PUISI
Karya: Afrizal Malna
ekaristi 1977
ini sebuah pertunjukan, tuan-tuan, yang pernah anda tonton. aku menenteng pakaian seorang gubernur jenderal. dia sangat berkuasa dalam pakaiannya. sebuah teater membawaku masuk ke dalam pakaian itu. sebuah peran baru saja dicuci, antara puisi dan money laundry. sutradara pertunjukan, seorang perempuan, menggeledah setiap bau yang tertinggal dalam pakaian itu. lelaki narsis. bau darah dan roh gentayangan: – apakah kau sedang memerankan pakaian atau pakaian sedang memerankan dirimu. korban-korban berjatuhan dalam pakaian itu. seorang gadis muda masuk dalam daftar korbannya.
aku memerankan gadis itu. dua peran dalam satu tubuh: gadis muda dan kekuasaan jenderal. gadis itu ketakutan. dan aku ketakutan dalam ketakutannya. ketakutan sedang menyutradarai sebuah kekuasaan dalam pertunjukan. penonton sudah datang. pertunjukan berlangsung dalam gereja. sebuah ekaristi, perjamuan kudus dalam liturgi ilahi. aku mencium altar. pakaian gubernur jenderal telah dilepaskan dari gantungannya. konde telah disanggulkan pada rambut gadis muda. tubuhku telah kosong di depan sutradara untuk dua peran yang akan saling bertabrakan.
dia menuntunku masuk ke dalam pakaian itu. gesturku mulai berubah. suaraku berat. senyumku pisau yang terlipat dalam sanggul konde. ”apakah kau sudah siap, manis?” jan patocka, profesor filsafat dari ceko, mati dalam 11 jam interogasi yang melelahkan. pabrik coca- cola meninggalkan india. dalam gereja itu, aku menatap yesus tersalib. sebuah ekaristi dalam teater. kamal jumblatt dibunuh di lebanon. fraksi tentara merah menembak siegfried buback di jerman barat. sebuah misa sejarah. kerusuhan berdarah di soweto afrika selatan. tiga anggota baader-meinhof bunuh diri di penjara.
aku menatap yesus. kematian dimuseumkan dalam salib. studi teater bandung mementaskan jayaprana dari jef last di tim: ”kau bunuh panglimamu sendiri untuk seorang perempuan.” seorang gadis muda tertawa terbahak-bahak di luar skenario. sutradara telah mati. penulis skenario sedang mabuk dalam perpustakaan. aku menatap yesus. pertunjukan usai. penonton bertepuk tangan. vatikan mengeluarkan larangan imam perempuan untuk gereja katolik roma. aku keluar dari pakaian sang jenderal. gadis itu meninggalkan kondenya. duduk dalam sebuah salon yang sudah dibongkar.
ave maria
tentang the lady of the lake. tentang sebuah undangan. surat dari cinta pertamaku datang. seperti surat biasa. bayangan kenangan bekas melingkariku. dugaan-dugaan. aku membuka amplopnya. sebuah tulisan tangan yang kukenal. ia menyapaku: afri… sebuah undangan. undangan perkawinan. cinta pertamaku akan menikah, dalam amplop putih. hari yang ditunggu telah datang, seolah-olah akan ada malam minggu yang lain. tamu-tamu telah hadir. kado-kado dan kebaya brokat gemeresik. minuman dan makanan. gamelan jawa pekalongan. cinta pertamaku menyambutku dengan senyum. pelaminannya penuh lampu blitz.
aku undangan paling asing di tengah pernikahan kekasihku sendiri. neneknya membawaku ke bagian belakang rumah. dia memintaku membantunya
memompa air mencuci tangannya. aku memompanya. dia mengajakku mengambil makanan, menuntunku masuk ke kamar pengantin. ini gila. dia tidak mau melepasku. dia menemaniku makan di kamar pengantin. seolah-olah akulah sang pengantin lelaki untuk cucunya. kamar pengantin merah jambu, seprai berenda. untaian bunga melati dan bukit-bukit kado. tukang potret memotretku. nenek menuntunku duduk di samping mempelai. lebih gila lagi. dia minta aku mengipasi mempelai perempuan.
aku mengipasi cinta pertamaku yang kini sedang bersanding bersama suaminya dalam pesta pernikahannya. wajahnya lebih tua. pengantin perempuan terus tersenyum menyalami tamu-tamu. aku ikut menyalami mereka. di saku celana, masih aku bawa saputangan putih pemberiannya. kota-kota terus berganti dalam saputangan itu. ”besok dan besok dan besok. aku akan keluar dari hari esok,” kata lady macbeth, dalam suara maria callas yang penuh puing.
gong xi fa cai
boneka dari lilin. malam dari kembang api. suara petasan menciptakan hening di batas malam. bau obat- obatan china menghidupkan saraf-sarafmu. di gunung
sahari. seorang perempuan. tubuhnya: cahaya yang meninggalkan pakaiannya sendiri. ia seperti telanjang di depan lampion merah. sal merah. jaket biru. tas warna merah bata dari belacu. tubuh perempuan itu menipiskan malam dalam langkahnya.
di sebuah bar. vodka soda dan buku kritik sastra teeuw. whisky cola dan keajaiban di pasar senen misbach yusa biran. singapore sling dan kuil kencana yukio mishima. aku memakai lipstik merah ibuku. piano dan mikrofon berlompatan. 6 menit a night at the opera dari queen. freddie mercury menyanyikan bohemian rhapsody.
malam terbuat dari 4 oktaf. jembatan suara perih dari lantai paling bawah. calvin klein membuat kebudayaan pop pada pantat jeans. perempuan itu. rambutnya lurus. matanya sebuah garis tipis tajam. bau rambutnya masih tempat dupa untuk hio.
seorang temannya berbisik: ”kau bisa bawakan singapore sling yang manis untuk sarang lebahku.” dia tidak mabuk. dia ingin menertawakan hal-hal yang tak penting. sebuah ruang tamu dalam tubuhnya. ”kau tidak harus terluka di malam ini.” aku sudah berada dalam merah bibirnya. matanya sebuah garis tipis tajam. dan sal merah di lehernya.
chacha. waltz. dia menari untuk semua yang sendirian dalam bar itu. sebuah lorong hitam menarikku. freddie prinze, aktor komedi ”chico and the man” menembak dirinya sendiri. 1977. setiap orang menyembunyikan kesedihannya sendiri, katanya, di sebuah klenteng.
matanya masih garis tipis. asap hio berputar di leherku. kenapa kau memakai lipstik merah ibumu? dia bertanya dan menghapus lipstikku dengan bibir merahnya.
apakah kau kekasihku untuk suamiku?
aku takut † setiap mendengar ketukan pada pintu rumah.
biografi seorang golput
orang lain sudah tak ada. perempuan tua itu selalu berjalan bersama anjingnya. orang lain sudah tak ada. dari pagi hingga malam. dia selalu pulang dengan
sebuah buntalan terikat rapi. adalah sampah. perempuan itu tinggal di asrama suster, sebuah kompleks bangunan tua di menteng. udara post-kolonial pada jendela-jendelanya yang lebar. bila malam datang, hanya kamar perempuan tua itu yang lampunya tidak menyala. kamar dan kegelapan saling membuat kamar.
dia berjalan dan tidak pernah melihat orang lain. orang lain sudah tak ada, kecuali anjingnya dan sampah. dia juga tidak tahu tentang partai dan pemilu. anjingnya juga bukan sebuah suara dalam pemilu. arsip tentang anjing bertukar rupa dengan data tentang sampah.
pemilu 1977: hasan basri, aktivis nu brebes, tewas dan mayatnya dibuang ke sumur. soeharto tersenyum menyambut kedatangan fred d hartley, presiden union oil company dari california. pemilu berakhir dalam suara-suara teror dan ketakutan.
arsip tentang teror bertukar rupa dengan data tentang ketakutan. sudah hampir 3 hari orang tidak melihat perempuan tua itu. pintu kamarnya tertutup rapat. tak ada salak anjing. bau busuk mulai tercium. orang mengetuk pintu kamarnya. orang mendobrak pintu kamarnya. seluruh kamar sudah penuh sampah.udara post-kolonial membuka jendela. di antara timbunan sampah, orang menemukan perempuan tua itu telah mati. rantai anjingnya masih menjuntai dari pergelangan tangannya hingga ke leher anjing. sampah-sampah adalah arsip sebuah kota (dan orang lain tak ada).
anjingnya masih duduk setia di sana. menunggu mayatnya menjadi orang lain.
Afrizal Malna saat ini aktif di Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta. Puisi-puisi ini merupakan kerja indeksikal antara memori dan data sejarah dalam 10 tahun dari 1977 yang dipilih acak. Buka Pintu Kiri (2018) dan Document Shredding Museum (terjemahan Daniel Owen, 2019) adalah buku-buku puisi terbarunya.