Tim bulu tangkis putri Indonesia belum mampu menghentikan dominasi Thailand pada nomor beregu SEA Games 2019. Hasil ini membuat tim pelatih dan manajer memilih ulang atlet yang akan tampil di kategori perseorangan.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
MANILA, SELASA - Medali emas bulu tangkis beregu putri yang didapat Thailand pada SEA Games Manila 2005 tak hanya menjadi kejutan sesaat. Itu menjadi awal munculnya kekuatan bulu tangkis putri negara tersebut di Asia Tenggara, menggeser Indonesia yang 14 kali meraih emas nomor tersebut, 13 di antaranya secara beruntun pada 1977 hingga 2001.
Thailand mempertahankan reputasi sebagai negara dengan tim bulu tangkis putri terbaik di Asia Tenggara ketika meraih emas beregu putri SEA Games untuk keempat kali secara beruntun. Dalam final di Muntinlupa Sports Complex, Manila, Filipina, Selasa (3/12/2019), Ratchanok Intanon dan kawan-kawan mengalahkan Indonesia, 3-1.
Satu-satunya kemenangan Indonesia didapat ganda putri, Ni Ketut Mahadewi Istarani/Apriyani Rahayu. Tiga angka hilang karena kekalahan Gregoria Mariska Tunjung, Fitriani, dan Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti mengatakan, hasil tersebut sesuai prediksi. Harus diakui, kekuatan Thailand berada di atas Indonesia, terutama pada nomor tunggal.
Mereka memiliki tiga pemain di peringkat 20 besar dunia, yaitu Ratchanok Intanon (5), Busanan Ongbamrungphan (16), dan Pornpawee Chochuwong (17). Adapun tunggal putri terbaik Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, berada di peringkat ke-24. Pada ganda putri, Indonesia dan Thailand sama-sama memiliki dua wakil di jajaran 20 besar.
Posisi pemain-pemain tersebut dalam daftar peringkat dunia tak sekadar angka. Itu menunjukkan rentang prestasi yang cukup jauh antara tunggal putri Indonesia dan Thailand.
Tak hanya di Asia Tenggara, pemain putri Thailand juga muncul pada pentas dunia, menjadi bagian dari kekuatan yang meruntuhkan dominasi China. Intanon menjadi tunggal putri perma dari Thailand yang menjadi juara dunia, yaitu pada 2013. Dalam musim kompetisi 2016, dia menjuarai tiga dari 13 turnamen Super Series.
Dalam final melawan Indonesia di Manila, dua dari tiga kemenangan Thailand disumbangkan pemain tunggal, Intanon dan Ongbamrungphan. Intanon mengalahkan Gregoria 21-13, 12-21, 21-14. Ini menjadi kemenangan ketujuh tanpa kalah dari Gregoria.
Ongbamrungphan, yang tiga kalah dari empat pertemuan sebelumnya dengan Fitriani, tak terpengaruh oleh statistik tersebut. Fitriani hanya diberi kesempatan mendapat 18 angka, 8-21, 10-21, dalam pertandingan selama 31 menit.
Kekalahan tersebut membuat Fitriani tak pernah menang dalam tiga penampilan. Manajer dan pelatih menggelar rapat untuk menentukan dua wakil tunggal putri yang akan turun pada kategori perorangan yang akan berlangsung 5-9 Desember, meski awalnya berencana menurunkan Gregoria dan Fitriani.
Selain buruknya penampilan Fitriani, diskusi memilih pemain digelar kembali karena cedera lutut yang dialami Gregoria saat berhadapan dengan Intanon. Sejak awal penampilan di Manila, Greogria bermain dengan lutut kanan dibebat. Ketika melawan Intanon, dia mengalami cedera lutut kiri karena terjatuh akibat lapangan licin.
Manajer Tim Indonesia Eddy Prayitno mengatakan, kondisi Gregoria membaik. “Dokter menyarankan istirahat sehari. Insya Allah bisa tampil di perorangan,” katanya.
Di luar kondisi cedera, pelatih tunggal putri pelatnas bulu tangkis Rionny Mainaky menilai, penampilan Gregoria cukup baik sejak awal hingga final. Namun, pemain berusia 20 tahun itu masih kesulitan menerapkan pola main yang tepat ketika lawan mengubah strategi. Jika kelemahan ini tak diperbaiki, peluang meraih medali tunggal putri akan makin berat. Kondisi tersebut memperberat peluang Indonesia mendapat medali dari tunggal putri.
Peluang menembus kekuatan Thailand ada pada ganda putri. Nomor ini menyumbangkan kemenangan sejak babak pertama, kecuali ketika pasangan berusia 19 tahun, Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto, kalah dari Chayanit Chaladchalam/Phataimas Muenwong, 8-21, 17-21, pada final.
Selain Fadia/Ribka, Merah Putih menurunkan Ketut/Apriyani pada beregu putri. Namun, Indonesia juga membawa Greysia Polii sebagai pasangan tetap Apriyani.