DIY Butuh Inovasi Guna Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta naik signifikan karena pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta. Namun, setelah pembangunan bandara selesai tahun ini, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan turun.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta naik signifikan karena pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta. Namun, setelah pembangunan bandara selesai tahun ini, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan bakal turun. DIY sangat membutuhkan inovasi berkelanjutan di bidang ekonomi.
”Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan sedikit melambat,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Hilman Tisnawan dalam Pertemuan Tahunan BI DIY Tahun 2019, Kamis (5/12/2019), di Yogyakarta.
Data BI menyebutkan, pertumbuhan ekonomi di DIY pada tahun 2016 hanya 5 persen dan 5,3 persen setahun kemudian. Pada tahun 2018, angkanya naik menjadi 6,2 persen. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan 6,3-6,7 persen.
”Dalam dua tahun terakhir, ekonomi DIY tumbuh ditopang sektor domestik, terutama investasi bangunan dari konstruksi proyek strategis nasional Bandara Internasional Yogyakarta,” kata Hilman.
Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi DIY diperkirakan turun tahun depan. Alasannya, pembangunan bandara bakal selesai akhir tahun 2019. Hilman menuturkan, pertumbuhan ekonomi tahun 2020 antara 5,3-5,7 persen.
”Proyeksi pertumbuhan 5,3-5,7 persen itu masih lebih tinggi dibanding proyeksi pertumbuhan beberapa provinsi lain. Pertumbuhan ekonomi DIY tahun depan akan didorong sektor konsumsi dan pariwisata,” kata Hilman.
Meski demikian, dia mengatakan, DIY harus mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru agar bisa terus menjaga stabilitas perekonomiannya. Ada beberapa sektor yang bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, yaitu pembangunan sejumlah infrastruktur, seperti jalan tol, rel kereta api, dan kawasan aerotropolis di sekitar Bandara Internasional Yogyakarta.
Kawasan aerotropolis merupakan merupakan kota dengan tata letak, infrastruktur, dan perekonomian yang berpusat pada keberadaan bandara. Dalam pengembangan aerotropolis, bandara tidak hanya dipandang sebagai tempat naik-turunnya penumpang pesawat, tetapi penggerak perekonomian. Kawasan aerotropolis itu bisa digunakan untuk sejumlah keperluan, misalnya perhotelan dan gedung perkantoran.
Selain itu, sektor lain yang juga bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi DIY antara lain industri tekstil dan produk turunannya, industri mebel dan kerajinan kayu, serta jasa pariwisata. Ada juga sektor akomodasi dan makanan minuman, serta industri kreatif, termasuk animasi dan gim.
Hilman juga mengingatkan, pertumbuhan ekonomi DIY harus berkualitas dan bersifat inklusif sehingga bisa menurunkan tingkat kemiskinan dan membuka lapangan kerja. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang terjadi benar-benar bisa bermanfaat untuk masyarakat luas.
”Agar bisa menghasilkan pertumbuhan yang inklusif, suatu aktivitas ekonomi harus melibatkan masyarakat dan menumbuhkan usaha-usaha baru,” ungkap Hilman.
Agar bisa menghasilkan pertumbuhan yang inklusif, suatu aktivitas ekonomi harus melibatkan masyarakat dan menumbuhkan usaha-usaha baru.
Inovasi
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, dibutuhkan inovasi anyar untuk mengembangkan sumber perekonomian baru. Sultan menyebut beberapa sektor yang bisa dikembangkan, seperti ekonomi kreatif, pariwisata, dan teknologi informasi.
”DIY memiliki potensi ekonomi kreatif dan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi yang besar dalam bentuk industri multimedia, gim, dan animasi,” ujar Sultan.
Di sisi lain, Sultan mengingatkan, kehadiran Bandara Internasional Yogyakarta harus dioptimalkan. Bandara Internasional Yogyakarta tidak boleh hanya menjadi tempat naik-turun penumpang pesawat terbang. Bandara itu juga harus dikembangkan menjadi infrastruktur logistik atau pengiriman barang melalui jalur udara.
”Bandara hendaknya tidak hanya untuk mengangkut penumpang, tetapi juga mendorong lalu lintas barang melalui jalur udara,” tutur Sultan.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Budi Wibowo menyatakan, hingga tahun 2022 DIY masih mengandalkan pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Budi menyebut ada beberapa proyek infrastruktur besar yang akan dibangun di DIY, misalnya kawasan aerotropolis, Tol Bawen-Yogyakarta dan Tol Yogyakarta-Solo, rel kereta api menuju Bandara Internasional Yogyakarta, serta Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).
Menurut Budi, pembangunan berbagai infrastruktur besar itu penting untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 dan 2019. Dengan adanya keberlanjutan pertumbuhan ekonomi itu, diharapkan kesejahteraan masyarakat DIY bisa meningkat dan angka kemiskinan di provinsi itu menurun.
”Mulai tahun 2020 sampai 2022 harus ada pembangunan infrastruktur. Sementara memang masih harus mengandalkan infrastruktur untuk menjaga sustainability (keberlanjutan) agar ada pertumbuhan ekonomi untuk mengangkat ekonomi masyarakat,” kata Budi.