Setelah sukses di ajang SEA Games 2019, tim angkat besi Indonesia bekerja keras untuk Olimpiade Tokyo 2020. Dari 13 atlet penghuni pelatnas angkat besi, hanya Eko Yuli yang bisa dinyatakan aman lolos ke Olimpiade.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE dari Manila, Filipina
·5 menit baca
MANILA, KOMPAS - Tim angkat besi Indonesia menutup penampilan mereka pada SEA Games 2019 Filipina dengan membawa pulang total 4 emas, 1 perak, dan 5 perunggu. Meski setiap lifter menyumbang satu medali, tim angkat besi belum bisa bernapas lega mengingat pekerjaan rumah untuk meloloskan atlet ke Olimpiade Tokyo 2020 menanti.
Perolehan medali Indonesia setingkat di bawah Vietnam yang mendulang 4 emas, 5 perak, dan 1 perunggu. Emas keempat Indonesia diraih lifter muda Rahmat Erwin Abdullah di Stadion Ninoy Aquino, Manila, hari Rabu (4/12/2019). Rahmat yang tampil di kelas 73 kilogram mengukir angkatan total 322 kg (snatch 145 kg dan clean and jerk 177 kg).
Kesuksesan Rahmat mengikuti langkah Windy Cantika Aisah (kelas 49 kg putri), Eko Yuli Irawan (61 kg putra), dan Deni (67 kg putra) yang lebih dulu meraih emas.
Adapun medali perak diperoleh lifter putri Lisa Setiawati (45 kg). Lima perunggu diraih empat lifter muda Juliana Klarisa (55 kg), Putri Aulia Andriani (59 kg), Bernadicta Mei Study (64 kg), dan Tsabitha Alfiah Ramadani (71 kg), serta lifter senior Surahmat (55 kg).
Wakil Ketua Umum PB PABBSI Djoko Pramono mengaku sangat bangga dengan pencapaian tim angkat besi Indonesia. ”Tetapi, kerja berat masih menanti. Kualifikasi Olimpiade tersisa enam bulan lagi. Semoga ada atlet-atlet muda yang lolos kualifikasi,” kata Djoko.
Dari 13 atlet penghuni pelatnas angkat besi, hanya Eko Yuli yang bisa dinyatakan aman lolos ke Olimpiade. ”Windy masih di ambang pintu. Lifter lainnya perlu kerja keras,” ujar Djoko.
Dalam waktu enam bulan menuju Olimpiade, tim angkat besi Indonesia berencana mengikuti lima kejuaraan yang termasuk kualifikasi Olimpiade, di antaranya Kejuaraan Asia 2020. Djoko berharap ada dukungan penuh dari pemerintah untuk meloloskan atlet ke Olimpiade.
”Setelah SEA Games, pelatnas berlanjut hingga Olimpiade. Jangan sampai ada anggaran terlambat karena ini sudah akhir tahun,” katanya. Apabila pelatnas terputus, latihan yang sudah dijalani atlet selama setahun ini akan berantakan.
Emas terakhir dari Rahmat diperoleh setelah mengungguli lifter Vietnam yang menjadi lawan utamanya, Pham Tuan Anh. Di Filipina, lifter Vietnam mencatatkan total angkatan 304 kg, terdiri dari snatch 136 dan clean and jerk 168 kg. Sementara itu, medali perunggu diraih oleh atlet angkat besi Malaysia, Erry Muhammad Hidayat, dengan total angkatan 300 kg yakni snatch 132 kg dan clean and jerk pada 168 kg.
Rahmat merasa sangat bangga dengan pencapaiannya di SEA Games 2019. Tampil pada hari terakhir angkat besi membuatnya cukup tertekan. “Saya tertekan karena teman-teman sudah mendapatkan medali, saya belum dapat medali,” katanya.
Meskipun sudah mendapatkan emas, Rahmat belum puas. ”Semoga angkatan saya bisa meningkat. Masih ada target yang ingin saya capai, yaitu menembus rekor dunia yunior dan bisa lolos ke Olimpiade,” katanya. Rahmat juga berambisi memecahkan rekor ayahnya, Erwin Abdullah, yang merupakan mantan lifter nasional peraih enam medali SEA Games.
Ayah sekaligus pelatih Rahmat, Erwin Abdullah, mengatakan, dirinya merasa sangat bangga melihat perkembangan anaknya. Namun, ia berharap anaknya tidak cepat puas karena masih banyak kejuaraan yang menanti, termasuk kualifikasi Olimpiade.
Pelatih angkat besi nasional, Muhammad Rusli, mengatakan, Rahmat sangat layak menjadi juara karena mewarisi bakat angkat besi dari orang tua. Selain itu, lifter berusia 18 tahun itu sangat disiplin, pekerja keras, ulet, dan tidak mau menyerah. “Hal itu terlihat dari sikap dia sehari-hari yang sangat memperhatikan pola makan, dan pola istirahat. Rahmat juga tidak mudah mengeluh,” ujarnya.
Rifda kecewa
Di sisi lain kompleks Rizal Memorial, ada kekecewaan yang dirasakan pesenam andalan Indonesia, Rifda Irfanaluthfi (20), karena gagal merebut medali emas nomor senam lantai di Rizal Memorial Coliseum, Manila, Rabu (4/12). Rifda tampil baik dengan tingkat kesulitan tertinggi, tetapi hanya mendapat perak. Medali emas direbut pesenam Malaysia, Farah Ann Abdul Hadi (25).
Rifda memperoleh total nilai 12.333, sementara Farah 12.600. Nilai tingkat kesulitan Rifda 4.800 dan Farah 4.600. Namun, Farah unggul dalam penilaian eksekusi, yaitu 8.000, sedangkan Rifda 7.533.
” Rifda tampil cukup bersih dari sisi eksekusi. Kami menilai, penilaian wasit kurang adil,” kata manajer timnas senam Indonesia, Dian Arifin. Menurut Dian, ada kejanggalan karena salah satu wasit senam lantai berasal dari Malaysia.
Usai penampilannya, Rifda mendapat apresiasi dari sejumlah pihak di arena, termasuk dari tim Malaysia.Namun, hasil yang muncul membuat Rifda dan ofisial tim kecewa. Dian mengatakan, pihaknya tidak bisa protes dan hanya bisa yakin bahwa evaluasi wasit akan segera dilakukan.
“Kami mencoba mengambil hikmahnya dan terus membangkitkan semangat Rifda. Bagaimanapun senam lantai ini nomor yang paling disukai Rifda,” ujar Dian.
Secara keseluruhan pada SEA Games ini, Rifda merebut 1 emas dan 3 perak. Medali emas diraih pada nomor meja lompat, Selasa (3/12). Dua medali perak lainnya diraih pada nomor serba alat dan balok keseimbangan. Pencapaian ini sudah menunjukkan bahwa Rifda masih memiliki masa depan yang sangat cerah.
Emas kedua cabang senam disumbangkan Agus Prayoko (30) pada nomor meja lompat putra. Emas Agus menjadi salah satu dari 5 emas, 7 perak, dan 11 perunggu yang diraih Indonesia pada Rabu.
Cabang boling menyumbang dua medali emas lewat ganda putra yakni Billy Muhammad Islam/Harly Rachmadian serta ganda putri Sharon A Liman Santoso/Tanya Roumimper. Satu emas lagi diperoleh tim putra bulu tangkis. Namun, pada klasemen perolehan medali, posisi Indonesia turun satu peringkat disodok SIngapura yang meraih emas dari cabang renang dan ice skating.