Galnas Gelar Pameran Seni “Merandai Tanda-tanda Zaman”
Pameran keliling yang digelar Galeri Nasional di Gedung Serbaguna Yon Zipur 10, Pasuruan, Jawa Timur, pada 3-8 Desember 2019, menampilkan 46 karya seni gambar dua dan tiga dimensional dari 47 perupa.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Galeri Nasional Indonesia menggelar pameran keliling di Gedung Serbaguna Yon Zipur 10, Pasuruan, Jawa Timur, pada 3-8 Desember 2019. Pameran ini merupakan hasil kerja sama dengan dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan, Pemerintah Kota Pasuruan; serta Komunitas Guru Seni dan Seniman Pasuruan.
Pameran seni gambar yang dikuratori Sudjud Dartanto, Teguh Margono, dan Achmad Rosidi ini bertajuk “Merandai Tanda-Tanda Zaman”. Merandai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai “berjalan melalui (menyeberangi)...”. Dengan demikian, arti “merandai” dalam tema ini bermakna menyeberangi tanda-tanda zaman.
Pendek kata, suatu zaman dikenali melalui tanda-tandanya, dan sebaliknya, tidak ada tanda simbolik dari ruang atau keadaan yang kosong. Maka, pameran ini bertujuan untuk mengekspresikan berbagai tanda-tanda zaman yang dipikirkan, dialami, dan dihayati oleh peserta pameran melalui karya seni.
Suatu zaman dikenali melalui tanda-tandanya, dan sebaliknya, tidak ada tanda simbolik dari ruang atau keadaan yang kosong.
Seni dapat menjadi tempat melihat berbagai gejala tanda, baik yang masih berstatus dirasakan, mengundang tanda tanya, sampai yang dipahami. Penghadiran tanda dalam karya seni berlangsung dengan cara yang unik dan penuh permainan tanda, mengasyikkan.
Inilah yang disajikan melalui 46 karya seni gambar dua dan tiga dimensional dari 47 perupa, 29 di antaranya merupakan perupa Pasuruan yang dipilih dari proses kurasi tim kurator pameran, sedangkan 18 perupa merupakan undangan dari berbagai wilayah di Indonesia, di antaranya Banyumas, Pati, Yogyakarta, Surabaya, Gresik, Mojokerto, Batu, Malang, Lamongan, dan Tulungagung.
Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto mengatakan, Pasuruan dipilih sebagai lokasi pameran karena kota ini memiliki khazanah dan potensi seni gambar yang kuat. Kapabilitas inilah yang diharapkan dapat membantu memperkuat ekosistem seni rupa nasional yang telah ada.
“Melalui pameran ini, diharapkan para perupa Pasuruan dapat memberikan kontribusinya dalam mengokohkan identitas seni rupa Indonesia,” ujarnya. Kepala Galeri Nasional Indonesia juga berharap semoga gelaran ini dapat menjadi sebuah sajian wisata kultural yang edukatif bagi publik luas, sekaligus mampu memberikan inspirasi, motivasi, serta menciptakan budaya apresiasi di kalangan generasi penerus seni rupa Indonesia.
Melalui pameran ini, diharapkan para perupa Pasuruan dapat memberikan kontribusinya dalam mengokohkan identitas seni rupa Indonesia
Selain pameran, acara ini juga dilengkapi dengan rangkaian program publik berupa “Kuliah Umum” yang berlangsung setiap hari dengan menghadirkan para perupa pameran. Digelar juga “Workshop Seni Gambar” bersama Garis Edelweiss (Perupa) dan Achmad Rosidi (Kurator) pada 6 Desember 2019, pukul 13.30-16.30.
Sebelumnya, Galeri Nasional Indonesia pernah menggelar pameran keliling lain di sejumlah kota, seperti Medan, Sumatera Utara (2006); Manado, Sulawesi Utara (2007); Balikpapan, Kalimantan Timur (2008); Ambon, Maluku (2009); Palembang, Sumatera Selatan (2010); Lombok, NTB (2011); Banjarmasin, Kalimantan Selatan (2011); Makassar, Sulawesi Selatan (2012); Pekanbaru, Riau (2013); Pontianak, Kalimantan Barat (2013); Kupang, Nusa Tenggara Timur (2014); Serang, Banten (2014); Malang, Jawa Timur (2014), Daerah Istimewa Yogyakarta (2015), Palu, Sulawesi Tengah (2015); Lampung (2017), Gorontalo (2017); Bandung, Jawa Barat (2018); Aceh (2018); dan Jakarta (2019).