Pencegahan Dini Kebakaran Hutan Mulai Dilakukan
Pencegahan kebakaran hutan dan lahan akan dilakukan lebih maksimal pada 2020. Salah satunya dengan hujan buatan untuk membasahi lahan guna mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Pencegahan kebakaran hutan dan lahan akan dilakukan lebih maksimal pada 2020. Salah satunya dengan hujan buatan untuk membasahi lahan agar tidak terbakar.
JAKARTA, KOMPAS — Meski kini sebagian besar daerah rawan kebakaran hutan dan lahan telah memasuki musim hujan, antisipasi pencegahan kebakaran telah dimulai. Ini dilakukan mulai dari memfleksibelkan kegiatan teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan hingga pendekatan desa peduli api digencarkan.
Antisipasi dini tersebut diharapkan bisa mengurangi kejadian kebakaran lebih signifikan meski tahun 2020 diprediksi cuaca normal tanpa pengaruh El Nino dan anomali suhu muka laut di Samudera Hindia Pantai Timur Afrika atau IOD.
“Tahun 2020 menurut BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), insya Allah tidak akan terjadi perubahan iklim (cuaca) yang ekstrem, insya Allah lebih mudah di antisipasi. Dan kami, berdasarkan evaluasi yang dilakukan tadi alhamdulillah cukup bagus dan cukup siap dengan beberapa catatan perbaikan ke depan ini,” kata Mahfud MD, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Jumat (6/12/2019), di Jakarta seusai memimpin Rapat Koordinasi Gabungan terkait evaluasi penanganan kebakaran hutan dan lahan 2019 dan persiapan 2020.
Rakor di Manggala Wanabakti, markas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut, diikuti Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri Dalam NegerI Tito Karnavian, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Doni Monardo, dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, serta sejumlah gubernur.
Mahfud mengatakan kebakaran saat ini yang mencapai 942.000 hektar (data KLHK per Januari – Oktober 2019) menunjukkan penanganan lebih baik. Ini karena pada tahun 2019 terjadi IOD positif dan hari tanpa hujan yang sangat panjang, yaitu mencapai 30 – 120 hari. Tak hanya Indonesia, cuaca yang sangat kering dan menimbulkan kebakaran tersebut juga terjadi di Amerika Serikat, Australia, dan Brasil.
Kebakaran saat ini yang mencapai 942.000 hektar (data KLHK per Januari – Oktober 2019) menunjukkan penanganan lebih baik.
Dia mengatakan tahun 2020 akan dilakukan pencegahan lebih maksimal. Ia meminta semua kementerian/lembaga membuat laporan terperinci untuk menjadi bahan bagi Presiden dalam memimpin rapat pencegahan kebakaran hutan dan lahan lebih lanjut.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles Brotestes Panjaitan mengatakan, pencegahan kebakaran hutan dan lahan merupakan perintah Presiden untuk dilakukan di tingkat tapak dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. “Peran serta pemda akan lebih aktif dengan melihat kondisi iklim dan perkiraan dari BMKG,” kata dia.
Raffles mengatakan, tiap provinsi dan kabupaten memiliki karakter masing-masing. Seperti Aceh dan Riau, musim kemarau telah dimulai lagi pada Februari-Maret. Ini agar dilakukan aksi pencegahan lebih awal dengan mengintensifkan patroli hingga mempercepat peningkatan peran pemda untuk pemberdayaan masyarakat desa peduli api.
“Pencegahan seperti menggerakkan seluruh potensi yang ada di daerah seperti sumberdaya manusia, keuangan anggaran dari pemda, dan baru didukung pusat,” kata dia.
Baca juga: Korporasi Internasional Berperan Hentikan Rantai Emisi Kebakaran Hutan
Insentif
Dia pun mengungkapkan, pemerintah pusat akan mempersiapkan insentif kepada daerah/desa yang rawan kebakaran hutan dan lahan untuk menjadi fokus mulai dari pemberian alternatif sumber-sumber penghidupan dari perikanan, peternakan, dan pengembangan jenis-jenis tanaman baru. Langkah ini diharapkan menjadikan desa yang rawan kebakaran tersebut menjadi desa mandiri yang terbebas dari kebakaran. Formulasi akan hal ini dikomunikasikan dengan Kementerian Koordinator Perekonomian.
“Sudah ada dana desa, DBHDR (dana bagi hasil dana reboisasi), dan dana on call (dana siap pakai) semuanya ada. Tapi insentif tambahan itu kalau dia berhasil menurunkan kebakaran,” kata Raffles. Menurut data BNPB, dana siap pakai yang sudah digunakan untuk keperluan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan hingga 5 Desember 2019 mencapai Rp 3,4 triliun.
Dana siap pakai yang sudah digunakan untuk keperluan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan hingga 5 Desember 2019 mencapai Rp 3,4 triliun.
Menurut data KLHK, terdapat 3.772 desa rawan kebakaran hutan dan lahan di 9 provinsi. Ditargetkan pada tahun 2020, KLHK bisa menjalankan patroli terpadu di 1.200 desa tersebut dan pemerintah daerah 2.572 desa.
Dia mengatakan KLHK mempersiapkan sejumlah perizinan perhutanan sosial di lahan gambut. Menurut data KLHK, kini sedang mengantre sekitar 259.738 ha usulan perhutanan sosial di hutan gambut.
Lebih lanjut, Raffles mengatakan acuan evaluasi kebakaran menggunakan data 2019 bila sebelumnya 2015. Di tahun ini, pada periode Januari – Oktober 2019, luas areal yang terbakar seluas 942.465 yang terdiri dari lahan mineral 672.708 Ha dan lahan gambut 269.777 ha. Hingga akhir tahun diperkirakan luasan kebakaran mencapai 1 juta ha.
Pada tahun 2015, kebakaran mencapai 2,6 juta ha yang terdiri lahan mineral 1,7 juta ha dan lahan gambut 891.275 ha. Dengan acuan luasan yang lebih kecil, kata dia, menunjukkan keseriusan pemerintah untuk terus menurunkan kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Baca juga: CIFOR: Kebakaran 2019 Hanguskan 1,6 Juta Hektar Hutan dan Lahan
Hujan buatan
Kemudian, Raffles pun mengatakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) berupa hujan buatan untuk bisa dilakukan sepanjang tahun. Ini strategi untuk dilakukan TMC untuk membasahi maupun sebagai cadangan air pada embung-embung sebelum terjadi kebakaran. Artinya, TMC tidak menunggu kering kebakaran.
Ini nanti bisa dilakukan oleh Satgas Pengendalian Karhutla di daerah yang ditetapkan gubernur. ”Tahun depan juga akan ada dana untuk TMC di KLHK, meski tak sebesar di BNPB,” kata Raffles.
Dalam siaran pers, Kepala BNPB Doni Monardo pun mengakui bahwa pencegahan adalah langkah terbaik dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan, satgas karhutla telah melakukan pemadaman baik melalui waterbombing, demikian petugas darat telah melakukan pemadaman, namun api tidak kunjung padam.
Karhutla hanya bisa dipadamkan total dengan adanya hujan. Oleh karena itu perlu mengubah perilaku masyarakat agar tidak membakar lahan.
"Karhutla hanya bisa dipadamkan total dengan adanya hujan. Oleh karena itu perlu mengubah perilaku masyarakat agar tidak membakar lahan dengan melakukan penyuluhan terpadu dan terintegrai sterkait pemahaman dan peningkatan kapasitas dalam mengelola hutan dan lahan," kata dia.
Selain itu, Doni pun menekankan pentingnya pengembangan potensi ekonomi masyarakat. Diantaranya dengan cara mengolah hasil produksi hutan dan lahan menjadi bernilai ekonomis yang lebih tinggi.