Pelebaran Defisit Anggaran untuk Dorong Perekonomian
Kementerian Keuangan akan memanfaatkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah ini ditempuh untuk mengeluarkan Indonesia dari jerembab ketidakpastian ekonomi global
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Keuangan akan memanfaatkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah ini ditempuh untuk mengeluarkan Indonesia dari jerembab ketidakpastian ekonomi global yang diprediksi masih akan berlangsung tahun 2020.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyampaikan hal tersebut dalam Mandiri Market Outlook 2020 di Jakarta, Rabu (4/12/2019) malam. Selain dihadiri para ekonom dan bankir, acara ini turut dihadiri juga oleh Ekonom Senior Universitas Indonesia Chatib Basri, dan Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani.
Suahasil mengatakan, melebarnya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak terlepas dari strategi kebijakan fiskal ekspansif untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Fleksibilitas APBN diperlukan sebagai penjaga stabilitas perekonomian negara.
Defisit anggaran per 31 Oktober 2019 tercatat mencapai Rp 281,9 triliun atau sudah 1,8 persen dari PDB. Defisit ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp 229,7 triliun atau 1,56 persen dari PDB. Hingga akhir 2019, defisit anggaran dapat diperlonggar hingga maksimum 2,2 persen PDB.
”Penarikan utang memperlebar defisit anggaran. Saya tekankan bahwa utang bukanlah tujuan, melainkan alat untuk mendukung anggaran belanja agar tetap mampu pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Melebarnya target defisit anggaran sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang makin rendah, yaitu hanya 5,05 persen hingga akhir 2019. Pertumbuhan ekonomi yang tertekan berimbas pada kinerja penerimaan negara, terutama pajak, yang tumbuh jauh lebih rendah daripada target pemerintah.
Suahasil mengatakan, gejolak geopolitik dunia pada sisa 2019 dan sepanjang 2020 masih akan menghambat pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan Dana Moneter Internasional (IMF) tumbuh 3 persen tahun ini dan 3,4 persen tahun 2020.
”Tahun depan, kondisi ekonomi dunia masih menantang. Karena itu anggaran akan kita pakai untuk menopang pertumbuhan ekonomi tahun depan,” ujarnya.
Dalam lima tahun ke depan, pemanfaatan anggaran akan difokuskan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur. Sejumlah pelonggaran kebijakan fiskal juga akan diarahkan untuk mendorong dua hal ini.
Chatib Basri menilai menjelaskan kunci dari terjaganya pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen adalah positifnya kinerja neraca perdagangan. Dia menekankan pentingnya mengantisipasi fenomena pelambatan ekonomi global yang memang terjadi.
”Ekonomi Indonesia tertolong oleh kinerja ekspor yang cenderung stabil dan dibarengi dengan impor yang turun tajam. Hal itu membuat net ekspor jadi tumbuh lebih baik pada triwulan III-2019,” ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Oktober 2019 surplus sebesar 161,3 juta dollar AS, membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang defisit 163,9 juta dollar AS. Meski demikian, neraca perdagangan sepanjang Januari-Oktober tercatat masih defisit sebesar 1,79 miliar dollar AS.
Saat membuka acara, Direktur Bisnis dan Jaringan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Hery Gunardi, menyampaikan kondisi ekonomi global saat ini tengah berada dalam ketidakpastian sehingga membutuhkan strategi dan pendekatan lebih teat dalam investasi bisnis.
”Kami masih optimistis terhadap strategi yang dijalankan pemerintah di tengah ancaman gejolak ekonomi global. Justru kami yakin saat ini menjadi saat yang tepat untuk memperluas lingkup bisnis,” ujarnya.
Bank Mandiri menargetkan laba bersih perusahaan pada 2020 tumbuh 6-7 persen dibandingkan dengan prognosis tahun ini. Pada 2019, perusahaan memperkirakan laba bersih meningkat 5-6 persen.
Herry optimistis target tersebut bisa tercapai, salah satunya ditopang oleh penyaluran kredit. Perusahaan memperkirakan, penyaluran kredit tumbuh 10-11 persen pada 2020 dibanding dengan prognosis tahun ini.