Puspa Arum Sari pernah menjadi pembuka keran medali emas pencak silat Indonesia di Asian Games 2018. Dia kembali menjadi peraih emas pertama silat di SEA Games 2019 dan diharapkan berefek sama dengan saat Asian Games.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH dari Subic, Filipina
·4 menit baca
SUBIC, KOMPAS — Emas yang dinanti kontingen pencak silat Indonesia pada SEA Games 2019 akhirnya datang juga. Pesilat Puspa Arum Sari menyumbangkan emas dari nomor seni perorangan putri dalam final yang berlangsung di Subic Exhibition and Convention Center, Subic, Filipina, Selasa (3/12/2019). Emas tersebut diharapkan membuka keran emas tim silat Indonesia di SEA Games 2019, sebagaimana yang pernah dilakukannya pada Asian Games 2018.
Puspa menjadi peserta keenam dari delapan peserta yang ada dalam perlombaan itu. Ketika sampai gilirannya, atlet kelahiran Jakarta, 10 Maret 1993, itu berjalan dengan wajah yang penuh keyakinan saat menuju arena perlombaan. Sedikit melakukan peregangan serta memastikan tangan dan kaki tidak berkeringat, ia membawa golok dan toya yang akan digunakan unjuk kemampuan.
Setelah sedikit gerakan pembukaan dengan menengadahkan tangan ke atas dan sedikit berdiam diri dengan dua tangan dilipat di badan, Puspa yang tadinya terpejam penuh penghayatan sontak terbangun dan langsung melakukan gerakan dengan mantap setelah gong perlombaan dimulai. Ia mempertunjukkan jurus seni tunggal baku kepada lima dewan juri yang ada di depannya dan disaksikan oleh sejumlah penonton yang ada di sekelilingnya.
Para penonton Indonesia berupaya menyemangati Puspa yang sedang memperagakan setiap gerakan yang ada. Ketika Puspa akan meninju atau menendang, para penonton berteriak ”cas”, ”eeaaa”, ataupun ”haaa”. Suara-suara itu membuat seisi arena riuh dan penonton pun kian menikmati setiap gerakan jurus yang dipertunjukkan atlet. Adapun Puspa kian menjadi-jadi dalam melakukan gerakan. Dia seperti mendapatkan energi tambahan.
Puspa cukup disiplin dengan waktu perlombaan tiga menit. Dia dengan tepat melakukan jurus tanpa senjata semenit, jurus dengan golok semenit, dan jurus dengan toya semenit. Gerakannya pun penuh energi. Ketika meninju, menendang, menggerakkan golok ataupun toya, terlihat sekali ada energi yang mengentak di ujung tangan yang meninju, ujung kaki yang menendang, ujung golok yang digerakkan, dan ujung tombak yang digerakkan.
Saya harap emas ini bisa menjadi pembuka keran emas untuk teman-teman yang lain.
Selain itu, Puspa bisa bergerak dengan tempo berubah-ubah, tetapi sedap dinikmati. Sewaktu-waktu, ia bisa mengatur tempo sehingga gerakannya bak seorang penari yang gemulai. Namun, tiba-tiba dia bisa bergerak begitu cepat sepersekian detik khas para atlet bela diri yang kuat, cepat, dan lincah. Uniknya, walau melakukan 100 gerakan selama tiga menit, Puspa tetap memancarkan senyum ke dewan juri dan penonton serta tak terlihat napas yang tersengal-sengal.
Secara kasatmata, Puspa memang lebih menonjol dibandingkan dengan para peserta lain. Terbukti, seusai lomba, lima juri itu memberikan Puspa skor total 467. Dengan itu, ia pun meraih emas. Sebab, skornya jauh melampaui pesaing-pesaing lain. Peraih perak adalah atlet Filipina Mary Francine Cezar Padios dengan skor 454 dan perunggu oleh atlet Brunei Darussalam Anisah Najihah binti Abdullah dengan skor 451.
”Awalnya, saya begitu ngotot untuk meraih emas. Namun, itu justru membuat emosi saya tak terkontrol. Itu tidak baik untuk performa saya. Akhirnya, saya atur ulang pikiran saya. Saya coba untuk lebih ikhlas kepada Allah SWT. Pasrah, tetapi tetap berupaya dengan optimal. Alhamdulillah, saya bisa meraih emas,” ujar Puspa sambil terus menggerakkan tasbih di tangan kanannya.
Emas pertama
Bagi Puspa, itu merupakan emas pertamanya di ajang SEA Games. Pada SEA Games 2017 di Malaysia, ia meraih perunggu untuk nomor yang sama. Saat itu, dia kalah dari pesilat Singapura, Nurzuhairah Yazid, yang meraih emas dan pesilat Brunei Darussalam, Norleyermah Haji Raya, yang meraih perak.
Emas itu juga menjadi yang pertama untuk kontingen silat Indonesia di SEA Games 2019. Pada hari perdana perlombaan cabang itu, tiga perwakilan Indonesia gagal meraih emas. Kemarin, Indonesia hanya meraih perunggu dari Dino Bima Sulistiano lewat nomor seni perorangan putra.
Adapun tim seni ganda putra dan seni beregu putra gagal meraih medali. ”Itu sangat mengecewakan. Apalagi tim beregu putra kita sebenarnya masih yang terbaik karena mereka juara bertahan SEA Games, peraih emas Asian Games 2018, dan juara dunia,” kata Puspa.
Lewat emas itu, Puspa dan para anggota kontingen silat Indonesia di SEA Games 2019 berharap akan datang emas-emas selanjutnya. Apalagi, Puspa membuktikan pernah menjadi pembuka keran emas Indonesia pada Asian Games 2018. Saat itu, ia juga menjadi pesilat pertama dari Indonesia yang meraih emas Asian Games.
Setelah itu, rentetan emas lain berdatangan. Total, Indonesia meraih 14 emas dan satu perunggu di pesta olahraga empat tahunan Asia tersebut. ”Saya harap emas ini bisa menjadi pembuka keran emas untuk teman-teman yang lain. Di Asian Games setahun lalu, saya juga melakukan itu,” tutur Puspa.
Manajer tim silat Indonesia di SEA Games 2019 Sunarno menyampaikan, sejauh ini perolehan emas silat masih sesuai target. Sejak awal, timnya memang menargetkan minimal satu emas dari nomor seni. Awalnya, target emas diprediksi dari tim seni beregu putra. Nyatanya, emas itu disumbangkan oleh nomor seni perorangan putri.
Sekarang, masih ada enam nomor tanding. Sunarno berharap para atlet Indonesia sekurangnya bisa lolos semua ke final nomor-nomor itu. ”Selanjutnya, kami berharap minimal ada dua emas dari nomor tanding tersebut, yakni dari Suci Wulandari di tanding kelas A dan Jeni Elvis Kause di tanding kelas B,” pungkasnya.