang menjadi 211.779 dan menurun lagi pada 2018 menjadi 183.551 kunjungan.