Taman Ria dan Sisa Ceria Jakarta
Taman Ria Senayan hadir sebagai tempat hiburan warga Ibu Kota, hampir setengah abad silam. Kini, niat untuk menjadikan ruang terbuka hijau masih samar.
Selain sandang, pangan, dan papan, rupanya ada kebutuhan pokok lain bagi manusia, yakni hiburan. Pemenuhan kebutuhan ini turut mewarnai pembangunan Kota Jakarta. Salah satu hasilnya ialah Taman Ria Senayan, yang pertama kali melayani kepentingan tamasya warga Ibu Kota hampir setengah abad silam.
Taman Ria Senayan berada di Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lokasinya di seberang Gelora Bung Karno, dan tepat di perpotongan Jalan Gerbang Pemuda-Jalan Jenderal Gatot Subroto.
Akan tetapi, jika kita datang ke sana sekarang, yang bisa kita temui adalah kawasan yang terlindungi pagar papan setinggi lebih kurang lima meter. Apa pun aktivitas di dalamnya sulit dilihat, baik dari Jalan Gerbang Pemuda maupun Jalan Jenderal Gatot Subroto, saking rapatnya pagar.
Meski demikian, derap aktivitas menunjukkan ada kehidupan di dalam area Taman Ria Senayan, seperti terlihat pada Selasa (26/11/2019). Kendaraan-kendaraan pengangkut pekerja dan alat-alat proyek keluar-masuk lewat gerbang pagar di sebelah barat.
Suara alat pukul pekerja bersahut-sahutan dan erangan beragam mesin yang biasa terdengar di area proyek juga silih berganti meramaikan. Sedikit menyembul tak tertutup pagar, penampakan bangunan megah nan tinggi berdinding bata ringan (hebel) serta kaca yang masih dalam proses pembangunan.
Perlu waktu enam menit menyusuri pagar Taman Ria Senayan sepanjang 450 meter dari satu ujung ke ujung lain. Sepanjang itu pula tidak ditemukan informasi rinci tentang apa yang sedang terjadi di dalamnya, kecuali satu papan dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Jakarta yang menyatakan, sedang ada pendirian bangunan baru untuk sarana rekreasi, wisata, belanja, dan fasilitasnya.
Sejumlah pemberitaan mengabarkan, sebuah mal bakal berdiri di sana. Namanya Senayan Park. Nama kerennya nanti, Spark. Pengembang sarana tersebut adalah PT Ariobimo Laguna Perkasa (ALP). Adapun pengelola lahan eks Taman Ria Senayan ialah Kementerian Sekretariat Negara melalui Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK).
Mall Director Senayan Park dari PT ALP, Josef Lumbantobing, buka suara tentang rencana rinci pendirian mal. Ia mengatakan, pihaknya tidak ingin membuat mal sebagai pusat perbelanjaan belaka, tetapi juga sebagai pusat gaya hidup. Salah satu daya pikat utamanya adalah danau seluas 4,5 hektar yang telah ada sejak zaman taman ria.
”Kami lebih ingin mal ini jadi pusat perhentian orang untuk nongkrong, menikmati pemandangan luar ruang, pemandangan danau, lalu di samping danau orang bisa joging, jalan-jalan, pacaran bisa juga, ha-ha-ha.... Benar-benar lifestyle,” tutur Josef.
Dari luas lahan Taman Ria yang totalnya 111.600 meter persegi (termasuk danau), seluruh lahan non-danau yang sekitar 60.000 meter persegi, kecuali restoran Pulau Dua, dikelola PT ALP. Perusahaan ini, meski demikian, juga mesti memelihara danau, termasuk menjaga kebersihannya.
Gross floor area Mal Spark sekitar 43.000 meter persegi, sedangkan nett leasable area (NLA) yang nantinya bakal disewakan kepada para mitra mal ialah 28.000-an meter persegi. Cukup untuk 170-200 penyewa.
Menurut Josef, saat ini 60-70 persen NLA sudah dipesan penyewa. Gedung mal terdiri dari empat lantai serta satu lantai bawah tanah (basement). ”Kami berharap Maret 2020 mal sudah beroperasi penuh,” ujar Josef.
Namun, untuk ”icip-icip”, pengelola berencana menyelenggarakan acara luar ruang di kompleks Spark mulai Desember nanti, sambil menanti gedung siap dikunjungi. Salah satu agendanya, festival kuliner.
Setelah pernah jadi pusat keramaian, makin sepi, hingga terbengkalai, Taman Ria Senayan kini bersiap-siap berganti wajah.
Pusat hiburan
Awalnya, Taman Ria Senayan bernama Taman Ria Remaja, diresmikan Presiden Soeharto pada 15 Agustus 1970. Taman Ria dirancang sebagai pusat hiburan dan rekreasi keluarga di jantung Ibu Kota.
Kawasan wisata ini dibangun atas prakarsa ibu-ibu Yayasan Karya Bhakti Rukun Ibu Ampera (RIA) Pembangunan yang dipimpin Ny Tien Soeharto. Biaya pembangunan kala itu lebih kurang Rp 23 juta. Pengelolaan Taman Ria Remaja, usai diresmikan, diserahkan kepada Gubernur DKI 1966-1977, Ali Sadikin.
Taman Ria Remaja melengkapi jajaran taman ria yang sudah ada, yaitu Taman Ria Proyek Senen yang dibuka Bang Ali, sapaan akrab Ali Sadikin, pada 27 April 1969; serta Taman Ria Monas (dibuka pada Juni 1969).
Dalam buku Gita Jaya: Catatan H Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1966-1977, Bang Ali menyebutkan, ”Fasilitas hiburan dan rekreasi bagi Kota Jakarta yang diarahkan sebagai kota industri, perdagangan, kota pariwisata, kota kebudayaan, di samping fungsi-fungsi lain, sungguh merupakan kebutuhan mutlak bagi warga negara yang sehari-hari selalu tenggelam dalam kesibukan.”
Haji Yoyo Muchtar (69), Ketua Bidang Pemberdayaan dan Pelestarian Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), melihat pembangunan Taman Ria Remaja sebagai upaya memeratakan akses rakyat terhadap hiburan. Masyarakat dari arah barat dan selatan mendapatkan tempat rekreasi dengan jarak yang lebih terjangkau.
Selain itu, karena kawasan Senayan makin hidup, ditambah adanya kompleks TVRI, kebutuhan tempat makan pun meningkat dan Taman Ria Remaja membantu penyediaannya. Sejumlah pebisnis makanan berjualan di dalam taman ria.
Fasilitas hiburan dan rekreasi bagi Kota Jakarta yang diarahkan sebagai kota industri, perdagangan, kota pariwisata, kota kebudayaan, di samping fungsi-fungsi lain, sungguh merupakan kebutuhan mutlak bagi warga negara yang sehari-hari selalu tenggelam dalam kesibukan.
Yoyo mengenang Taman Ria Remaja sebagai salah satu destinasi favorit muda-mudi untuk nongkrong, ngobrol, dan bermesraan. Namun, ketertiban terjaga karena petugas keamanan rutin berpatroli di kawasan itu.
”Pukul 22.00, sirene bakal berbunyi dan lampu dimatikan, sebagai tanda pengunjung harus segera keluar,” ucap pendiri Orkes Keroncong Bandar Jakarta itu.
Teks foto di harian Kompas edisi 2 Juni 1971 menyebutkan, fasilitas-fasilitas di Taman Ria Remaja dibangun khusus untuk anak-anak yang meningkat besar alias remaja atau ABG, berbeda dengan Taman Ria Monas yang dikhususkan bagi anak-anak kecil. Atraksi di Taman Ria Remaja terpusat pada telaga yang dilengkapi perahu dan sepeda air.
Menurut Yoyo, karena lebih difokuskan untuk anak remaja, sarana permainan di Taman Ria Remaja tidak sebanyak di taman ria lain. Danau serta tanah berbukit-bukti terselubung rumput hijau menjadi daya tarik utama. Amat kondusif untuk pasangan berduaan dan mengobrol menikmati pemandangan danau. Ada juga yang memanfaatkan danau untuk memancing ikan.
Meski demikian, bukan berarti sarana permainan di sana tidak menarik. Dalam foto tentang peresmian Taman Ria Remaja yang dimuat di Kompas pada 18 Agustus 1970, atau tiga hari setelah peresmian, Presiden Soeharto dan rombongan dipotret saat menyaksikan becak air.
”Saya tidak tahu apakah itu sepeda air pertama di Jakarta, tetapi yang jelas, saya baru melihat yang namanya sepeda air waktu masuk Taman Ria,” kenang Ketua Bidang Komunikasi LKB Yusron Sjarief (56). Selain itu, ada wahana permainan cangkir berputar, komidi putar, dan mobil mini yang digerakkan dengan aki.
Yoyo lupa berapa tarif masuk Taman Ria Remaja, tetapi biayanya ramah bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Berdasarkan catatan Kompas, 10 November 1972, karcis masuk Taman Ria Remaja Rp 20 per orang. Jika ingin mengendarai perahu motor, biayanya Rp 50 per orang, sepeda air Rp 100 per orang, dan baby car (mobil listrik) Rp 50 per orang. Tahun 1997, tiket dibanderol rata-rata Rp 3.000 per orang.
Taman Ria Remaja juga tercatat pernah jadi ”rumah” bagi kelompok lawak Srimulat, dengan segala naik dan turunnya. Saat akan mulai pentas perdana tanggal 10 Oktober 1981, panggung permanen dibuat dan tribune penonton berkapasitas 1.000 orang diperbaiki.
Srimulat kemudian dilarang menggunakan gedung pertunjukan Taman Ria Remaja pada Mei 1989 karena menunggak biaya sewa sekitar Rp 22 juta.
Beragam acara lain juga pernah dihelat di Taman Ria Remaja, termasuk pergelaran busana, pameran produk pertanian, dan pertunjukan musik.
Berubah wajah
Perubahan wajah taman ria di Senayan seperti yang sedang berlangsung sekarang bukanlah yang pertama. Pada 1990-an, sudah ada proyek renovasi dan itu menjadi awal mula PT ALP mengurus lahan taman ria.
Tahun 1992, Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan mendapat izin memanfaatkan tanah untuk proyek Playground Taman Ria Senayan dalam jangka waktu 35 tahun. Izin dituangkan melalui Keputusan Mensesneg (waktu itu Moerdiono) Nomor 1/K/ BP-Senayan/1992. Nama Taman Ria Remaja secara resmi berganti menjadi Taman Ria Senayan pada Maret 1995, atas persetujuan Ibu Tien.
Berlandaskan alasan membiayai proyek kemanusiaan, yayasan pada 1995 bermitra dengan PT ALP untuk mengelola taman ria. Di tahun itu, PT ALP yang masih dipimpin Sharif Cicip Sutardjo (mantan Menteri Kelautan dan Perikanan), mendapat persetujuan untuk merombak Taman Ria Senayan dengan cita-cita menjadi taman rekreasi terbesar di Asia Tenggara. Taman ria hasil renovasi pun dibuka untuk publik tahun 1997.
Beragam sarana permainan di sana dimodernisasi. Roller coaster juga dimasukkan. Soal ini pernah ada musibah. Sebanyak 12 penumpang roller coaster di Taman Ria Senayan nyaris celaka pada 13 Juni 1999 karena sarana permainan yang mereka tumpangi berhenti mendadak akibat terputusnya aliran listrik, saat ditarik ke bagian rel tertinggi. Mereka terjebak di udara selama dua jam sampai akhirnya ditolong petugas penyelamat.
Tahun terus berganti, dan Taman Ria Senayan diterpa beragam polemik. Publik mulai menyoroti terancamnya ruang terbuka hijau dengan derap pembangunan pada Taman Ria Senayan.
Arsitek Marco Kusumawijaya (sekarang anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan DKI) pada 13 Mei 2001 menulis, Senayan bersama dengan Lapangan Monas merupakan ruang hijau paling berharga yang sungguh-sungguh terbuka bagi umum dan benar-benar di pusat Ibu Kota yang paling sibuk. Ruang yang diduduki Taman Ria seharusnya dikembalikan sebagai ruang terbuka dengan sebanyak mungkin menonjolkan kekosongan bidang danau.
Pada Juni 2002, Badan Pengelola GBK (nama lama PPKGBK) menyatakan akan segera mencabut izin pemanfaatan lokasi untuk Taman Ria Senayan karena Yayasan Ria Pembangunan bersama PT ALP melakukan banyak perubahan peruntukan tanpa seizin BP GBK. Pemeriksaan tim mendapati PT ALP yang masuk dalam daftar debitor bermasalah di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sedang berupaya mengubah peruntukan lahan taman ria menjadi proyek pertokoan.
Pada bulan yang sama, PT ALP menyatakan bakal membangun arena boling bertaraf internasional untuk menggantikan tempat rekreasi Taman Ria Senayan. Rencana itu dikritik karena dinilai bakal mengurangi ruang terbuka hijau di Jakarta yang sudah makin terbatas.
Pada 2005, Kejaksaan Agung menyelidiki perkara dugaan korupsi di Setneg, yang salah satunya adalah dugaan korupsi atas aset Setneg berupa sejumlah tanah di Tanah Abang, Taman Ria Senayan, Gelora Senayan, dan bekas lapangan udara Kemayoran.
Tahun 2010, rencana pembangunan mal di kawasan Taman Ria Senayan santer tersiar. Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan DKI pada tahun itu juga membekukan pembangunan lahan Taman Ria Senayan karena adanya keberatan dari DPR berdasarkan hasil rapat Komisi II DPR.
Akan tetapi, Mahkamah Agung mengabulkan gugatan PT ALP dan memerintahkan pembatalan pembekuan tersebut berdasarkan Putusan Nomor 105 K/TUN/2012. Perusahaan ini sah mendirikan bangunan di sana dengan tetap mengikuti ketentuan yang ada.
Sebagai warga asli kelahiran Jakarta yang amat paham betapa ruang terbuka hijau di DKI terus menciut, Yoyo dan Yusron resah pembangunan fisik di eks Taman Ria Senayan bakal menambah kegersangan Jakarta. Namun, Josef menjamin pihaknya menjunjung prinsip ramah lingkungan dalam mengembangkan Spark.
”Nanti tetap berbukit-bukit, tetapi bukit-bukitnya kami pindah di atas atap. Jadi, di atas atap rencananya dibangun rooftop garden (taman di atap gedung),” ucap Josef.
PT ALP memang tidak bisa lagi menyediakan pohon-pohon besar di pinggir danau, tetapi mereka menyatakan membuat penggantinya agar kerindangan terjaga. Bahkan, kebun di atap gedung bakal makin menarik dengan ditambahi walkway, semacam jembatan layang di atasnya. Sensasinya, seakan sedang melayang di atas taman.
Josef juga memastikan, warga bebas masuk dan menikmati pemandangan danau secara gratis. ”Tapi, ya, harapannya orang mampir ke mal kami, beli jajan,” ujarnya menyelipkan pemasaran.
Mari kita lihat, sehijau dan seterbuka apa Senayan Park pengganti wajah Taman Ria Remaja nanti.