Korsel Andalkan China dalam Negosiasi Denuklirisasi Korut
Lawatan Menlu China Wang Yi untuk pertama kali dalam empat tahun ke Korsel merupakan upaya memperbaiki hubungan China-Korsel yang terganggu akibat pemasangan sistem antirudal buatan AS di Korsel.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, JUMAT — Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan, China bisa ”berperan positif” dalam proses denuklirisasi Semenanjung Korea serta menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan. Harapan itu disampaikan saat upaya diplomatik untuk mengakhiri program senjata nuklir Korea Utara berada di ”persimpangan jalan yang kritis”.
Hal itu disampaikan Moon saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Gedung Biru, Istana Kepresidenan Korea Selatan, di Seoul, Kamis (5/12/2019). Lawatan Wang untuk pertama kalinya dalam empat tahun ke Korsel itu merupakan upaya memperbaiki hubungan China dan Korsel yang terganggu akibat pemasangan sistem antirudal buatan Amerika Serikat di Korsel yang dianggap China sebagai ancaman.
”Proses denuklirisasi Semenanjung Korea yang tuntas dan menstabilkan perdamaian yang permanen berada pada persimpangan jalan yang kritis,” ujar Moon. ”Saya ingin meminta dukungan terus dari Pemerintah China sampai era baru denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea terbuka.”
”Dialog dan kerja sama kedua negara akan membantu menstabilkan keamanan di kawasan Timur Laut Asia dan mengatasi ketidakpastian ekonomi global,” lanjut Moon.
Korsel melihat China mampu memainkan peran dalam negosiasi nuklir antara sekutu lama Beijing, Korea Utara, dan AS yang kini menghadapi kebuntuan.
Sementara itu, Wang menyerukan ”komunikasi strategis” yang lebih kuat antara Beijing dan Seoul guna memberikan pukulan pada pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang terlibat perang dagang dengan China. Tatanan dunia kini mendapat ancaman dari ”unilateralisme” dan ”politik pemaksaan”.
”China dan Korea Selatan yang bertetangga harus memperkuat dialog dan kerja sama untuk bersama-sama menegakkan multilateralisme dan perdagangan bebas,” kata Wang.
China dan Korsel yang bertetangga harus memperkuat dialog dan kerja sama untuk bersama-sama menegakkan multilateralisme dan perdagangan bebas.
Sebelum bertemu dengan Moon, Rabu (4/12/2019), Wang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha membahas isu terkait Korea Utara dan detail pertemuan puncak trilateral antara Seoul, Beijing, dan Tokyo yang dijadwalkan digelar akhir bulan ini di China. Keduanya juga membahas rencana lawatan Presiden China Xi Jinping ke Korsel tahun depan.
Lawatan Wang kali ini dilakukan setelah hubungan China-Korea Selatan selama beberapa tahun terakhir tegang akibat dipasangnya sistem pertahanan rudal AS, THAAD (Terminal High Altitude Area Defense), di bagian selatan Korsel. Kunjungan tersebut juga terjadi di tengah kekhawatiran bahwa upaya diplomatik AS dalam negosiasi nuklir dengan Korea Utara terancam gagal.
Di tengah mulai goyahnya upaya negosiasi denuklirisasi dengan AS, Pemimpin Korut Kim Jong Un telah mengintensifkan uji coba rudal negaranya sambil menetapkan tenggat hingga akhir tahun bagi Trump untuk menyodorkan proposal kesepakatan yang saling menguntungkan dan bisa diterima.
Isu perang dagang
Di luar isu keamanan, bulan madu antara China dan Korsel juga dilatarbelakangi oleh adanya kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China telah melukai ekonomi Korsel yang selama ini bergantung pada ekspor. Perusahaan-perusahaan Korsel juga mendapat tekanan dari AS untuk tidak menggunakan alat-alat teknologi komunikasi buatan raksasa teknologi China, Huawei.
Kunjungan terakhir Wang ke Korsel dilakukan tahun 2015, sebelum hubungan kedua negara memburuk akibat pemasangan THAAD yang radarnya diklaim China bisa menjangkau jauh hingga ke wilayah China. Akibat ketegangan dalam isu ini, China membalas dengan membatasi kunjungan wisatawan China ke Korsel.
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying menyebut bahwa China dan Korea Selatan telah ”sepakat untuk terus menyelesaikan” beberapa persoalan yang memengaruhi hubungan bilateral kedua negara, termasuk soal THAAD.
Hua juga menegaskan kembali posisi China bahwa ”kekhawatiran yang sah” Korea Utara ”dalam bidang keamanan dan pembangunan harus ditanggapi serius”. Korea Utara harus diberi pelonggaran sanksi ”sesuai perkembangan situasi sehingga bisa mendorong semua pihak untuk bergerak menuju kesepakatan politik.” (AP/REUTERS)