Implan untuk Atasi Disfungsi Ereksi?
Penyebab disfungsi ereksi, antara lain kerusakan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, darah tinggi, kencing manis, kebiasaan merokok, serta kadar lemak yang tinggi (dislipidemia).
Saya laki-laki berusia 50 tahun, sudah 25 tahun menikah dan mempunyai dua anak berumur 23 dan 20 tahun. Istri saya tiga tahun lebih muda dari saya. Sewaktu umur 45 tahun, saya didiagnosis diabetes melitus. Waktu itu juga ditemukan penyakit jantung koroner yang mungkin merupakan komplikasi diabetes saya.
Komplikasi lain, seperti ginjal dan mata, tidak ditemukan. Namun, sejak didiagnosis diabetes, saya merasakan kelemahan dalam berhubungan seksual. Dokter mendiagnosis saya mengalami disfungsi ereksi. Saya harus mengendalikan kadar gula darah dengan baik dan mengamalkan gaya hidup sehat.
Pada tahun pertama saya berhasil mengatur makan dengan ketat, tetapi kemudian pengaturan makan menjadi longgar karena saya banyak kesempatan makan di luar rumah. Gula darah saya tak dapat dikendalikan dengan baik. Ayah saya penderita diabetes melitus dan meninggal akibat stroke. Dua tahun lalu, saya didiagnosis hipertensi dan sejak itu minum obat hipertensi setiap hari. Untunglah tekanan darah saya dapat dikendalikan dengan baik.
Sekarang saya merasa disfungsi ereksi saya bertambah parah. Dokter telah melakukan berbagai pemeriksaan. Saya mendapat obat jenis sildenafil, tetapi kurang memberikan perbaikan. Saya juga telah mencoba penggunaan pompa untuk menimbulkan ereksi, tetapi juga tak memuaskan. Karena saya dan istri relatif masih muda, saya berusaha berkonsultasi ke berbagai dokter, termasuk psikiater. Ternyata kesimpulannya, kelemahan seksual saya lebih disebabkan faktor fisik, bukan psikis.
Pada konsultasi terakhir, seorang dokter spesialis menganjurkan agar saya menjalani operasi implan penis. Saya baru mendengar mengenai hal tersebut. Saya membayangkan operasinya tentu rumit. Sewaktu terapi pemasangan pompa, alat vakum dipasang secara eksternal dan tanpa tindakan invasif.
Saya cukup terampil dalam pemasangan alat tersebut. Namun, implan penis harus melalui operasi yang dilakukan di organ vital. Apakah tindakan tersebut tidak membahayakan? Bagaimana keberhasilan implan penis untuk mengatasi disfungsi ereksi? Mohon penjelasan Dokter. Terima kasih.
M di J
Saya seorang dokter spesialis penyakit dalam. Memang cukup banyak penyakit atau obat yang digunakan dalam mengatasi penyakit kronis di bidang ilmu penyakit dalam yang dapat menimbulkan disfungsi ereksi.
Anda telah menyatakan bahwa diabetes melitus dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Obat darah tinggi ada juga yang dapat berisiko mengakibatkan disfungsi ereksi. Jadi, Anda benar. Tahap pertama adalah mencoba menemukan penyebab disfungsi ereksi, baik penyebab yang bersifat fisik maupun psikis.
Dukungan pasangan untuk memahami dan memberi dukungan akan membantu mencarikan pemecahan masalah disfungsi ereksi ini. Rasa malu dan rendah diri sering mengakibatkan laki-laki yang mengalami disfungsi ereksi tidak memeriksakan diri ke dokter sehingga mereka tidak berusaha mengatasi persoalan ini.
Saya telah menghubungi dokter spesialis urologi untuk membahas persoalan yang Anda hadapi. Berikut adalah penjelasan dari dokter spesialis urologi tersebut.
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan pria mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup lama untuk mencapai kepuasan. Kekerapan disfungsi ereksi meningkat pada pria yang memasuki usia lanjut. Disfungsi ereksi dapat menimbulkan dampak secara fisik ataupun psikis, baik pada penderita maupun pasangannya.
Penyebab disfungsi ereksi, antara lain kerusakan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, darah tinggi, kencing manis, kebiasaan merokok, serta kadar lemak yang tinggi (dislipidemia). Kerusakan saraf berupa trauma tulang belakang serta stroke juga dapat menimbulkan disfungsi ereksi. Selain itu, beberapa jenis obat, kelainan penis, gangguan hormonal, dan stres yang juga dapat menjadi faktor pencetus disfungsi ereksi. Nah, perlu pemeriksaan yang cukup komprehensif untuk mencari penyebab disfungsi ereksi.
Bagaimana dengan pengobatannya? Terapi yang sederhana dapat berupa obat, baik tablet yang diminum maupun injeksi. Terapi dengan alat vakum dan terapi gelombang kejut (shockwave) juga sudah tersedia di Indonesia. Sebagian pasien memperoleh manfaat yang cukup baik dengan terapi tersebut.
Jika terapi tersebut tidak memberi hasil, dapat dipertimbangkan terapi implan penis atau protesis penis. Protesis berasal dari kata Yunani yang artinya menambahkan.
Indikasi untuk protesis penis adalah 1) disfungsi ereksi yang menetap dengan pengobatan yang ada, 2) terdapat kontraindikasi untuk pengobatan disfungsi ereksi dengan cara lain, 3) disfungsi ereksi dengan penyakit peyronie (kelainan pada penis), serta 4) untuk pasien yang menginginkan solusi permanen untuk masalah ereksi yang dialami.
Sampai saat ini protesis penis dibagi dua, yaitu inflatable, implannya digunakan dengan cara dipompa, serta malleable, implannya digunakan dengan cara dibengkokkan.
Sebelum melakukan pemasangan protesis, dokter spesialis urologi akan melakukan pemeriksaan yang lengkap untuk menilai kelayakan operasi, serta biasanya berkoordinasi dengan dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis lain yang terkait.
Untuk pemasangan protesis dilakukan operasi yang biasanya berlangsung satu hingga dua jam. Pembiusan dapat dilakukan dengan cara regional atau total. Setelah operasi, akan dilakukan pemasangan kateter selama lebih kurang satu hari.
Anda akan diminta kembali berkonsultasi setelah dua sampai tiga minggu pascaoperasi. Pemeriksaan ini penting untuk menilai hasil operasi. Aktivitas seksual harus dihindari hingga 6 minggu.
Operasi pemasangan protesis penis termasuk operasi yang cukup aman. Sudah tentu setiap tindakan medis dapat terjadi komplikasi. Risiko operasi yang dapat timbul adalah rasa nyeri, infeksi, cedera pada organ sekitar penis, kelainan bentuk penis, serta masalah teknis pada implan yang inflatable.
Harus juga diingat bahwa pemasangan protesis penis bukan untuk memperbesar ukuran penis, tetapi untuk terapi disfungsi ereksi. Hasil terapi pada umumnya baik. Di Indonesia operasi ini sudah mulai dikembangkan.
Anda dan pasangan perlu berdiskusi dengan dokter yang menangani disfungsi ereksi Anda sebelum memutuskan menjalani pemasangan protesis penis ini. Sudah tentu upaya mencegah disfungsi ereksi akan lebih baik daripada mengobatinya. Meski sebagian besar penderita disfungsi ereksi dapat diatasi dengan terapi tablet, sebagian harus menjalani terapi yang lebih rumit.
Nah, sudah tentu lebih bijak mencegah penyakit dan keadaan yang dapat berisiko mengakibatkan disfungsi ereksi. Sejak muda upayakan menjalani gaya hidup sehat. Kementerian Kesehatan sedang mengampanyekan Germas, Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat. Seluruh masyarakat Indonesia mesti peduli pada gerakan ini serta ikut mengamalkannya. Jika masyarakat menjalani gaya hidup sehat, banyak penyakit kronis yang dapat dicegah atau sekurangnya diperlambat timbulnya.
Saya berharap kehidupan keluarga Anda akan bahagia serta selalu dalam keadaan sehat. Kepada dr Widi Atmoko, spesialis urologi, saya ucapkan terima kasih atas penjelasan tentang protesis penis ini. Semoga persoalan yang Anda kemukakan dapat diambil manfaatnya bagi masyarakat luas.