JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 42 perusahaan raksasa asal Amerika Serikat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (5/12/2019). Mereka berminat berekspansi ke Indonesia yang potensial menjadi basis produksi atau pasar di kawasan Asia Tenggara.
Dewan Bisnis Amerika Serikat-ASEAN memimpin delegasi pengusaha asal AS tersebut. Dewan Bisnis AS-ASEAN yang kini memiliki 88 anggota adalah lembaga advokasi bisnis bagi perusahaan-perusahaan asal AS untuk mengembangkan usaha di Asia Tenggara.
Adapun perusahaan yang hadir di Istana Merdeka, antara lain, Apple, Google, Netflix, Facebook, Amazon, Conoco Phillips, ExxonMobil, Chevron, AIG, Coca-Cola, Agoda, Marriott International, Disney, IBM Global Service, Visa, MasterCard, Hewlett Packard, dan Citi. Sebagian sudah berinvestasi di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Presiden Joko Widodo didampingi, antara lain, Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, serta Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate.
Presiden dalam pengantarnya menyatakan, pertemuan ini merupakan kesempatan emas untuk bertukar pandangan secara terbuka tentang kerja sama Indonesia dan Dewan Bisnis AS-ASEAN. Pada 2018, ekonomi ASEAN tumbuh 5,1 persen, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi global. Adapun perekonomian RI tumbuh lebih dari 5 persen dalam lima tahun terakhir.
”Indonesia dan ASEAN akan berlari cepat untuk meraih pertumbuhan dan distribusi yang merata. Kami terbuka untuk kerja sama saling menguntungkan dengan negara mana pun,” kata Presiden Joko Widodo.
Saat ini, Presiden melanjutkan, kehadiran perusahaan-perusahaan AS di negara-negara Asia Tenggara sangat nyata dan tak terhindarkan. Kehadiran ini tidak hanya menguntungkan perekonomian AS dan ASEAN, tetapi juga menciptakan stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik.
”Saya harap, pelaku usaha Amerika Serikat bisa mengoptimalkan peluang untuk mengembangkan kerja sama, terutama di bidang infrastruktur dan pembangunan sumber daya manusia,” kata Presiden.
Menjawab pertanyaan Kompas seusai pertemuan, Presiden Joko Widodo dan CEO Dewan Bisnis AS-ASEAN Alexander C Feidman menyatakan, persoalan yang dihadapi investor adalah birokrasi perizinan yang panjang. Perizinan setidaknya melalui tiga lapisan, yakni pusat, provinsi, dan pemerintah kota atau kabupaten. ”Hal ini adalah tantangan yang, sebagaimana disampaikan Presiden dalam pertemuan, akan segera diselesaikan,” kata Alexander.
Indonesia, menurut Alexander, menarik sebagai lokasi investasi karena merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara meskipun ada negara lain di kawasan Asia Tenggara yang juga menarik, yakni Vietnam dan Thailand.
”Vietnam menjadi negara yang mendapatkan manfaat terbesar sejak perang dagang AS dan China. Akan tetapi, perekonomian Vietnam mulai memanas. Terlalu banyak investasi yang masuk, tetapi mereka tidak memiliki cukup keterampilan dan tenaga kerja,” kata Alexander.
Dengan demikian, lanjut Alexander, peluangnya ada di Indonesia dan Thailand. ”Tiga besar negara yang menarik investasi di Asia Tenggara, bahkan mungkin di dunia, adalah Indonesia, Vietnam, dan Thailand,” kata Alexander.
Komitmen
Dalam keterangan pers seusai acara, Mahendra Siregar menyatakan, perusahaan-perusahaan AS itu menyampaikan komitmen untuk terus mengembangkan investasi karena pertumbuhan ekonomi Indonesia baik, stabilitas terjaga, dan potensinya jelas di tengah-tengah kondisi global yang penuh tantangan.
Keinginan dan rencana setiap perusahaan untuk mengembangkan investasi, menurut Mahendra, konkret. Hal itu sudah bukan sekadar pemikiran awal, melainkan sudah dalam pertimbangan perusahaan secara matang.
”Langkah ini, kan, paralel. Pemerintah berkomitmen memperbaiki iklim investasi. Kalau dilakukan, percepatan realisasi investasi akan semakin baik. Saya melihat kondisi global yang seperti ini, dengan semua negara tumbuh landai, pasti investor akan masuk ke sini. Pertama, memang karena peluangnya. Kedua, tidak ada pilihan lain,” kata Mahendra yang optimistis pertumbuhan investasi 2020 bisa di atas 5 persen setelah lima tahun terakhir di bawah 5 persen.
AS merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia selama ini. Pada 2018, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai perdagangan Indonesia dan AS adalah 28,6 miliar dollar AS. Bagi Indonesia, ini adalah nilai perdagangan luar negeri terbesar keempat setelah perdagangan dengan Tiongkok, Jepang, dan Singapura. Sebagaimana disebutkan Presiden, kedua pemerintah sepakat meningkatkannya menjadi 60 miliar dollar AS pada 2024.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, AS merupakan negara asal investasi terbesar ketujuh di Indonesia pada 2018 dengan 527 proyek senilai 1,22 miliar dollar AS. Catatan investasi di BKPM tersebut di luar investasi di migas, perbankan, lembaga keuangan nonbank, asuransi, sewa guna usaha, dan industri rumah tangga. (LAS)