Geliat Kader Mengincar Kursi Ketua Umum PAN Menguat
Kongres V Partai Amanat Nasional pada Maret 2020 diprediksi bakal seru. Geliat kader yang ingin menjadi ketua umum periode 2020-2025 semakin kuat. Sebagian orang memprediksi pemilihan secara aklamasi kemungkinan kecil.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rapat Kerja Nasional V Partai Amanat Nasional memutuskan Kongres V PAN akan digelar pada Maret 2020. Empat bulan jelang kongres, geliat sejumlah kader yang berkeinginan menjadi ketua umum periode 2020-2025 semakin kuat. Sebagian orang memprediksi pemilihan secara aklamasi kemungkinan kecil terjadi.
Rakernas yang dihadiri Ketua Majelis Kehormatan Amien Rais, Ketua Majelis Penasihat Sutrisno Bachir, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Zulkifli Hasan, jajaran DPP, Dewan Pimpinan Daerah (DPD), dan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN memutuskan Kongres V akan diselenggarakan maksimal akhir Maret 2020. Namun, peserta Rakernas belum memutuskan lokasi penyelenggaraan kongres.
Animo pengurus daerah untuk menjadi penyelenggara amat tinggi. Karena itu, panitia belum bisa memutuskan, tetapi telah menetapkan sembilan kandidat daerah.
Sejumlah daerah itu dipilih berdasarkan raihan suara tertinggi atau daerah tempat kenaikan signifikan suara PAN pada Pemilu 2019. ”Kesembilan calon tuan rumah itu adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Papua,” kata Ketua Panitia Pengarah Rakernas V PAN Saleh Partaonan Daulay di Jakarta, Sabtu (7/12/2019).
Tingginya animo pengurus DPD dan DPW untuk menyelenggarakan kongres sempat memicu kericuhan saat Rakernas berlangsung. Sidang penentuan lokasi dan jadwal itu diskors sekitar 15 menit untuk menenangkan pihak-pihak yang berseteru.
Geliat calon ketua umum
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno mengatakan, agenda utama dalam kongres nanti adalah memilih ketua umum periode 2020-2025. Saat ini sudah ada beberapa nama yang akan mencalonkan dan berpeluang mencalonkan diri, seperti Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Wakil Ketua Umum PAN Mulfachri Harahap, anggota Fraksi PAN di DPR Asman Abnur, Wakil Ketua Umum PAN Hanafi Rais, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Drajad Wibowo, dan Wali Kota Bogor Bima Arya.
”Calon-calon itu masih mungkin bertambah karena saya melihat ada beberapa tokoh, baik dari pusat maupun daerah, yang juga berkeinginan mengajukan dirinya. Itu saya kira sah-sah saja. Semua pejuang partai memiliki kesempatan yang sama dalam perhelatan ini,” kata Eddy.
Asman Abnur membenarkan akan mengajukan diri sebagai calon ketua umum pada Kongres V PAN 2020. Meski penyelenggaraan kongres masih empat bulan lagi, ia mengaku telah dan masih akan terus bersafari ke sejumlah DPD dan DPW untuk menggalang dukungan. ”Dukungan sudah ada, tetapi (jumlahnya) masih rahasia, ya,” ujar Asman.
Selain menggalang dukungan, Asman juga menyiapkan diri dengan visi sebagai calon ketua umum. Ia bercita-cita menjadikan PAN sebagai partai percontohan di Indonesia yang mampu menciptakan kader berkelas nasional, bahkan internasional.
Bima Arya pun tak menampik jika dirinya akan ikut berkontestasi sebagai calon ketua umum. Ia mengklaim sudah ada dukungan dari sejumlah DPD dan DPW untuk dirinya. Oleh karena itu, sejumlah langkah lanjutan sudah disiapkan.
”Kita pastikan dulu kongresnya kapan, tanggal berapa, setelah itu kami akan menyusun langkah-langkah. Saya juga akan berkomunikasi dengan semuanya, termasuk meminta pendapat Hatta Rajasa (mantan Ketua Umum PAN), tentang partai ke depan seperti apa, ini saya kira penting,” ujar Bima.
Adapun Zulkifli Hasan sejak beberapa pekan lalu telah mengumumkan bahwa dirinya diminta sejumlah DPW kembali ikut berkontestasi untuk periode kedua kepemimpinannya. Ketua DPP PAN Yandri Susanto mengatakan, dukungan untuk Zulkifli per hari ini telah bertambah, dari 28 menjadi 30 DPW.
Sementara itu, meski namanya juga telah disebut sebagai calon ketua umum dalam Rakernas, Hanafi Rais masih belum mau mengonfirmasi perihal tersebut. Hanafi menolak menjawab ketika Kompas dua kali menemuinya pada Sabtu siang.
Bima memperkirakan, bursa pencalonan ketua umum PAN akan semarak. Hal itu sejalan dengan kecenderungan Amien Rais membuka peluang yang besar bagi para kader PAN. ”Saya pun melihat, kecil kemungkinan untuk aklamasi. Nanti pada saat kongres akan kelihatan ada proses demokrasi yang cukup menarik dan dinamis di tubuh partai ini,” kata Bima.
Pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan, suksesi kepemimpinan di PAN selama ini memang lebih demokratis karena mampu menghasilkan kompetisi antarkader. Hal itu yang membedakan PAN dengan partai politik lain.
Meski demikian, keberadaan Amien Rais masih akan memberi pengaruh dalam pemilihan pemimpin PAN. ”Dalam setiap kongres, hampir selalu Pak Amien menjadi variabel penting bagi para calon,” kata Arya.
Menurut Arya, selain soal suksesi yang demokratis, ketua umum PAN memiliki tanggung jawab untuk memperjelas posisi politik PAN. Saat ini, elite PAN terbagi menjadi dua kubu, yakni yang mementingkan kedekatan dengan pemerintah untuk bertahan di pentas politik nasional. Sementara itu, pihak lain menganggap kebertahanan partai justru perlu dilakukan dengan bersikap sebagai oposisi pemerintah.
”Ketua umum PAN berikutnya juga harus bisa mengembalikan PAN pada khittah-nya, yaitu sebagai partai modernis, pluralis, serta partai kelas menengah perkotaan,” kata Arya. Beberapa waktu terakhir, menurut Arya, identitas PAN mulai bergeser pada corak agama. Namun, hal itu juga tidak tegas karena masih ingin bertahan pada karakter lamanya sebagai partai pluralis.
Hal itu berdampak pada penyusutan basis pemilih tradisional PAN. Akibatnya, raihan suara dalam Pemilu 2019 pun turun dibanding lima tahun sebelumnya. Adapun pada 2019, PAN meraih 6,84 persen suara dengan 44 kursi di DPR, sedangkan pada 2014 PAN mampu memperoleh 7,57 persen suara dengan 49 kursi di DPR.