Sejauh ini, tim medis menangani 262 kasus terkait dengan sebaran hepatitis A di Kota Depok, Jawa Barat. Meskipun tidak ada kasus kematian, pemerintah meminta warga mewaspadai sebaran penyakit ini.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan melaporkan total kasus Hepatitis A yang ditemukan di Kota Depok, Jawa Barat, hingga 3 Desember 2019 sebanyak 262 kasus. Kasus ini pertama kali ditemukan di SMPN 20 Depok, yang berada di Kecamatan Pancoran Mas.
Berdasarkan laporan dari petugas Puskesmas Rangkapan Jaya, Depok, jumlah kasus hepatitis A terus menurun sejak pertama kali ditemukan pada 12 November 2019. Kasus terakhir ditemukan sebanyak 2 kasus pada 28 November 2019.
Setelah menerima laporan mengenai sebaran penyakit, pemerintah melakukan penyelidikan epidemiologi dan tidak ada laporan kematian dari kasus ini. Meski demikian, masyarakat diimbau tetap waspada.
”Setelah penyelidikan epidemiologi dilakukan, tidak dilaporkan adanya kematian. Meski begitu, kita harus tetap melakukan antasipasi serta melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian agar tidak ada lagi penularan,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Jakarta, Kamis (5/12/2019).
Tim Gerak Cepat dari Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dan Dinas Kesehatan Kota Depok hingga saat ini terus melakukan penyelidikan epidemiologi. Penyelidikan ini dilakukan untuk mengurangi jumlah penderita dan mencegah kematian, serta mendapatkan informasi cepat terkait kasus-kasus baru.
Hingga 3 Desember 2019, kasus hepatitis A yang ditemukan berjumlah 262 kasus. Kasus itu berasal dari SMPN 20 Depok, masyarakat sekitar sekolah tersebut, dan santri Pesantren Petik yang lokasinya dekat SMPN 20 Depok.
Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Irsan Hasan menambahkan, penularan utama virus hepatitis A melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Selain itu, perilaku hidup bersih sehat (PHBS) lainnya juga perlu dilakukan secara maksimal untuk menghindari penularan virus ini. ”Mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari kamar mandi sangat penting untuk mencegah penularan hepatitis A,” ucapnya.
Anung mengatakan, berbagai faktor risiko penyebab penularan hepatitis A memang ditemukan di kawasan SMAN 20 Depok. Faktor itu antara lain PHBS belum diterapkan optimal di lingkungan sekolah, sarana PHBS belum memenuhi syarat kesehatan, banyaknya penjaja makanan yang tidak terkontrol, serta tidak ada pembinaan dan pemeriksaan berkala pada penjaja makanan di sekitar sekolah.
”Tim Gerak Cepat telah melakukan pendampingan investigasi dan upaya pengendalian KLB hepatitis A, pengambilan sampel serum darah pada siswa dan guru, serta rectal swab kepada pedagang makanan di sekitar sekolah. Antisipasi lain juga dilakukan dengan pemeriksaan sumber air,” kata Anung.