Aldila Sutjiadi mencatat hasil lebih baik pada SEA Games ketiganya di Filipina. Petenis putri terbaik Tanah Air ini lolos ke dua nomor final berkat pengalaman tampil di sejumlah turnamen internasional.
Oleh
Yulia Sapthiani
·3 menit baca
MANILA, RABU — Tampil dengan bekal pengalaman lebih matang berkat penampilan di sejumlah turnamen internasional dibandingkan dengan dua SEA Games sebelumnya membuat petenis putri Indonesia, Aldila Sutjiadi, berpeluang menjadi yang terbaik pada SEA Games Manila 2019. Aldila bahkan berpeluang membawa pulang dua medali emas.
Petenis berusia 24 tahun itu akan tampil pada final tunggal putri dan ganda campuran, berpasangan dengan Christopher Rungkat. Indonesia juga punya peluang menempatkan wakil pada final dua nomor lainnya, ganda putra dan putri.
Aldila berpeluang besar menjadi juara tunggal putri karena akan berhadapan dengan petenis non-unggulan pada final, Jumat (6/12/2019). Unggulan kedua itu akan melawan Savanna Ly Nguyen (Vietnam).
”Hari ini saya bermain cukup baik. Saya mendapat banyak poin dari penempatan servis pertama. Tetapi, saya juga beberapa kali membuat double fault. Mudah-mudahan, saya bisa bermain lebih baik di final nanti,” tutur Aldila setelah mengalahkan unggulan ketiga asal Thailand, Anchisa Chanta, 6-2, 6-2, pada semifinal di Rizal Memorial Tennis Center, Manila, Filipina, Rabu (4/1).
Beberapa jam setelah memastikan final tunggal putri, Aldila juga mendapat tiket final ganda campuran. Bersama Christo, Aldila mengalahkan salah satu pesaing berat asal Thailand, Sonchat Ratiwatana/Patcharin Cheapchandej, 6-2, 6-3.
Dua final ini lebih baik daripada hasil yang diperolehnya pada SEA Games Singapura 2015 dan Kuala Lumpur 2017. Di Singapura, dia memperoleh medali perunggu ganda putri, bersama Jessy Rompies, dan beregu putri. Adapun di Kuala Lumpur, tak ada medali yang dibawa pulang.
Jika menjuarai ganda campuran, Christopher/Aldila akan menyamai hasil Asian Games Jakarta Palembang 2018. Pada final, Sabtu, Christopher/Aldila sebagai unggulan teratas akan berhadapan dengan unggulan kedua asal Thailand, Sanchai Ratiwatana/Tamarine Tanasugarn.
Keduanya harus mewaspadai pengalaman pasangan Thailand yang masing-masing telah berusia 37 dan 42 tahun itu. Bersama saudara kembarnya, yaitu Sonchat, Sanchai pernah menempati peringkat ke-38 ganda pada 2008. Adapun Tanasugarn, yang di Indonesia seangkatan dengan Romana Tedjakusuma, pernah menempati peringkat 20 besar dunia pada tunggal dan ganda pada 2002-2004.
Semifinalis ganda putri Wimbledon 2011 bersama Marina Erakovic (Australia) itu telah pensiun dari tenis profesional pada nomor tunggal pada 2016. Namun, dia masih bertanding dalam turnamen-turnamen kecil ITF di nomor ganda.
Di SEA Games, Tanasugarn tampil pertama kali pada 1995 ketika Indonesia mengandalkan Romana, Yayuk Basuki, Mimma Chernovita, dan Veronica Maria Widyadharma. Di Manila, dia bersaing dengan Aldila yang lebih muda 24 tahun dari Yayuk.
Tambah perunggu
Nomor tunggal putri dan ganda campuran sebenarnya berpeluang mempertemukan dua wakil Indonesia di final. Namun, skenario yang diharapkan Indonesia itu tak terjadi dengan kekalahan Priska Madelyn Nugroho dan David Agung Susanto/Beatrice Gumulya pada semifinal. Priska dan David/Beatrice pun menambahkan medali perunggu bagi Indonesia.
Harapan menambah wakil pada partai puncak masih terbuka dari ganda putri dan putra yang baru memasuki perempat final, Kamis. Ganda putri menempatkan dua wakil, Beatrice Gumulya/Jessy Rompies dan Priska/Rifanty Dwi Kahfiani, sedangkan di ganda putra ada David/Anthony Susanto.