Airlangga Berpeluang Terpilih sebagai Ketua Umum secara Aklamasi
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berpeluang besar kembali terpilih sebagai Ketua Umum Golkar periode 2019-2024. Mundurnya Bambang Soesatyo membuka kemungkinan Airlangga bakal terpilih secara aklamasi
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA/DHANANG DAVID ARITONANG
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berpeluang terpilih kembali sebagai ketua umum secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional X Golkar di Jakarta. Peluang itu muncul menyusul pengunduran diri Bambang Soesatyo yang juga merupakan pesaing utama Airlangga.
Setelah mundurnya Bambang sebagai calon ketua umum Golkar, kemungkinan besar proses pemilihan akan berlangsung secara aklamasi. Airlangga berpeluang besar untuk maju kembali sebagai calon ketua umum. ”Munas Golkar tidak akan seperti munas-munas yang sebelumnya penuh konflik karena sepertinya sudah ada kesepakatan di antara dua pihak agar Airlangga maju kembali sebagai ketua umum,” kata pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Adi Prayitno, Selasa (3/12/2019).
Sebelumnya, sembilan orang mendaftarkan diri sebagai bakal calon ketua umum Golkar. Mereka ialah Ali Yahya, Ridwan Hisjam, Indra Bambang Utoyo, Agun Gunandjar Sudarsa, Bambang Soesatyo, Achmad Annama, Derek Loupatty, Airlangga Hartarto, dan Aris Mandji.
Ketua Komite Pemilihan Ketua Umum Partai Golkar Maman Abdurrahman menyatakan, dari sembilan nama tersebut, empat nama tidak memenuhi syarat sebagai calon ketua umum. Mereka adalah adalah Indra Bambang Utoyo, Achmad Annama, Derek Loupatty, dan Aris Mandji.
Panitia menyatakan, Indra Bambang Utoyo tidak memenuhi syarat karena tidak mau menandatangani surat yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan mendirikan partai baru jika tak terpilih sebagai Ketua Umum Golkar. Adapun Achmad Annama tidak memenuhi syarat karena riwayatnya sebagai pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar belum mencapai lima tahun.
Sementara itu, Derek Loupatty tak memenuhi syarat karena prestasinya di kalangan internal Golkar dinilai masih kurang. ”Terakhir, Pak Aris Mandji, berdasarkan beberapa catatan kami, pernah maju caleg dari partai lain,” ujar Maman.
Dengan demikian, tersisa lima nama yang memenuhi syarat sebagai calon ketua umum, yaitu Airlangga Hartarto, Bambang Soesatyo, Ridwan Hisjam, Ali Yahya, dan Agun Gunandjar.
Namun, menjelang pembukaan munas, Wakil Koordinator Bidang Pratama Partai Golkar Bambang Soesatyo mengundurkan diri dari bursa calon ketua umum Golkar. Pengunduran diri Bambang Soesatyo diikuti dua bakal calon ketua umum lain dalam satu kubu, yaitu Indra Bambang Utoyo dan Agun Gunandjar Sudarsa.
Bambang Soesatyo mengungkapkan, pengunduran dirinya dari kontestasi didasarkan pada situasi internal Golkar yang semakin memanas. Sejauh ini, kompetisi antarbakal calon, khususnya antara dirinya dan Airlangga Hartarto, telah memicu konflik antarsesama kader. Konflik tersebut berpotensi kuat memecah belah partai.
Ia mengakui telah meminta pendapat dari para politisi senior Golkar, antara lain Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, Agung Laksono, dan Bobby Suhardiman. Ia pun secara khusus telah bertemu dengan Airlangga dan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Selasa siang di kantor kementerian koordinator itu dan memutuskan mundur di sana.
”Ini berat bagi saya, tetapi demi persatuan dan kesatuan Partai Golkar, saya ambil keputusan pahit ini. Inilah cara kami dan senior-senior kami dalam menyelesaikan masalah, yaitu secara damai,” ujar Bambang Soesatyo.
Dikonfirmasi terpisah, calon ketua umum Golkar lainnya, Ridwan Hisjam, menyatakan tetap maju bersaing dengan Airlangga Hartarto. Ridwan mengatakan memiliki konsep di munas kali ini. Konsep yang ditawarkan Ridwan terkait dengan pembenahan reformasi paradigma baru Golkar. ”Jadi, saya tetap akan menawarkan konsep. Kalau diterima, ya, alhamdulillah. Semua saya serahkan kepada peserta munas,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Aditya Perdana menilai, ada sejumlah agenda yang disiapkan Partai Golkar dengan kemungkinan terpilihnya kembali Airlangga sebagai ketua umum. Menurut dia, Airlangga kemungkinan akan disiapkan untuk maju sebagai calon presiden untuk 2024.
”Golkar saat ini membutuhkan sosok seperti Jusuf Kalla yang bisa maju sebagai capres dan cawapres. Kemungkinan, Airlangga akan disiapkan sebagai capres 2024 dan Bambang ditugaskan untuk menjalankan tugas-tugasnya di MPR,” katanya.
Menurut Aditya, dengan kembalinya Airlangga terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar, hal ini bisa memuluskan jalannya program-program di pemerintahan. Selain itu, Golkar juga bisa membuktikan bahwa partai tersebut bisa memanajemen konflik sehingga munas kali ini bisa berjalan kondusif dibandingkan dengan munas sebelumnya.
Di sisi lain, Adi berpendapat, Munas Golkar tidak semata-mata hanya untuk pemilihan ketua umum. Dengan kemungkinan besar terpilihnya kembali Airlangga sebagai ketua umum, Golkar diharapkan bisa memiliki sikap tegas terhadap sejumlah isu yang saat ini berkembang, khususnya terkait pemilu.
”Dalam munas ini, perlu dibahas bagaimana sikap Golkar terhadap sejumlah isu, seperti pilkada yang pemilihannya oleh DPRD hingga wacana penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode. Hal-hal seperti ini perlu menjadi pembahasan dalam munas,” katanya.